29.

10.9K 401 2
                                    

Pertemuan singkat yang sangat berkesan bagi Maria. Sangat langka bagi wanita kurang pergaulan seperti dirinya bisa berkenalan dengan pria menarik dan penuh pesona macam Jay. Maria bertanya-tanya kapan lagi dia bisa bertemu dengan Jay. Di saat rasa itu hampir pupus, Maria mengalami kejadian tidak terduga lagi.

Hari itu, Maria sedang berbelanja keperluan dapur di sebuah minimarket. Dia sedang membaca label produk susu ketika seseorang memotong di depannya untuk mengambil sesuatu di rak berpendingin. Dada pria itu hampir menyentuh hidungnya dan Maria mengenali bau kolonyenya. Dia melihat wajah orang itu dan mengenalinya. Orang itu adalah Jay!

"Oh, Nona, kita bertemu lagi ...," sapa pria itu tersenyum ramah padanya. Mata yang berwarna abu-abu menyipit mengikuti senyumnya. Jay mengambil sebotol yoghurt yang berada di rak atas.

Maria menatapnya pria itu menyeluruh. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya bersemu merah. Surga, aku melihatnya lagi ....

Jay tampak menimang-nimang yoghurt pilihannya. "Menurutmu, yoghurt rasa apa yang enak? Tawar? Stroberi? Mangga?"

"Uh ... hmm ... stroberi!" jawab Maria kikuk.

Jay tersenyum dan mengambil yoghurt rasa stroberi. "Thank you ...!" katanya riang. Ia memasukkan yoghurt itu ke keranjang belanjaan. "Kebetulan sekali, aku butuh bantuanmu, Nona. Aku belanja untuk temanku, ia baru pindah apartemen dan aku tidak tahu apa saja yang harus kami persiapkan untuk acara syukuran rumah baru," ujar Jay. "Apa kau punya waktu, Nona? Kuharap aku tidak mengganggumu ...."

"Oh, tidak, ... tidak sama sekali ... aku senang sekali bisa membantumu ... dan temanmu," sahut Maria.

"Terima kasih, Nona, kau baik sekali. Aku berhutang budi padamu."

"Oooh, tidak apa-apa, biasa saja ... dan tolong, panggil saja aku Maria ...."

"Maria? Baiklah, karena kau membantuku bagaimana kalau kuundang kau hadir ke pesta rumah baru temanku. Temanku suka banyak teman, ia pasti tidak keberatan. Bagaimana? Kau setuju ... Maria?"

Oh, Jay ... pria ini ... baik sekali, tetapi mungkinkah ini semua ilusi belaka? Bukankah semua ilusi tampak indah? Please, biarkan aku menjalani mimpi ini dan jika aku terbangun, hanya hal indah yang akan kuingat.

Selama masa hidupnya, Maria hanya bisa mengimajinasikan pangeran impiannya. Walaupun dia sudah menikah selama 10 tahun sekarang dan suaminya lelaki yang cukup tampan, pandai dan pekerja keras. Suami sekaligus ayah yang baik bagi anak-anaknya, tetapi dia selalu merasa ada jarak di antara mereka. Dia pikir itu wajar karena mereka menikah bukan karena cinta, tetapi hanya untuk memenuhi kewajibannya pada orang tua. Dia anak satu-satunya, sedangkan ayahnya sakit-sakitan, perlu seseorang untuk melanjutkan bisnis keluarga mereka. Ayahnya lebih senang seorang laki-laki yang melanjutkan bisnisnya dan wanita seharusnya hanya duduk di rumah, menjalankan tugas sebagai isteri yang berbakti. Jadi, karena itulah dia menikah dengan Killian, anak teman ayahnya.

Dan setelah dia bertemu Jay, matanya seolah terbuka. Dia mulai melihat dunia ini penuh warna dan banyak hal-hal baru yang menarik untuk dicoba. Jay seolah menariknya keluar dari zona aman, membimbingnya menuju cahaya api yang dia tahu akan membakarnya ... dan dia tak kuasa menahan godaan itu.

Sejak kenal Jay, Maria mulai senang berdandan dan pergi keluar−tentu saja atas undangan Jay. Setiap kali bertemu pria itu, selalu ada hal baru yang mereka lakukan. Maria tahu gaya pergaulan Jay, apa yang dilakukannya untuk hidup, tidak perlu Jay menceritakannya, dia bisa membacanya. Yang membuat heran adalah kenapa Jay memilihnya. Dia tahu wanita seperti dirinya bukan tipe Jay, bahkan dia tidak memberikan Jay hadiah apa pun, tetapi laki-laki itu selalu datang mendekatinya dengan cara yang alami.

Kali ini, Jay mengajaknya berkuda di sebuah perkebunan. Dalam setelan berkuda, tubuh Jay laksana patung pualam yang terpahat indah. Dadanya, kakinya, selangkangannya, membentuk lekuk yang sempurna.

"Olah raga outdoor bagus untuk tubuh," kata Jay sambil menarik tangan Maria, membantunya naik ke punggung kuda dan duduk bersamanya. Maria duduk di depannya, tangannya memegang tali kekang berada di sisi pinggang wanita itu. "Juga membuat kulit sehat berkilau," tambah Jay mengembus di tengkuk Maria. Sekujur tubuh Maria berdesir hangat.

Jay menyentak tali kekang lalu menjalankan kuda mereka.

Maria merasakan dada Jay turun naik di pundaknya. Dia bisa merasakan debaran jantung Jay. Nafas pemuda itu menggelitik belakang telinganya, mengirimkan sensasi menggelenyar ke tulang belakang Maria.

Mereka berkuda sampai tengah hari, melihat-lihat pemandangan kebun teh di pegunungan. Udara yang sejuk dan hamparan lahan hijau yang tertata indah membuat perjalanan itu sangat menyennagkan dan tidak terasa waktu berlalu.

Ketika mereka sudah kembali ke istal, Jay membantu Maria turun dari kuda. Tangannya yang kuat menangkap pinggang Maria. Karena tubuh Maria begitu kikuk, mereka terjatuh ke tumpukan jerami.

Entah apa yang ada dalam pikirannya, Maria tidak tahu lagi. Entah Jay ataukah dia sendiri yang memulai, dalam dekapan Jay, mereka berciuman dan bergumul di tumpukan jerami. Siapa yang bisa menahan diri jika berada dalam sentuhan pria semanis Jay? Maria membiarkan dirinya tenggelam dalam deru nafsunya.

Namun, ketika Jay memutuskan ciuman mereka, Maria tersentak, seperti terbangun dari mimpi di siang bolong. Matanya membulat menatap Jay. "Aku tidak bisa melakukan ini ...," desah Jay penuh sesal.

Maria berusaha menenangkan dirinya mendengar perkataan Jay. Apa maksudnya? Apakah ada kesalahpahaman di antara mereka? "Ke..kenapa?" Maria nekat bertanya. "Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman?" Suara Maria bergetar gugup. Dalam keadaan setengah berbaring di tumpukan jerami, rambutnya acak-acakan karena tangan Jay, Maria merasa malu bukan main, tetapi sudah kepalang basah. Dia tidak bisa mundur lagi.

Sedang Jay duduk dengan kedua lengannya bertumpu di lutut, tertunduk mengacak rambutnya sendiri. "Tidak ... tidak, kau tidak melakukan kesalahan apa pun," ujarnya sedih. Ia tidak berani menatap Maria. "Semua kesalahan ada padaku ...."

Maria tidak suka mendengar perkataannya yang ambigu. "Bicara apa kamu?" katanya dengan dengusan sinis. "Jika kau tidak mau melakukan ini, bermesraan denganku, kenapa juga kau mesti mendekatiku?" Dia bangkit dari jerami dan menepuk-nepuk bajunya untuk menyingkirkan beberapa helai jerami di tubuhnya. "Kau pikir aku tidak sadar diri, Jay, selama ini kau menganggapku seperti permainan anak kecil," cecarnya. "Kau hanya ingin menjadikanku sebagai tantangan karena kau tak pernah mendekati wanita sepertiku, begitu 'kan, Jay?"

Maria melirik kecewa dan mendecih. "Jika kau ingin berbohong, seharusnya jangan tanggung-tanggung," tambahnya sambil melangkah pergi. Dia berhenti sejenak dan menoleh pada Jay yang masih terduduk. "Kau adalah pembohong yang sangat payah, Jay!"

Oh, Jay, you're such a bad liar. Jay memaki dalam batinnya, mendesah tak berdaya memandangi kepergian wanita itu..

Dalam setiap langkahnya,Maria memaki dirinya sendiri, kenapa dia mesti merasa kecewa padahal dia sudahtahu resikonya bermain api dengan Jay. Dia tak bisa menahan untuk mengatakanpada dirinya sendiri, bahwa dia sendirilah pembohong yang payah.


(Revisi: 22/07/2020)


Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang