"Selamat pagi, Tuan Xin!" sambut seorang wanita dengan senyum lebar. Dia berdiri di depan pintu penumpang limosin yang terparkir di halaman rumah Kimberly. Wanita itu mengenakan blazer kerja dan rok pendek warna hitam, berkaca mata tebal, lipstik merah marun dan alis tebal. Rambut hitam di sanggul di belakang kepalanya. Dia mendekap buku catatan dan ponsel tidak lepas dari tangannya. Wanita itu tampak sudah berusia 40 tahunan. "Saya Sekretaris Kim, akan mendampingi Anda selama di perjalanan," katanya pada Xander Xin.
Xander Xin dalam setelan abu-abu, mantel hitam tersemat di pundaknya. Rambut hitam licin membuat mata abu-abunya meemicing tajam dan menggelap. Pandangannya mengintimidasi wanita yang memperkenalkan diri sebagai Sekretaris Kim itu.
Wanita itu tetap menyunggingkan senyum sesuai standar operasionalnya.
"Hmm," sahut Xander pelan, lalu mengalihkan pandangannya pada Marcus dan ajudan bernama Loco yang berdiri di sisi pintu pengemudi. Kedua pria bersetelan hitam itu menunduk hormat padanya.
Sekretaris Kim membukakan pintu mobil untuknya. Ia masuk ke dalam mobil dan wanita itu mengiringinya. Mereka duduk bersebelahan. Xander menyilangkan kakinya dan mengelurkn ponselnya. Ia membaca surel-surel yang diabaikan selama ia bersama istrinya. Sebuah buket bunga lili putih diletakkan di salah satu jok dalam limosin itu.
Marcus dan Loco duduk di kursi depan. Loco mulai menjalankan mobil. Sekretaris Kim mulai menjelaskan tentang penerbangan yang diambil Xander Xin siang ini. Panjang lebar, sampai dengan .... "Suatu kehormatan bagi saya dapat mendampingi anda hari ini Tuan Xin. Cuaca bagus hari ini, sepertinya tidak akan ada penundaan penerbangan. Saya berharap perjalanan anda lancar, Tuan Xin." Sekretaris Kim terus berceloteh.
Xander mengerutkan wajahnya, seperti bertambah tua 10 tahun. Fitur wajah campuran Jerman dan sedikit darah Asia membuat bentuk rahang yang tirus dan kulit putih serupa pucat, berlawanan dengan kulit Sekretaris Kim yang merona sehat. "Jadi, kau meninggalkanku pagi-pagi hanya untuk menyiapkan ini?" tudingnya pada Sekretaris Kim yang tidak lain adalah istrinya sendiri, Kimberly.
Sekretaris Kim tertawa hangat. "Ah, Bos, Anda adalah orang top, tidak boleh ada gosip tentang Anda. Sekarang pembuat berita ada di mana-mana. Jika saya tidak berpakaian begini, sulit bagi saya untuk menemani anda, Bos."
Xander geleng-geleng kepala. Ia menyadari Sekretaris Kim alias Kimberly, ada benarnya. Ia sebagai publik figur harus menjaga citra dan privasinya. Terutama identitas agen seperti Kimberly dan posisi Kimberly sebagai isterinya harus dirahasiakan. Ia hanya kesal, pagi tadi ketika ia mandi, Kimberly sudah pergi meninggalkannya.
"Saya harus ke flat Richard mengambil beberapa barang," katanya sambil membuat beberapa tulisan di buku. " Oh, ya, dan Richard kirim salam dan maaf tidak bisa mengantar Anda, karena ia harus menggantikan saya di sekolah."
Sekretaris Kim mengangkat wajahnya menatap Tuan Xin. "Oh, dan Richard juga bilang ... hati-hati di jalan, semoga selamat sampai tujuan."
Kening Xander menukik. Richard ... Richard .... Bukankah Kimberly biasa manggilnya Rich Man dan sekarang dia menyebut pria itu dengan namanya. Mendengar nama laki-laki lain keluar dari mulut wanita itu, ia merasa tidak tenang. Ia cemburu.
"Jadi, berapa?" tanya Sekretaris Kim membuyarkan lamunannya. Wanita itu bicara sambil menulis sesuatu.
"Hm??"
"Berapa banyak kamera yang Anda pasang?"
"Kau tahu?"
"Hell, yea!" sahut Sekretaris Kim sambil mendelik pada Tuan Xin. "Di ujung jempol dan telunjuk Anda ada bekas tekanan di kulit yang menunjukkan Anda baru saja menggunakannya sepertinya untuk memelintir kabel."
Wanita itu benar. Xander menghela napas dan mengusap-usap bibirnya sendiri.
"Plus, seorang security and control freak seperti Anda, di rumah wanita Anda, Anda pasti menyempatkan memasang beberapa pengamanan untuk menjaga isteri Anda"
Xander membuang muka. Huh, dia menyebut dirinya sendiri Isteri Anda. "Coba kau tebak!" tantang Xander.
"Hmm, setidaknya ada 3 kamera."
"Lokasinya?"
"Anda tidak memasangnya di kamar, pastinya ...." Sekretaris Kim berpikir sebentar, lalu ia melanjutkan. "Menurut saya Anda memasangnya di pintu depan, ruang tengah dan dapur. Karena itu wilayah yang pasti dilalui orang jika sesorang masuk ke dalam rumah."
Masuk akal. Xander melempar pandangannya ke luar jendela mobil. Mereka berdua mengindahkan Marcus dan Loco yang mendengarkan.
"Apa yang membuatmu yakin aku tidak memasangnya di kamar?" tanya Tuan Xin lagi.
Sekretaris Kim tertawa. "Tuan Xin, saya tahu Anda seorang laki-laki normal dan sehat. Pada usia Anda saat ini libido Anda sedang pada puncaknya," ujarnya semringah "tetapi Anda bukan seorang mesum. Buat apa Anda mengintai isteri Anda di ranjangnya sendiri dan berisiko akan ada orang lain yang melihat rekaman itu. Apa Anda orang yang suka mengambil rekaman Anda sendiri saat berhubungan intim dengan isteri Anda? Tidak dan saya rasa Anda juga bukan orang yang suka menonton. Jika Anda ingin melakukannya Anda akan mendatanginya langsung."
Tuan Xin menyembunyikan wajah dengan sebelah tangan memijat keningnya. Wajah pria itu merah padam. Bagaimana bisa Sekretaris Kim menilainya seperti itu?
Marcus dan Loco berusaha menelan tawa mereka. Oh ... rasanya mereka ingin menghilang saja dari situ, menguap seperti udara. Xander Xin rasanya ingin membungkus isterinya kecil-kecil dan memasukkan ke dalam kantongnya. Wanita itu begitu menggemaskan dengan tingkahnya yang berperan menjadi orang lain.
(Revisi: 22/07/2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Play In Fire (END)
ActionRomance 21+ Aku mencintainya, tetapi harus meninggalkannya *** Kimberly, gadis yatim piatu yang menikah rahasia dengan seorang CEO karena kebutuhan mendapatkan keturunan. Setelah mendapatkan anak, Kimberly didepak dari kastel mewah Keluarga Xin. Kim...