TEROR!! (4)

716 48 6
                                    


Abang : Gue lihat ada cewek Jepang rambut sepinggang dengan luka menganga di

sekitar leher sekarang.

Aku : Pakai kimono putih ya bang?

Abang : iya..

Aku : Aishin

Abang : ini punyamu Aiyy?

Aku : Bukan, nggak tahu siapa. Usir aja bang, nggak penting.

Abang : kalau nggak tahu kenapa nyebut nama? Ini sudah perlahan pergi. Kamu

panggil balik ya dia?

Aku : What??

Sebuah percakapan singkat di forum suatu grup whatsapp memberiku koneksi gila tentang tingkah kembaran si Yuki onna ini. Tak hanya aku, beberapa temanku yang memiliki penglihatan lebih, tak lepas dari terornya. Kadang aku merasa bersalah, karena semua berawal dari 'dia' yang mulai mengganguku. Namun juga bingung karena bukan kehendakku ia bisa tetap meneror hingga beberapa waktu lamanya.

"Kalian ternyata semua sama saja, sama-sama bodoh ya" belum genap aku membicarakannya dalam hati kini tlah muncul di tengah pintu dengan setengah badan saja yang menembus ke dalam kamar. "Aishin, apa yang sebenarnya ingin kau buktikan?" jujur saja, kondisiku benar-benar lelah setelah sekian hari tak pernah mendapat tidur yang nyenyak dan malam yang damai. Jika memang aku harus mengorbankan waktuku semalam saja untuk mendengar cerita, maka aku bersedia asal setelah ini dia benar-benar pergi saja.

"Aishin, berulang kali aku bertanya tentang apa maumu namun tak pernah kau jawab. Dunia kita berbeda, berhentilah mengganggu satu sama lain apalagi kini kau sudah mencapai ambang batas dengan mengganggu teman-temanku juga. Aishin, derajat manusia lebih tinggi dari bangsamu. Jika kau masih saja tak berhenti, akan kupastikan bahwa setelah ini kau benar-benar tak akan melihatku lagi" tuturku mencoba selembut mungkin namun tetap dalam bahasa tegas agar ia paham. Sudah hilang banyak kesabaranku menghadapi teror yang dilakukannya. Bruaakk.. suara barang di dapur yang tiba-tiba terjatuh membuatku seolah merasa ditantang oleh sosoknya. 'Tuhan, aku berlindung kepadaMU dari segala zat negatif yang akan membahayakan' doaku dalam hati. Kulanjut dengan menutup mataku, mencoba merapal doa semampuku sampai akhirnya terdengar suara tangisan yang memekakan telinga. Kuhentikan sejenak, membuka perlahan mataku dan melihat hantu Jepang tertunduk memeluk lutut menyembunyikan wajahnya.

"Aku sendirian. Pribumi rendah memisahkanku dengan suami dan putraku satu-satunya. Mereka menangkap suamiku kemudian membunuhku dan putraku" dengan terisak ia bercerita, seolah benar-benar ia yang sedang tersiksa. Namun ada yang janggal dalam ceritanya. Apa yang kulihat berbeda dengan yang ia katakan. "Tidak, kaum pribumi tidak membunuh putramu. Justru bangsaku yang menemukan ia untuk dikebumikan secara layak. Namun, kau masih angkuh hingga akhirnya terbunuh dengan cara yang kau inginkan sendiri. Aku memang awam, tapi bukan berarti tak mengerti apa-apa. Sejak awal, banyak versi cerita yang kau buat namun tiada yang sama dengan fakta." Tiada jawaban lagi dari dia yang biasanya begitu angkuh menjawab segala tanya, segala opini. Kini hanya bungkam membisu dengan segala hal yang sempat ia sembunyikan. Bagaimana bisa mempercayai jika dia sendiri selalu memutar balikkan fakta.

Faktanya adalah dia dulu seorang istri dari kesatuan tentara berpangkat Nippon yang sempat singgah beberapa waktu di daerah ini. Dia salah satu wanita congkak yang selalu memberi batasan derajat dengan pribumi yang selalu ia anggap rendah. Jika ada yang bertanya, darimana kutahu tentang itu. Maka jawabannya adalah dari mata yang diberikan Tuhan padaku. 

Aishin Fujiyoku Tsukinaru, berhentilah membuat drama dan biarkan aku menyelesaikan kisahmu dari sudut pandang sebenarnya.

Sebelum kulanjutkan cerita ini, rasanya aku benar-benar diambang keraguan. Ada keinginan untuk unpublish saja cerita di part ini. Sungguh, ada rasa tak nyaman yang menjadi tanda tanya besar setiap menuliskan paragraf demi paragraf. Aku masih samar ingat jika cerita tentang Aishin begitu berbelit. Hampir beberapa hari ketika aku kembali mengulik ceritanya, aku disuguhkan lagi dengan penglihatan tentang kondisi yang lebih memprihatinkan. Bukan fokus pada cerita Aishin, namun justru author fokus pada keadaan para Jugun Ianfu dimasa itu.

Tapi intinya, sebenarnya author kena teror lagi yang membuat malas melanjutkan cerita :D sampai jumpa di next part. Semoga kalian juga bisa merasakan teror ini. Aamiin.

Selamat tahun baru islam 1 Muharram 1940H 

semoga ditahun  selanjutnya menjadi hari-hari yang lebih baik dan damai sejahtera.

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang