9.

14.7K 585 3
                                    

Vincent teringat Violet sering mengeluhkan kebiasaan adiknya yang menyendiri, larut dalam dunianya sendiri, sehingga melupakan makan. Walaupun sering ditinggal seorang diri, gadis kecil itu tampak baik-baik saja. Violet sangat menyayangi adiknya walaupun komunikasi mereka tidak begitu baik.

Ia tahu Kimberly membencinya sejak awal mereka bertemu, ditambah ia juga menyebabkan kematian kakaknya. Ia seharusnya tidak perlu bersusah payah membuat gadis itu menyukainya, tetapi ia ingin tetap melakukannya. Membuat gadis itu menyukainya. Tidak ada wanita yang bisa menolaknya jika ia menginginkannya.

Vincent menunggu di atas sepeda motornya yang diparkir di depan sekolah TK Eveready, tempat Kimberly bekerja. Sekarang jam sekolah sudah berakhir. Guru-guru TK yang semuanya perempuan, mengantar murid-murid mereka ke pintu gerbang, mengucapkan salam perpisahan dan melambai pada anak-anak yang pulang.

Ia melihat Kimberly mengantarkan anak-anak dengan senyuman ramah menghiasi wajahnya. Dia mengenakan rok panjang warna peach dan sweter dengan warna senada. Wanita itu bisa terlihat seperti malaikat dan sikapnya sopan dan lemah lembut pada anak-anak, benar-benar bertolak belakang dengan sikapnya jika berhadapan dengannya.

Menarik sekali.

Kimberly melihat Vincent berjalan ke arahnya saat dia hendak kembali ke kelas. Vincent menyapanya, jelas sekali niatnya datang ke sekolah untuk menemuinya.

"Apa maumu?" tanya Kimberly cemberut.

"Aku mau mengajakmu makan siang."

Beberapa orang yang lewat tampak memperhatikan mereka karena mengenali siapa Vincent Black.

"Tidak." Kimberly menyahut ketus.

"Kenapa?" sergah Vincent.

"Haruskah kujelaskan? Vincent, kau mempersulitku!"

"Aku idiot, aku perlu penjelasan."

"Aku tidak akan jalan denganmu dengan alasan apa pun karena sudah jelas karena akan meruntuhkan reputasiku."

Vincent tidak dapat menahan tawanya. "Rep... reputasi??" Ia terperangah mengejek. " Apa? Apa aku salah dengar?"

"Tidak. Kau tidak salah dengar."

"Wah ... sepertinya reputasiku benar-benar buruk di matamu, ya?"

"Sudah jelas, 'kan? Kenapa kau masih menanyakannya? Benar-benar bodoh." Ya, dia akan terus menghantam ego pria itu. Apalagi Vincent tidak lebih dari sebongkah batu ego yang besar, itulah laki-laki.

Vincent malah merasa hal itu lucu. Konyol. Gadis ini, wanita di hadapannya ini benar-benar menginjak-injak harga dirinya, tetapi ia malah menikmatinya. "Ayo! Kita pulang ke rumahmu. Aku akan memasak untukmu," pungkasnya. "Pokoknya, kau harus makan bersamaku. Kalau tidak, aku akan terus menempel padamu seperti stiker."

Kimberly makin cemberut. Rayuannya gagal, tampangnya gagal, pesonanya gagal, lalu sekarang ia ingin memikat wanita melalui perutnya, ya? "Terserah!!" dengus Kimberly seraya berlalu dari hadapan Vincent.

Kimberly pulang ke rumah menggunakan bis angkutan umum, sedangkan Vincent mengiringinya dengan sepeda motor. Kimberly tidak berkata sepatah pun saat mereka tiba di rumah. Dia tidak kaget ketika melihat barang belanjaan sudah ada di dapurnya. Vincent yang mengurus rumahnya selama dia di luar negeri. Tidak heran jika ia bebas keluar masuk rumahnya. Pantas saja pria itu tersenyum lebar sepanjang jalan.

Di dapur, Vincent dengan cekatan menyiapkan bahan makanan yang sudah dibelinya. Melihat gayanya sudah seperti juru masak profesional. Sebelum mengelola kelab malam, ia pernah bekerja di sebuah restoran Itali. Ia familiar dengan masakannya dan cukup handal mengulik hidangan di dapur.

Kali ini Kimberly membiarkan pria itu melakukan apa yang diinginkannya. Setelah itu mungkin pria itu akan berhenti mengganggunya. Dia menyibukkan diri di ruang belajar, memeriksa beberapa e-mail, browsing dan sebagainya. Bola matanya membesar. Sepertinya dia telah menemukan sebuah petunjuk penting. Dia berhenti fokus ke laptopnya setelah mendengar suara ketukan di pintu.

"Makanan sudah siap!" seru Vincent dari ambang pintu.

"Ya, aku akan segera datang," sahut Kimberly sambil menutup laptopnya.

Dia menuju meja makan dan mendapati masakan Vincent dihidangkan layaknya restoran bintang lima. Ada iga bakar, salad, risotto, puding, lilin dan anggur merah. Dia menatap tajam pada Vincent. Saat itu jam makan siang, tetapi Vincent membuatnya seperti makan malam. Ditambah angggur? Laki-laki itu ingin membuatnya mabuk rupanya? Sehingga dia melakukan hal-hal aneh lalu jatuh kepelukannya? Akal bulusnya untuk menaklukkan wanita dan mengajak mereka ke tempat tidur. Kimberly meringis. Dia mengingatkan dirinya agar tidak jatuh ke dalam perangkap petualang cinta satu ini.


(Revisi: 22/07/2020)

Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang