7.

16.6K 668 14
                                    

Di belahan dunia yang lain.

Jam 1 dini hari.

Di suatu tempat dilapisi salju tebal, badai salju ringan sedang terjadi. Dingin dan kegelapan menyelimuti kawasan itu.

Seorang pria bersetelan jas dalam mantel tebal berdiri menghadap jendela. Sorot mata abu-abunya sedingin udara malam itu. Rambut hitamnya kontras dengan kulit pucatnya. Wajah berahang tirus dengan tulang hidung tinggi dan alis menukik tajam di atas mata kelamnya, membuat wajah tampannya memancarkan aura kejam dan mengintimidasi. Pria itu menyimpan ponselnya dalam kantong jas. Ia memandang keluar jauh dalam kegelapan.

Ia mendengar suara seorang pria sedang bicara dengan istrinya saat ia menelpon tadi. Rasa tidak suka merayap di dalam hatinya.

Xander Xin merasa cemburu.

Pria itu berusia 32 tahun sekarang, namun rasa cemburunya tidak lebih seperti remaja umur belasan.

Sendirian dalam ruangan, akhirnya Xander melepaskan nafas. Pundak bidangnya yang tadinya tegap sekarang menurun. Jarinya memijit kening. Ia punya banyak urusan yang bernilai jutaan dolar, tetapi urusan cerai dengan Kimberly, istrinya, lebih menyita pikirannya.

Dengan IQ-nya yang lebih tinggi dari wanita itu, ia masih tak dapat menemukan penyelesaian bagi masalah mereka. Apa saja selain bercerai, seperti yang diajukan istrinya.

Apa aku kurang perhatian?

Apa aku kekasih yang buruk?

Apa aku payah di ranjang?

Pertama kali melihat Kimberly, matanya sudah terpaku pada gadis muda itu. Aplikasi pendaftaran Universitas Xintel jurusan Matematika. Ia sudah mengenal gadis itu sebelum ia tahu namanya dan ia mengetahui riwayat Kimberly selain yang dicantumkan dalam CV-nya.

Menguras uang beberapa biro judi online. Membobol sistem keamanan salah satu bank tanpa terdeteksi. Mengacaukan harga saham dunia, semua dilakukan gadis itu ketika dia baru berusia 10 tahun. Saat itu tidak ada yang bisa melacaknya.

Xander berhasil melacak keberadaan Kimberly ketika dia berusia 15 tahun. Saat ia memantau ada aktifitas mencurigakan di sistem keamanan perusahaannya. Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Ia berhasil mendapatkan identitas hacker itu, lalu ia memutuskan akan merekrut gadis itu jika sudah cukup umur.

Awalnya, ia berpikir ia yang akan mendatangi gadis itu. Tanpa disangka, gadis itu datang sendiri padanya. Gadis itu meminta untuk bekerja padanya. Menjadi salah satu rekrutmennya, prajuritnya. Kimberly menjalani berbagai macam pelatihan fisik dan mental. Hasilnya, Kimberly selalu melebihi ekspektasinya.

Pelan-pelan ia memiliki perhatian khusus pada gadis itu. Ia punya banyak anak buah. Yang pintar banyak, yang lebih cantik, banyak. Namun yang membuatnya tertarik secara fisik hanya Kimberly.

Ia sadar, Kimberly masih terlalu muda ketika menikah dengannya, masih banyak hal yang ingin dilakukan wanita itu. Ditambah sikap orang tuanya yang menekan Kimberly. Lagi pula pernikahan mereka baru akan memasuki 3 tahun. Kata orang, di masa-masa itulah sebuah perkawinan banyak menghadapi cobaan. Jika ini sebuah layang-layang, maka ia akan membiarkannya terbang bebas. Namun, ia tidak akan pernah membiarkan talinya putus.

Seorang bawahannya menghampiri. "Lapor, Bos! Penggalian sudah mencapai target. Mereka berhasil menemukannya."

Memunggungi pria itu, Xander menjawab dengan dingin. " Bagus! Cepat selesaikan! Berikutnya, siapkan keberangkatanku ke Kota CC! Sepertinya sudah saatnya aku mengunjungi makam mertuaku."

"Siap!" Anak buahnya menyahut kemudian mengundurkan diri.

Xander kembali memandangi kegelapan di tengah badai salju di luar sana. Ia bergumam pada bayang semu istrinya. "Love, bagaimana aku bisa menguasai dunia, jika aku tidak bisa membuatmu tetap di sisiku?"



(Revisi: 19/07/2020)



Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang