L I L Y (1)

3K 122 7
                                    

Entahlah, harusnya aku memulai kisahku dari yang paling awal hingga saat ini. Namun cerita ini justru terbalik posisinya. Fisha merupakan salah satu dari mereka yang baru saja kutemui sekitar awal Juli 2018. Dan sekarang aku ingin menceritakan tentang seseorang dari alam sebelah yang menjadi permulaan gerbang dialog dengan 'mereka' terbuka. Dia kupanggil Lily. Mungkin karena saat ini adalah awal bulan Agustus, bulan kemerdekaan yang sempat diimpikan olehnya di masa itu.

Di suatu malam, seperti kebiasaan sebelumnya. Insomnia menjadi langganan yang menyapa hidupku di sudut gelap. Tiada sisa buku yang urung terbaca dari rak buku favoritku, malam ini semuanya terasa membosankan, satu-satunya yang tertinggal untuk menghilangkan kebosanan adalah menonton televisi dengan acara monoton karena memang sudah selarut ini. Tanpa sengaja remote tv yang sedari tadi kumainkan setiap tombolnya memindahkan ke sebuah channel dimana acara saat itu merupakan acara reality show. Kata mereka reality show, namun bagiku semua yang ada di tv hanya settingan saja, kecuali pertandingan bola atau pertandingan lainnya. Dalam acara itu menerangkan tentang akibat baik dari perilaku baik maupun sebaliknya, ditambah bumbu adanya kesurupan di acara yang menjadi trend pada sekitar bulan Februari 2018. Seseorang yang kesurupan tersebut memiliki perilaku aneh tiba-tiba, selayaknya hewan yang sedang mengasah kuku di sebuah kayu. Bunyinya lumayan membuat telinga ngilu seketika.

Krek..krek..krek.. bunyi yang hampir sama seperti di tv terdengar ada di sekitarku, bunyi kuku yang sedang menggaruk permukaan kayu. Namun bukan berasal dari televisi. Ada sesuatu yang mencoba menirunya "dasar, yang macam tu ditiru. Memang kurang kerjaan kalian" pekikku sedikit keras untuk memancing sebenarnya siapa yang mau mencoba menggodaku malam ini. Kikikikikikiki... seketika muncul tawa khas dari sang drama queen. Alih-alih membuat seram, justru tawanya semakin membuatku ikut tertawa karena menyadari bahwa ia saat ini sedang malu, sebab gagal menjadi alasan manusia untuk takut.

"Siapa kau?" ucapku dengan nada sedikit menantang, takut jika kehadirannya akan meresahkan orang lain. Atau karenanya orang-orang dengan hati rapuh akan mudah goyah hingga rasa was-was akan menguasai dirinya. Tiada jawaban darinya selain tawa tak berkesudahan. "Aku bertanya padamu nona" kuulangi lagi pertanyaanku dengan logat bak customer service bank yang melayani nasabahnya. Selain tawa, kini ia menjawab dengan aroma bunga mawar segar yang benar-benar menusuk hidung. Setidaknya dia menerima i'tikat baik dengan menyambutku secara baik pula. "terserah mau dipanggil apa juga aku mau, kikiki.. puluhan tahun mondar-mandir disini, tapi baru si adik cantik yang menyapaku cukup sopan. Lainnya mah, asal ketemu aku langsung baca doa ditambah niat mengusir maupun membakarku. Salahku dimana ya?kikikiki..." jawabnya panjang namun masih saja menyelipkan tawa aneh diantara kata-kata yang dibuatnya. Baru kali ini bertemu hantu yang justru membuatku tampak konyol dengan tertawa terbahak sendirian. "sudah ah, mau tidur dulu. Bicara denganmu besok aja sekarang udah mau jam 2 pagi" pamitku padanya yang sebenarnya ada di luar rumah di balik tembok disamping kamar ibuku. "Manusia sama saja, semuanya tukang tidur. Padahal baru bicara dua huruf" sontak dengus kesalnya membuatku semakin kewalahan menahan tawa. Memang ia hantu yang paling labil, pantas saja ia sering disebut drama queen karena tingkah lakunya mirip para aktor yang sedang beradu acting dari skenario yang telah dibuat. Belum usai dengan tingkah konyol mpok kunti, telingaku mendengar sayup dari kejauhan suara musik Jawa yang begitu khas dengan tabuhan gamelan dan beberapa alat musik lain seolah membiusku untuk terlena menikmatinya. 'Sudahlah, siapa juga yang kurang kerjaan memainkan musik di tengah malam begini' pikirku dalam hati kemudian mulai tak acuh pada hal lumrah yang memang sering terjadi di sekitar.

Setelah berdoa mataku perlahan mulai menutup sedikit demi sedikit. Sampai di hitungan detik seluruh mataku tertutup, dan baa! Tiba-tiba kakiku menginjak red karpet yang tentu saja ini bukan area rumahku, hanya sedetik setelah menutup mata justru semua berubah. Nampak iringan-iringan musik khas jawa seperti yang kudengar sebelum menutup mata tadi menyertai derap langkah yang seolah sedang menari, kulihat beberapa obor jaman kerajaan dulu diletakkan di sepanjang jalan. 

Dari sini aku hanya berdoa agar bisa kembali ke tempatku memulai semuanya, jika saja aku tak ingat bahwa pakaian yang kukenakan adalah pakaian tidur serba pendek, mungkin saja perjalanan mengikuti alunan musik itu bisa kuteruskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sini aku hanya berdoa agar bisa kembali ke tempatku memulai semuanya, jika saja aku tak ingat bahwa pakaian yang kukenakan adalah pakaian tidur serba pendek, mungkin saja perjalanan mengikuti alunan musik itu bisa kuteruskan. Namun, tetap ini akan jadi hal membahayakan jika terus mengikuti hawa nafsu dan bujuk rayu setan.

"Astaghfirullahaladzim" sebutku dengan suara sedikit parau, seolah bangkit dari air setelah lama tenggelam dengan nafas tersengal. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi, membasuh tubuh dengan air wudhu kemudian menunaikan sholat malam agar lebih bisa tenang untuk beristirahat.


Well guys, ini adalah part permulaan untuk kisahku bersama Lily. Banyak hal yang akan membuat kita membuka mata untuk lebih menghargai perjuangan para pahlawan. Hingga membuat kita saat ini mampu menikmati kemerdekaan. Dan inilah awal dari gerbang dialog dengan 'mereka' terbuka. 

Selamat menikmati alur cerita..

Dan jangan lupa tinggalkan vote and comment ;)

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang