Kimberly−masih dalam tampilan Rose−berambut hitam bergelombang, kaki jenjang mengenakan rok mini, dibalut stoking jala dan mata kaki tercekik tali stilettonya. Dia tertawa sambil berjalan limbung menuju mobil mereka di parkiran. Richard memungut pakaian luar yang dijatuhkannya.
Sebagai rekan Kimberly dalam melaksanakan misi, ia paham betul kebiasaan wanita itu. Kimberly mungkin memang perencana dan pengeksekusi yang bagus. Namun dia agak serampangan dalam hal-hal sepele dan tugasnyalah membereskan hal-hal kecil itu. Ia mengejar Kimberly dan memakaian kemeja tersebut ke bahu wanita itu. Wajah Kimberly memerah karena mabuk, matanya sayu dan menyorot lembut, mengerling menggoda Richard.
"Ouch!!" Kimberly mengaduh kesakitan karena kakinya terpeleset. Untungnya Richard sempat menahan tubuhnya dengan pundaknya agar Kimberly tidak terjatuh. Pria itu terpaksa membopongnya berjalan menuju mobil. Kimberly tertawa dan menepuk-nepuk dada Richard.
Richard membuka pintu mobil, mendudukan Kimberly di kursi depan dan melepaskan sepatunya, membetulkan posisi duduk wanita itu lalu menutup pintu mobil, kemudian ia sendiri masuk ke mobil di kursi pengemudi. Ia membawa mobil keluar parkiran dan masuk ke jalan raya.
Jendela mobil terbuka. Udara malam menyapu wajah Kimberly.
Kimberly tertawa-tawa sendiri. "Kau lihat wajahnya tadi?" katanya pada Richard. Dia masih terbayang wajah Jay. "He's so cute!"
"Kenapa kau memilihnya?" tanya Richard sambil fokus ke jalanan di depannya.
"Kemampuannya, tentu saja ... dan tampangnya juga," jawab Kimberly. "Jay sangat pandai merayu wanita dan juga laki-laki. Tidak ada orang yang cocok menjalankan misi ini selain Jay."
Richard diam saja. Ia tidak punya argumen membalas Kimberly.
"Aku tidak bisa menyuruhmu atau Zee untuk melakukannya," lanjut Kimberly. "Aku yakin kalian lebih memilih jadi pembunuh bayaran daripada jadi Casanova. Aku tak pernah melihat kalian merayu wanita, padahal kau dan Zee sama-sama tampan dan mapan. Apa kalian−setidaknya pernah−tertarik pada wanita?"
Richard mendesah. Ah, kau tidak tahu saja, otaknya menjawab.
"Dulu kukira X juga punya kelainan yang sama." Kimberly bergumam lagi. Dia mulai meracau, menatap Richard dengan kening berkerut. "Menurutmu, apakah X menikahiku untuk menutupi status seksualnya, ya?"
Lihat ...! Lihat ... dia mulai bicara ngawur.
"Jadi, ada apa dengan isteri Killian Milos?" tanya Richard, mengalihkan pembicaraan.
"Siapa? Hm? Oh ... ah, dia .... Hmm, tidak ada apa-apa. Dia wanita yang sangat baik," jawab Kimberly sambil mengangkat tangannya dan melihat cahaya lampu jalanan melalui sela-sela jemari tangannya.
"Apa yang membuatmu yakin dia akan menyukai pemuda cantik itu? Dia tampaknya wanita baik-baik. Wanita yang tidak akan berbuat asusila."
"No, no, no, jangan melihat wanita dari tampangnya, ya!" tegur Kimberly "Walaupun dia wanita baik-baik dan tampak membosankan, wanita itu seorang fujoshi sejati. Dia pengoleksi terbesar drama dan komik BL (Boys Love) sedunia. Jadi ... Jay adalah ... laki-laki yang paling cocok untuknya!"
"Tetapi, tidakkah itu keterlaluan? Jay mungkin akan membuatnya patah hati."
Kimberly geleng-geleng kepala. "Richard, Richard, Richard ...," ejeknya. Kimberly lalu tertawa, "Hahah .... Richard, adalah lebih baik patah hati karena lelaki tampan daripada hidup merana, tanpa pernah merasakan petualangan cinta ...."
Oh, ya, sangat bijaksana.
Kimberly melanjutkan lagi petuahnya. "Kau seharusnya tahu, Richard, wanita seperti dia, punya fantasi seksual yang luar biasa."
Richard terkekeh. Dia−Kimmy−memang bicara penuh omong kosong, tetapi Richard senang mendengarnya. Jarang sekali ia berbicara dengan Kimberly yang lepas kontrol.
"Lalu ... bagaimana dengan dirimu?" tanya Richard penasaran.
"Aku?" Kimberly menautkan alisnya. Penglihatannya membayang. "Richard ... hidupku ini ... terlalu banyak petualangan, aku ... lebih mendambakan hubungan sederhana dan manis. Ibu rumah tangga biasa, memasak, mencuci, membesarkan anak-anak, seks romantis di malam hari, berpegangan tangan dan saling tersenyum sampai tua dan mati."
Richard menahan tawa mendengarnya. Ia tidak pernah mengira yang diinginkan Kimberly ternyata hal yang simpel, tetapi sepertinya tidak mungkin dengan kondisinya sekarang. Dia istri seorang milyuner yang sangat berkuasa. Memang, yang namanya manusia ... selalu menginginkan hal yang tidak dapat dimiliki.
Tiba-tiba saja Kimberly menarik tangannya dan mendekatkan wajah ke depan hidungnya. Richard harus membanting setir ke tepi dan berhenti mendadak. Belum sempat ia protes, Kimberly sudah merangkak dan duduk di pangkuannya, berpegangan pada sandaran kursi mengungkungnya.
"Bagaimana denganmu, Richard?" Kimberly bertanya padanya dengan mata berbinar-binar. "Kau lebih suka laki-laki atau perempuan?"
Dalam posisi itu, tubuh Richard membeku. Kimberly menatap ke dalam matanya, menunggu jawaban. Wanita ini, kenapa selalu bertindak semaunya di hadapannya, tanpa memikirkan perasaannya?
"Kau lebih suka laki-laki atau perempuan?" ulangnya.
Pause. Berhenti sejenak agar Richard bisa menata pikirannya. Oke, lanjut!
"Kuantar kau pulang!" kata Richard sambil berusaha menggeser tubuh Kimberly agar dia berpindah ke kursi penumpang.
"Aku tidak mau!" bantah wanita di pangkuannya sambil melonjak manja. Kedua tangannya ditangkupkan seolah memohon. "Jangan antar aku ke rumah, aku tidak mau pulang!" rengeknya.
Richard mengusap wajah dan rambutnya ke belakang. Ia tampak berpikir keras dan itu membuatnya tampak 10 tahun lebih tua. Belum cukupkah Kimberly membuatnya dalam masalah malam ini? Jika saja Kimberly bukan isteri bosnya, hal tidak akan jadi sesulit itu.
"Kenapa?" Richard bertanya dengan suaranya yang lembut.
"Xander memasang kamera di rumah, aku tak mau ia melihatku pulang dalam keadaan mabuk ...," katanya putus asa. "Ia bilang aku boleh melakukan apa saja yang kuinginkan, tetapi kenapa aku merasa bersalah?" Kimberly menjatuhkan kepalanya di bahu Richard.
Richard mendesah lelah menghadapi wanita itu. Karena kau tak ingin suamimu mengetahui kau mabuk, jadi kau memilih tidak pulang ke rumah dan menghabiskan malam bersama pria lain. Bukankah itu hal yang sama bodohnya? Lebih bodoh malah.
(Revisi: 22/07/2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Play In Fire (END)
ActionRomance 21+ Aku mencintainya, tetapi harus meninggalkannya *** Kimberly, gadis yatim piatu yang menikah rahasia dengan seorang CEO karena kebutuhan mendapatkan keturunan. Setelah mendapatkan anak, Kimberly didepak dari kastel mewah Keluarga Xin. Kim...