31.

9.5K 403 8
                                    

Sekali bercinta dengan Jay, nikmatnya tidak sebanding secuil pun dengan 10 tahun pernikahannya dengan Killian.

Dalam sebuah ruang VIP di Bar Flower, Killian Milos, seorang pria berusia 40-an. Meskipun berumur dan rambut mulai beruban, pria itu berwajah tampan dengan rahang persegi dan hidung mancung. Tubuhnya berotot padat, setengah telanjang, duduk dengan kaki mengangkang di sofa. Seorang pemuda membungkuk dengan kepala terbenam di selangkangannya. Pria itu mengerang pelan dengan rahang bergemeletuk merasakan miliknya dikulum.

Seorang pemuda menyodorkan alat pengisap dan Killian menghirup sesuatu dengan hidungnya lalu ia bersandar ke kursi dan tersenyum. Ia membelai rambut pemuda yang kepalanya menyembul di antara pahanya. Di sisinya duduk dua orang pemuda tampan setengah telanjang, menjilat-jilat putting dadanya.

Pemuda-pemuda itu adalah anak asuhnya. Ketika mereka bersandar di pundaknya. Ia membelai wajah tampan pemuda-pemuda itu. Salah satu dari mereka menuangkan minuman dan menyodorkan padanya. Killlian minum sambil tertawa-tawa dalam perbincangan mereka.

Seseorang masuk ke ruangan dan membisikkan sesuatu pada Killian. Wajah Killian langsung membeku dan sorot pembunuh terpancar dari matanya. Orang itu menginformasikan bahwa isterinya ada main dengan pemuda bernama Jay, salah satu anak asuhnya.

Killian menggenggam gelasnya sampai pecah. Ia tidak mengira isterinya wanita yang sopan dan penurut ternyata berani punya affair di bawah hidungnya. Wanita itu harus diberi pelajaran!

Maria sedang menjemput anaknya di sekolah ketika dia mendapat panggilan telepon dari rumah sakit. Dia melotot seperti baru saja disambar petir. Telepon genggamnya jatuh dari tangan.

"Ibunya Shane? Anda baik-baik saja? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Kimberly, salah seorang guru anaknya di sekolah. Wanita berambut cokelat keemasan dikepang itu menatapnya keheranan.

Maria cepat-cepat berusaha menutupi perasaan terkejutnya. "Uh, eh, tidak apa-apa," katanya sambil berusaha tersenyum. Dia lalu bergegas membawa anaknya pulang. "Permisi, Nona Kim, kami pergi dulu. Terima kasih atas bimbingannya hari ini." Maria dan Shane meninggalkan sekolah diiringi tatapan cemas Kimberly.

Dalam perjalanan, Maria berusaha menenangkan dirinya. Seorang perawat di rumah sakit meneleponya tadi dan mengabarkan bahwa Jay mengalami kecelakaan mobil. Ia dirawat di rumah sakit. Jay mengalami cedera di kepala, pingsan dan geger otak ringan. Maria merasa khawatir sekaligus bertanya-tanya, merasakan sesuatu tidak beres di benaknya.

Setelah meninggalkan anaknya di rumah bersama pengasuh, Maria segera pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Jay. Begitu melihat pemuda itu di ranjang perawatan kamar ICU, air matanya jatuh berlinang. Kakinya lemas seolah ia baru saja mendaki gunung yang sangat tinggi. Seorang perawat membantunya berdiri dan duduk dekat Jay. Perawat itu lalu meninggalkan mereka berduaan.

Maria tidak bisa berkata apa pun. Hanya air mata mengalir di pipinya. Ia takut sekaligus lega melihat Jay masih hidup dan sadar, sedang menatapnya lekat. Dia bersyukur, tetapi hatinya sakit melihat wajah Jay yang bengkak dan memar. Keningnya dibalut perban, selebihnya tak ada luka lain. Dia menyayangkan wajah pemuda itu, wajahnya yang tampan .... Ke mana wajah itu?

"Uh? Oh, babe, kenapa kau menangis?" tanya Jay terengah menahan nyeri. "Aku baik-baik saja ... kecuali wajahku, tentu saja." Tangis Maria semakin menjadi. Jay tidak kuasa menahan untuk tersenyum. "Hei, hei, kenapa kau makin menagis ...?" Ia memeluk Maria dan membiarkan wanita itu menangis dalam dekapannya.

Begitu Maria sudah tenang, Jay mengangkat wajah mungil Maria dan menatap ke dalam mata wanita itu. "Ada sesuatu yang harus kukatakan," katanya dingin. "Polisi mengatakan kecelakaan yang kualami karena ada yang sengaja menyabotase mobilku."

Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang