Vincent Black dalam balutan kaus hitam dan celana kulit hitam berdiri di depan pintu. Pria dengan lengan penuh tato itu menudingkan sepucuk surat dari kepolisian ke wajah Kimberly.
"Kau menggunakan surat larangan mendekat terhadapku??" tanyanya dengan kening berkerut kesal.
Kimberly mendengus dan melipat kedua tangannya di dada. Bibirnya mencibir meremehkan Vincent. "Kau tidak terima? Mau protes?" sahut Kimberly. "Bukankah kau sendiri yang memintanya?"
Vincent tak bisa berkata apa-apa. Ia terlalu kesal. Kimberly benar-benar orang yang tidak tahu terima kasih.
Kimberly habis kesabarannya menghadapi keledai satu itu. "Sekarang, menjauh dari sini!!" bentaknya, "atau kupanggil polisi?!"
"Tidakkah kau paham, bahwa aku ini mengkhawatirkanmu ...," pungkas Vincent nyaris memohon.
"Jika selama ini kau mengkhawatirkanku karena mendiang kakakku, sebaiknya kau berhenti," ujar Kimberly dengan nada mengancam. "Aku tidak perlu orang lain mengkhawatirkanku. Aku bisa menjaga diriku sendiri!!"
Kenapa gerangan dengan pria satu ini? Ia begitu bodoh dan impulsif. Di mana ia menaruh otaknya? Apakah otaknya sudah rusak karena obat-obatan?
"Ugh ... aku begitu bodoh!!" Vincent memaki diri sendiri. Ia mencengkeram kepalanya seolah-olah akan meledak. "Bagaimana aku harus menjelaskannya?" Ia bergumam sendiri.
Ia lalu menatap Kimberly dengan putus asa. Apa yang harus kulakukan? pikirnya. Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya, seperti yang dialami Violet. Wanita itu menatapnya tajam seolah siap membunuhnya. Kemarahan Vincent sudah di ubun-ubun, tetapi tiba-tiba ia terkesiap melihat sesuatu di leher Kimberly. Sesuatu yang dikenalnya dan jantungnya serasa ditusuk puluhan jarum.
Dengan cepat ia mendekati Kimberly dan menarik kerah bajunya untuk meneliti lehernya. "Mau apa kamu?" Kimberly menepis tangannya sehingga kerahnya terlepas dari tangan Vincent. Namun Vincent sempat melihat ada beberapa tanda yang sama di leher dan dada wanita itu. Vincent seperti api disiram bensin. Ia terbakar hangus sampai ke tulang. "Apa itu?" selidiknya.
Ia memperhatikan kissmark itu, rambut Kimberly yang masih basah, sikapnya yang defensif di ambang pintu, potongan teka-teki yang mulai lengkap baginya. "Kau ... tidur dengan seseorang ??" tudingnya seperti kekasih yang cemburu.
"Bukan urusanmu!!"
"Siapa dia?"
"Haruskah aku mengatakannya padamu?" ujar Kimberly sinis "Apa kau harus tahu segalanya apa yang kulakukan? Kau ini gila, Vincent! Apa kau mabuk atau lagi sakau?"
"Jangan main-main, Kimberly! Cepat katakan siapa orangnya?!" Vincent membentaknya.
This is insane .... Tidak masuk akal.
Sesosok laki-laki berambut pirang muncul dari belakang Kimberly. Matanya biru langit dan berwajah tampan bagaikan malaikat. "Ada apa ini?" tanya laki-laki itu.
Vincent terkesiap melihatnya. "Marcus Zurich!" gumamnya.
Marcus menatapnya tajam. "Oh, Vincent. The Saint," ujarnya datar. Senyum simpul yang sinis terulas di bibirnya. Ia melangkah ke depan Kimberly seolah melindungi Kimberly dari pria itu. "Lama tidak bertemu, Tuan Black!"
Vincent mengangkat dagunya dengan angkuh. "Jadi kau orangnya ...," katanya.
Mata Kimberly berkedip-kedip tidak percaya. Oh, jadi mereka saling kenal!
"Jika kau mengkhawatirkan Kimberly, aku pastikan kau tidak perlu khawatir lagi, Tuan Black." kata Marcus. "Kimberly sudah ada yang menjaga dan kupastikan aku orang yang kompeten untuk tugas itu," tambahnya.
Vincent tidak dapat menahan membuang ludahnya ke samping. Jika ini perang, ia siap bertarung sampai darah penghabisan dengan pria ini. Namun masalahnya ini Kimberly, dirinya sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan dan ujung-ujungnya ia bertingkah seperti orang gila.
Ia tahu Marcus orang yang berpengaruh di Kota CC, sama seperti dirinya. Bedanya, jika Marcus berpengaruh di dunia bisnis, ia berpengaruh di dunia hitam.
"Baiklah," ujarnya pada Marcus, akhirnya. "Aku akan meninggalkan tempat ini. Untuk saat ini, aku percaya padamu."
Ia lalu memandang Kimberly yang menatapnya mencemooh dan berkata dengan lantang, "Tetapi jika terjadi sesuatu dengannya, maka aku akan mencarimu dan membunuhmu!!"
"Kau mengancamku, Tuan Black?" balas Marcus.
"Terserah!!" sahut Vincent sambil memutar badan dan mengibaskan tangannya ke udara. Ia berjalan meninggalkan rumah itu. Seperti seorang prajurit yang kalah perang. Kalah. Telak!
"Kau kenal dia, Zee?" tanya Kimberly setelah Vincent tidak terlihat lagi.
"Pernah bertemu, beberapa kali," jawabnya dengan pandangan kosong. "Kurasa saatnya aku pergi," ujarnya lagi.
Marcus pamit pergi di ambang pintu. Kimberly tidak lupa berterima kasih padanya. Lalu pria itu pergi mengendarai mobilnya.
Dalam perjalanan sambilmengemudi, Marcus terkenang masa lalu. Ia kenal Vincent sudah lama, bahkanmereka tumbuh besar bersama. Vincent yang bodoh namun berjiwa pahlawan.Sedangkan ia berotak cemerlang dan ia tidak akan menyia-nyiakan bakatnya untukhal-hal sepele.Terakhir ia bertemu Vincent 5 atau 6 tahun yang lalu. Saat itu,Vincent berpacaran dengan gadis bernama Violet.
(Revisi: 22/07/2020)
KAMU SEDANG MEMBACA
Play In Fire (END)
ActionRomance 21+ Aku mencintainya, tetapi harus meninggalkannya *** Kimberly, gadis yatim piatu yang menikah rahasia dengan seorang CEO karena kebutuhan mendapatkan keturunan. Setelah mendapatkan anak, Kimberly didepak dari kastel mewah Keluarga Xin. Kim...