24.

10.5K 466 5
                                    

Sedetik kemudian, mereka mem-booking sebuah kamar. Kamar dengan bed king size, cahaya temaram menambah suasana untuk mereka saling mengagumi. Di dalam kamar itu juga disediakan beberapa jenis minuman beralkohol, rokok, aneka sex toy dan kondom.

Jay dan Rose berciuman kasar sambil menggebrak pintu memasuki kamar itu. Begitu pintu tertutup, Jay mendorong Rose hingga tersandar ke pintu dan menahan tubuh wangi wanita itu dengan tubuhnya. Bibir Jay melumat bibir Rose yang berwarna merah menyala. Tangannya menjelejah ke dalam kemeja wanita itu dan tangan Rose melakukan hal yang sama padanya.

Kemeja Rose tergeletak di lantai, memperlihatkan gundukan dada wanita itu yang masih dibalut croptop. Rose membantu Jay membuka setelannya. Jas berwarna abu-abu jatuh ke kaki Jay. Dasi hitamnya dilempar dan kemeja putihnya segera tersingkir dari badan. Pria berkulit putih itu bertelanjang dada dengan kedua putingnya ditindik anting berlian. "Jay, tubuhmu ...." Rose terkesima melihatnya.

Jay tersenyum tipis, melirik tubuhnya sendiri dengan rasa bangga. Wajahnya yang tirus dan matanya yang tajam menatap Rose. Rose berdiri limbung. Tatapan itu membuat kakinya lemas. Inilah pesona orang tampan. Dengan tatapan matanya saja, mampu membuat seorang wanita orgasme.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jay membuka ritsleting celananya dan menurunkan bahan khasmir itu hingga teronggok di lantai bersama celana dalamnya yang berwarna merah cerah. Rose terkesiap melihat benda yang mencuat di antara dua paha pria itu. Sebuah benda perkasa laki-laki yang berdiri tegak dihiasi tindikan bola perak di ujungnya. Mulut Rose ternganga. Tampaknya pria itu menyukai rasa sakit sebagai rangsangan seksual.

"Apa?" tegur Jay, melihat wajah Rose bersemu dan mata berbinar takjub padanya.

Rose berdeham, "Uhm ..., itu ...." Jarinya menunjuk pada bagian selangkangan Jay.

Jay memandang dirinya sendiri dengan rasa bangga. "Relax, baby," bujuknya. "Ini tidak akan menyakitimu. Justru kau akan menyukainya ... kalau aku sudah di dalammu."

Rose menyeringai, "Apa kau menyukai siksaan, Jay?" tanyanya.

"Jika siksaan maksudmu itu berakhir dengan kenikmatan, tentu saja aku menyukainya!"

"Bagus!" seru Rose.

Jay ingin melepaskan kemben Rose, tetapi wanita itu mencegahnya. Rose menahan tangannya dan mendorong Jay ke ranjang. Tenaga wanita itu cukup kuat untuk ukuran tubuhnya yang langsing dan lembut. Jay merasa semakin bernafsu dan tidak sabar untuk membuat kejutan lainnya.

"Jadi, kau juga suka main keras ya?" selidiknya.

"Kita lihat saja, seberapa keras kau menginginkannya," rayu Rose. Dia menaiki ranjang dan merangkak di atas tubuh Jay yang bugil. Dia mengikat tangan kanan pemuda itu di tiang kepala ranjang. Rose melakukan hal yang sama pada tangan kiri Jay.

"Kau sangat tampan," puji Rose lalu dia mencium bibir pemuda itu, memainkan lidahnya di dalam mulut Jay. Pria itu melenguh dan meliukkan lidahnya mengimbangi gerakan milik Rose. Lendir mulut mereka membuat benang tipis ketika Rose menghentikan ciumannya. Dia berpindah menciumi leher Jay, lalu menyusuri dada pria itu, menggigit anting di putingnya seraya menarik membuat Jay mendesah kesakitan. "Ouhh, babe, kau wanita yang sangat agresif," gumamnya.

Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang