25.

10.4K 474 3
                                    

Ketika dua orang asing itu melakukan operasi kecil di pahanya, Jay yang tidak berdaya hanya bisa memandangi pundak wanita yang duduk di perutnya. Ia mengutuk wanita itu sekuat tenaga, walaupun tahu itu sia-sia karena kutukannya hanya diucapkan dalam hati.

Ia merasakan perih sangat di paha kirinya, menjalar ke selangkangannya dan tulang belakangnya.

Sebenarnya irisan yang dibuat Richard hanya 2 cm panjangnya, tetapi cukup dalam. Yang membuat sakit adalah chip yang ditanam di otot paha laki-laki itu. Ada banyak cara dan lokasi untuk menanam chip, tetapi Kimberly memilih menanamnya di paha. Mungkin wanita itu hanya ingin menikmati pemandangan alat kelamin laki-laki lain.

Setelah Richard selesai memasukkan chipnya, ia menutup luka Jay dengan plester transparan yang mengandung obat agar lukanya tidak meninggalkan bekas. Ia mengelap permukaan kulit Jay untuk menyingkirkan sisa darah. Richard merapikan peralatannya ke dalam koper.

Kimberly alias Rose, turun dari perut Jay dan duduk di tepi ranjang untuk memandangi Jay. Tampak air mata mengalir dari sudut mata Jay. Kasihan pemuda itu, ia pasti sangat ketakutan. "Oh, don't cry, baby ...!" seru Rose dengan mata berkaca-kaca. Wanita itu menangkup wajah Jay dengan kedua tangan dan menyapu pipinya, membersihkan air mata Jay.

Jay menatapnya dengan ekspresi jijik. Ia tidak mempercayai perhatian wanita ini. Wanita ini monster!

"Aku tidak bermaksud menyakitimu ...." Rose memelas. "Aku melakukan ini supaya kau menuruti semua keinginanku"

"Hummh hmphh!" Dasar wanita jalang, maki Jay tidak jelas karena sumbat mulutnya.

Rose mengabaikan ocehan pria itu. Lengannya bertumpu di dada Jay. Tangannya yang halus membelai wajah, berlanjut ke dada Jay. "Sekarang, ini akan sedikit sakit ...," katanya lagi.

Jay merasa was-was dan ternyata, kekhawatirannya benar. Gelombang rasa sakit menjalar di selangkangannya. Ia berteriak dengan mulut disumpal, tubuhnya melengkung menahan sakit "Aaarrrghhhh ...!"

Rose menahan tubuh pemuda itu. Menindihnya. Buah dadanya terhimpit di dada Jay.

Richard mengaktifkan implant dalam tubuh Jay melalui ponselnya, untuk memastikan alat itu bekerja sesuai harapan. Setelah beberapa detik, serangan itu hilang. Namun masih tersisa sakitnya. Nafas Jay cepat, dadanya turun naik. Rose menatapnya dengan seringai girang. Mata Jay menyipit penuh kebencian. Wanita gila!!

"Sekali lagi!" seru Rose pada rekannya dan gelombang sakit itu datang lagi, tetapi kali ini, Rose mencengkeram alat kelamin Jay. Wanita itu berbisik di telinganya. "Nikmati saja rasa sakitnya, Babe!"

Wanita itu menggigit kecil daun telinga Jay dan menjilati kulit lehernya. Tangan Rose menggerakkan batang laki-laki itu naik turun dan semakin gencar saat lendir pelumas melembak di tangan wanita itu.

Richard yang menonton mereka dari tepi ruangan merasa tubuhnya panas dingin. Celananya sesak oleh pembesaran di selangkangannya. Tidak terhitung berapa kali Rose atau Kimberly membuatnya berada dalam posisi sebagai penonton. Ia bertanya-tanya pada diri sendiri kapan ia yang menjadi pemerannya. Meskipun hanya merancap atau bergesekan pun, asalkan ada teman memuaskan syahwatnya, Richard tidak keberatan. Apalagi wanita itu adalah istri bosnya. Imajinasinya mulai menggila. Richard berdeham untuk menenangkan diri. Ia berusaha keras bersikap profesional.

Ini keterlaluan! Ini gila! Erang Jay dalam kepalanya. Anehnya, dalam rasa sakit dan di bawah sentuhan wanita itu, ia merasa dibangkitkan. Tubuhnya mendambakan, menikmatinya. Setelah beberapa saat ia mencapai klimaks, melepaskan semua isinya di tangan wanita itu.

"Ohh ... my...!" Rose bergumam, merasakan lelaki di tangannya menegang kuat, meledak dan akhirnya terkulai lemas di tangannya. Tangannya terasa hangat oleh cairan mani Jay. Tubuh pemuda itu tampak lemas. Mulutnya mengeluarkan erangan pasrah. Dia hanya ingin mempermainkan pemuda ini dan tak menyangka dirinya bisa sejauh ini. Rose tertawa geli sendiri. Alkohol membuatnya ingin menjahili laki-laki. Dia mnegelap tangannya dengan handuk

Rose melepaskan sumbat mulut Jay serta ikatan di tangan dan kaki pemuda itu. Dia melempar handuk ke tangan Jay, supaya pemuda itu membersihkan sendiri cairan semennya. Jay melakukannya dengan wajah cemberut.

Rose minum lagi dan duduk di atas bufet. Sebelah kakinya dinaikkan dan memegangi botol minuman. Tangan satunya mengambil sebatang rokok dan menggigitnya di sudut bibir. Richard menyalakan api untuk rokok Rose.

Rose mengisap dalam rokoknya lalu mengembuskannya kuat. "Dengarkan aku!" katanya pada Jay. Dia mengembuskan asap rokok dari bibirnya. "Dengan chip itu, aku bisa meledakkanmu dari jauh dan jika kau atau orang lain mencoba mengeluarkannya, chip itu akan meledak sendiri dan kau mati. Seandainya kau masih hidup pun, penismu tidak akan selamat. Kau tidak mau itu terjadi 'kan?"

Jay rasanya ingin menangis dan mati saja. "Kenapa aku? Kenapa mesti aku?"

"Karena kau mampu! Kau sebenarnya sangat pintar, tetapi sayang kau tidak menggunakan otakmu, kau lebih banyak menggunakan tubuhmu. Dan sekarang aku ingin kau menggunakan keduanya, otak dan tubuhmu. Aku yakin kau bisa. Aku percaya padamu," jawab Rose.

Huh? Apa dia berharap aku akan tersentuh? Jay merasa terharu. Baru kali ini ada orang menyebutnya pintar. Ia tertawa sinis menanggapi perkataan Rose. "Apa yang kau inginkan?" tanya Jay.

"Jadi, kau bersedia kerja sama denganku?"

Aku tak bisa menolak 'kan? pikir Jay. Ia menyingkirkan handuk yang digunakan untuk membersihkan dirinya.

Rose melompat turun dari bufet dan dengan langkah cepat duduk di sisi Jay, menatapnya dengan mata berkilat. Jay berkedik menjauhkan tubuhnya dari Rose. Ia masih belum mengenakan pakaian dan ia sangat takut pada wanita ini.

"Jadilah boy toy-ku!" katanya.

"Huh?" Jay tidak percaya wanita itu mau melakukan tindakan serumit ini hanya untuk menjadikannya pemuas nafsu.

"Lakukan apa yang kuinginkan dan kau harus menyenangkanku," suruh Rose. Dia menatap penuh harap ke dalam mata Jay.

Richard menyerahkan kemeja dan celana Jay ke tangan Rose. Rose merapikan kemeja putih itu dan menyandangkannya ke bahu Jay.

Jay menyangsikan perkataan wanita itu. Entah apa yang dipikirkannya? Ia mulai mengenakan pakaiannya. Ia memasang celana dalam diiringi tatapan kelaparan wanita itu

"Tetapi aku tidak akan membayarmu seperti pacar wanita atau pacar priamu," lanjut Rose. "Aku hanya bisa memastikan ... kau masih hidup dan masih bisa ereksi ... hahaha, dan jangan coba-coba mengkhianatiku!! Atau akan kubuat kau tak bisa ereksi lagi. Kau tak mau 'kan itu terjadi?" ancamnya.

Hehh, apa nasibku tidak bisa lebih sial lagi dari ini? Jay bertanya dalam hati. Ia biasa jadi lelaki simpanan beberapa wanita dan pria, mereka memperlakukannya dengan baik, malah memanjakannya, tetapi wanita ini minta gratisan. Ini tak masuk akal! "Kau ingin aku melakukan apa?" tanya Jay. Ia tak mau menebak-nebak.

"Kau tahu 'kan bos besarmu?"

"Maksudmu Killian Milos?" Kening Jay berkerut. Banyak orang mengira pemilik bar Flower adalah Manajer Shou, tidak banyak orang yang tahu pemilik sebenarnya adalah Killian Milos, seorang eksekutif perusahaan makanan.

"Betul sekali!" seru Rose senang. Jay mulai masuk ke dalam permainan.

"Kau mau apa dengannya?"

"Aku ingin kau ... merayu isterinya."

Rahang Jay langsungterjatuh.


(Revisi: 22/07/2020)












Play In Fire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang