Story Of Alfred Daniel (2)

1K 62 0
                                    


Ya Aiyya, aku dulu masuk di sekolah negeri wilayah Jakarta juga. Di sekolah ini memiliki jadwal jam masuk yang berbeda, ada yang pagi ada pula yang sore. Dan aku dapat jam masuk sore. Sekolah ini cukup luas, berbentuk kotak dua lantai dengan lapangan di tengah-tengah hampir sama lah dengan sekolah saat ini. Karena bangunan bentuknya yang kotak, jadi tiap sudut hanya ada toilet dan pintu kecil di setiap ujung tangga yang di baliknya seperti ada pipa besi air kalau tidak salah, aku lupa-lupa ingat. Sudah lama berlalu, jadi struktur detail bangunan cukup susah diingat, namun untuk kejadian yang sempat mengganggu rasa penasaranku tak pernah terlupakan begitu saja meski waktu membuat ia seolah berjalan telah lama dari ingatanku.

Saat itu jam pelajaran terakhir di kelas, namun tiada guru yang mau masuk untuk mengajar. Jadi aku dan 2 temanku pergi ke kantin untuk jajan. Sekedar snack maupun es untuk mengisi perut yang nakal meminta diisi di waktu yang belum tepat. Setelah puas menghabiskan uang saku di kantin, aku dan teman-temanku hendak kembali ke kelas yang letaknya di ujung dekat toilet salah satu sudut bangunan. Saat itu juga aku melihat ada seorang anak perempuan yang memakai pakaian sama dengan kami dan sedang meminum es yang berwarna merah darah, aku kira dia murid baru karena warna kulitnya tak lazim, begitu putih dan mencolok. "Ada anak baru ya?" ucapku pada temanku, mereka hanya mengerutkan dahi mencoba menebak apa maksudku. Dari raut wajah mereka terlihat kebingungan, mengira jika yang kumaksud anak baru itu ibu kantin yang sedang menyapu. Langkahku mengajak untuk mendekati anak perempuan tersebut, namun baru sepuluh langkah anak itu berlari menuju toilet. Aku menarik paksa teman-temanku untuk mengejar anak perempuan itu, setelah aku kejar ternyata arahnya ke toilet cowok. Dia masih belum bisa membaca gambar yang terpampang jelas di pintu toilet atau bagaimana sebenarnya, atau dia laki-laki yang mirip perempuan? Otakku masih mencerna hal logis untuk menjelaskan keadaan ini hingga temanku berkacak pinggang memelotot padaku ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi padaku. Mereka mengira aku masih bergurau, namun aku mencoba meyakinkan mengajak bertanya dengan ibu kantin yang berada di lokasi bersama perempuan tersebut. "Ibu lihat anak perempuan tadi kan bu? bawa es warna merah, dia lari ke arah sini ada beberapa tetesan es yang tertinggal di lantai tapi aku nggak nemuin dia, tahu kemana perginya nggak?" ketika aku bertanya seperti itu justru ibu kantin menyuruh kami untuk segera beres-beres karena sekolah juga akan segera bubar. Temanku menurut lalu kembali ke kelas, aku masih merenung di tempat memandangi ibu kantin yang datang membawa lap untuk membersikah ceceran es anak perempuan itu yang lebih seperti cat atau lainnya.

Aku mencoba tetap mencari anak itu, sampai pintu kecil dekat toilet yang isinya hanya pipa air pun tak luput dari pencarianku untuk memastikan bahwa ia tak sedang bermain petak umpet denganku. "Jangan dicari lagi, dia sudah pergi. Bukan di jaman kamu, tapi di jaman dulu" tiba-tiba ibu kantin berucap demikian sambil tetap membersihkan lantai dengan kain lap. "Itu darah?" aku bertanya dengan perasaan kaget mengingat yang diucapkan ibu itu, tidak ada jawaban setelahnya dan kemudian aku pulang. Aku tak pernah memikirkan hal itu lagi, biar menjadi kisah unik yang tetap menjadi urban legend sekolah itu.

Aiyya, aku tak sadar jika ternyata dalam hidupku banyak sekali kejadian di luar nalar yang menghampiri. Dengan bercerita padamu aku memahami satu hal bahwa memang masa lalu tak pernah lepas dari ingatan, bahkan benda-benda mati tetap merekam kejadian yang pernah terjadi di tempat itu. Jangan pernah bosan mendengar ceritaku, jangan bosan menerjemahkannya kembali dalam bahasamu karena memang aku tak pandai bercerita. Aku hanya melalui begitu saja, melewati waktu yang seringkali menunjukan kekejamannya.

Author pov

Terima kasih om Alfred, karena telah berbagi cerita dengan kami. Maafkan saya yang kurang mampu memperluas bahasa, hingga para readers akhirnya kurang bisa masuk dalam keadaan mencekam yang anda lalui saat itu. Dimana masa kecil tanpa pikiran aneh justru mendapat banyak keanehan dari alam itu sendiri, terima kasih karena mengizinkanku menulis beberapa kisah tentang anda. Izinkan di lain waktu untuk saya bisa mendengar cerita luar biasa dari anda lagi.

Dan readers, setelah ini akan ada cerita dari sudut pandang author lagi. Bocoran tentang next part'nya adalah tentang si anak Netherland yang terbuang. Jadi, ikuti terus kelanjutan kisah ini. Tetap tinggalkan vote untuk sekedar membuat author bersemangat bercerita kepada kalian semua.
Terima kasih

Author Aiyy

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang