33.

9.3K 450 23
                                    

Ini terjadi sebelum pesta amal yang mempertemukan Jay dan Maria

Di suatu siang, Kimberly bersantai di rumahnya. Dia duduk di sofa ruang tengah dengan laptop di pangkuan. Kaki tanpa alas berselonjor ke atas meja. Dia melakukan beberapa pembelian daring. Setelah selesai, dia melirik jam. Masih jam 2 siang. Apa lagi yang harus dilakukannya?

Richard sedang pergi. Untuk pergi keluar, hari terlalu panas. Pekerjaan di rumah sudah beres. Akhirnya dia mematikan laptopnya lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Berbaring tidak karuan. Dia melamun sebentar lalu melirik ke arah kamera yang dipasang Xander ketika terakhir pria itu di sini. Dia meraih ponselnya dan membuka aplikasi berkirim pesan.

Richard dan Marcus sedang makan siang di sebuah kafe, membahas tentang acara amal yang akan diadakan perusahaan Marcus. Ponsel mereka sama-sama bergetar dan dua pria itu sama-sama segera membuka ponsel.

K: Sangat tidak adil!

RM: Siapa?

Z: Siapa?

K: X, kau sangat tidak adil!

10 detik kemudian.

X: Kenapa aku?

K: Kau bisa melihatku, sedang aku tak bisa melihatmu.

X: Jadi, kau ingin melihatku?

K: Tidak!

X: Aku akan menelponmu.

K: Tak ingin bicara!

X: Kenapa?

K: Aku tidak punya tenaga dan mulutku terlalu kering.

Satu menit kemudian.

RM: Akan kubawakan iced americano dan setengah lusin donat.

K: There, you got my point. Thanks, Rich!!

Z: 'Rolling eyes' You should say so!

X: 'Headache' Why don't you say so?

Di Kutub Utara, di tempat di mana bahkan partikel udara menjadi es, Xander yang sedang membeku kedinginan menjadi gerah, kepanasan oleh api cemburunya yang berkobar dalam dada. Richard. Lagi-lagi Richard lebih paham soal istrinya. Pria itu ... ataukah Kimberly yang sedang mempermainkannya karena surat cerai yang tidak kunjung ditandatangani? Xander berpikir keras.

Sementara di meja kafe, di tempat bercuaca cerah dan orang-orang merasa gerah karena panas udara, Marcus menatap menyelidik pada lawan bicaranya. Richard sedang memesan minuman dan donat pada pelayan kafe. Setelah pelayan itu menjauh, Marcus bertanya padanya. "Kenapa kau cepat sekali memahami maksud Kimmy? Bahkan bos jenius kita tidak bisa menebaknya."

Richard bisa memuji dirinya sendiri dalam hati. Ia mengenal Kimberly lebih dalam daripada siapa pun. "Kimmy adalah sosok kucing kecil yang manja. Kau akan tahu apa maksudnya jika dia mengeong."

"Oh? Kalau Rose?"

"Rose ...," ulang Richard segan. "Dia adalah ular betina yang kau tidak akan mau dekat-dekat karena jika dia terancam, dia akan melilitmu dan menelanmu bulat-bulat."

Marcus mengangkat alisnya lalu menelengkan kepala. Ia memilih menyeruput kopinya daripada membuat komentar tentang Kimberly. Bukankah istri bos mereka memiliki kepribadian yang terlalu rumit? Ataukah ... wanita memang serumit itu? Pantas saja wanita susah dimengerti dan sering berubah pikiran.

Di lain kesempatan, berikut ini terjadi sebelum kecelakaan Jay ....

Kamera yang dipasang di mobil Jay menangkap sosok yang menyabotase mobilnya. Kimberly mengirim pesan pada Jay.

R (Rose): Kau akan mengalami kecelakaan mobil besok.

J (Jay): Apa??

R: Buat senyata mungkin.

J: Apa maksudmu? Itu mobilku!

R: Kau akan beli yang baru.

J: Hei, harganya mahal.

R: Mobilmu jelek! Norak!

Entah kenapa, suami Rose menghina mobilnya membuat Jay merasa terintimidasi. Esok harinya Jay menabrakkan mobilnya. Ia nyaris pingsan akibat benturan di dahinya.

Richard, dengan wajah disamarkan, bersiaga di tempat kejadian, menelepon Kimberly.

"Ia sudah menabrakkan mobilnya, tetapi ia tampak baik-baik saja"

" Duh, kalau begitu kau harus lakukan sesuatu! Ini tidak akan dramatis jika lukanya tidak parah."

"Aku?"

"Iya, kau! Karena aku tak akan tega melakukannya. Kau tahu ia sangat tampan. Aku ... tidak akan kuat."

Richard menutup teleponnya. Giginya bergemeletuk geram. Richard bergegas mendatangi Jay yang tengah berada di kursi kemudi.

Mata Jay terbelalak melihat pria itu mengepalkan tinju ke arahnya. "Oh, tidak!!! Jangan di wajah!!" Jay berteriak ketakutan.

Bang!! Richard menghantamkan wajah Jay ke setir mobil. Pria itu pingsan dengan wajah bersimbah darah.

Richard menelepon Kimberly lagi. "Selesai!" katanya.

"Oh, syukurlah ...," sahut Kimberly seraya terisak. "Semoga wajahnya baik-baik saja .... Richard, kau tidak merusak wajahnya, 'kan?"

Tidak ada yang melihat bagaimana ekspresi wajah Richard saat itu. Ia memerah marah bagaikan kebakaran jenggot. Lagi-lagi, wajah Jay sepertinya lebih berharga dari apa pun di dunia ini bagi Kimberly.

*****

Beberapa hari ini Xander memperhatikan melalui kamera di rumah Kimberly, isterinya banyak menerima paket dalam kotak-kotak besar dan tampak mengeluarkan berbagai benda dari kaca yang sepertinya alat-alat laboratorium. Setelah itu, isterinya akan mengurung diri di rubanah selama berjam-jam, bahkan seharian dan tidak pernah menjawab pesan atau pun panggilan telepon darinya.

Xander tidak ingin mengkonfrontasi isterinya, jadi ia menghubungi anak buahnya.

X: Apa yang dilakukan isteriku?

RM: Katanya dia ingin membuat candunya sendiri.

X: Apa??

RM: Katanya dia ingin menghasilkan uang.

X: Apa??

Z: Dia tidak bilang begitu ....

X: Apa??

Z: Katanya dia ingin membuat bomnya sendiri

X: Apa??

Z: Katanya dia ingin menghancurkan dunia ... sesuatu seperti itu

X: Apa kalian juga terlibat?

RM: Tidak

Z: Tidak

X: Jadi kalian tidak membantunya?

RM: Pribadi, katanya

Z: Rahasia, katanya

Xander meletakkan ponselnya dan memijit keningnya sendiri. Isterinya memang punya bakat luar biasa untuk mengisi waktu senggang.


(Revisi: 22/07/2020)

Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang