Story Of Alfred Daniel (1)

1.6K 67 2
                                    

Begitu banyak misteri dalam kehidupan ini, tak akan cukup seluruh lembar kertas menampung segala kisah hidup seorang saja. Milyaran manusia hidup dan lainnya pernah hidup dalam keadaan yang berbeda, dengan perjalanan yang berbeda. Seiring waktu semuanya terlupakan oleh kegiatan baru yang lebih membutuhkan fokus daripada masa lalu. Pentingkah tetap mengingat yang lalu sedang yang sekarang perlu perhatian lebih. Bisakah diri kita sekarang tanpa mengenal masa lalu? Tanpa mendapat teguran masa lalu? Bisakah kita congkak dan menatap langit sesumbar mengatakan bahwa diri ini telah mati di masa lalu, sedang karenanya kau ada sampai di titik saat ini. Beberapa orang memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan di tiga masa. Masa lalu, sekarang, dan di masa yang akan datang. Semuanya tidak akan sama, dan tingkatannya hanya dirimu sendiri yang mampu menentukan

Salah seorang senior yang mengajarkan banyak hal padaku tentang kontrol diri, tentang cara bersyukur dari mengingat nafas, tentang bagaimana masa lalu bisa menjadi pengaruh yang besar bagi kehidupan saat ini dan banyak hal yang diajarkannya padaku. Hari ini beliau mengirimkan pesan chat whatsapp padaku yang berisi tentang pengalaman luar biasa di waktu lampau. Beliau adalah Alfred Daniel, seorang yang memiliki kemampuan lebih sejak kecil. Hidup berpindah-pindah membuatnya lebih banyak mendapat cerita yang beragam.

Alfred Daniel Pov

Aku sempat beberapa kali hidup berpindah tempat, 2 tahun menikmati kehidupan Kalimantan dan ditahun ketiga aku mulai menjejakan langkah di Jakarta kota kumuh. Keluargaku sedang ditimpa masalah kala itu, hingga hidupku pun harus bergantian ikut nenek atau bibiku. Seringkali aku merindukan kesederhanaan mama yang selalu membuatku tertawa sewaktu balita meski hanya bersama siput berlendir yang sengaja diberi garam hingga menciut kecil dalam cangkangnya. Aku merindukan aroma rumput yang berbalut embun pagi di desaku, aku juga merindukan aroma tanah kering yang terkena air selepas hujan mengguyur. Dulu di zamanku, ada aturan konyol yang menyikut tentang etnis. Anak-anak pribumi dilarang bergaul dengan etnis Tionghoa sepertiku, politik dari presiden Soeharto yang sedemikian keras membuatku merasa gerah ditambah pemikiran nenekku yang begitu kolot semakin menentangku bermain keluar rumah. Aku masih ingat, waktu itu usiaku sekitar 3 atau 4 tahun. Waktu yang harusnya menjadi hakku bermain justru dipakai untuk mementingkan ego masing-masing kaum pikiran sok kritis mengenai politik memuakkan.

Berbekal rasa kesal, kakiku nekat untuk pergi bermain keluar rumah bahkan lebih jauh dari sebelumnya. Di tengah perjalanan aku bertemu 3 orang anak kecil seusiaku sedang bermain petak umpet dan aku akhirnya mengikuti permainan itu hingga sore hari menjelang sandikala. Di penghujung waktu, aku bersembunyi dibalik tong oli yang ada di sekitar tempat itu, diantara bangunan tua yang tetap berdiri meski diantara pondasi telah retak termakan usia. Aku meringkuk menghadap ke lain arah sambil menutup mataku dengan kedua tangan. Aku bingung, mengapa begitu lama mereka tak menemukanku sedang tempat persembunyianku tidak begitu jauh dari posisi bepencar tadi. Lalu aku membuka kedua tanganku dan menatap nanar langit. Seperti masih di senja hari, warna awan begitu merah menyala. Padahal kuingat terakhir aku bersembunyi, awan sudah mulai gelap.

Kuberanikan diri berbalik dan kutemukan satu orang dewasa sedang mengawasiku dari dekat, wajahnya tak begitu jelas terlihat namun kudengar ia sedang berbicara menggunakan bahasa yang sama sekali tidak kumengerti, dan aku mulai ketakutan karena ia ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuberanikan diri berbalik dan kutemukan satu orang dewasa sedang mengawasiku dari dekat, wajahnya tak begitu jelas terlihat namun kudengar ia sedang berbicara menggunakan bahasa yang sama sekali tidak kumengerti, dan aku mulai ketakutan karena ia juga memanggil beberapa teman yang ada di belakangnya waktu itu. Perasaanku tak karuan, bingung harus berbuat apa untuk lari dari keadaan yang menjepitku, aku pun pasrah lalu kembali menundukan kepala semakin dalam dan menutup wajahku dengan kedua tangan. Sedetik kemudian suara keramaian warga terdengar bersahutan memanggil namaku. Kuintip keadaan dari celah jemari tangan kecilku, suasana berganti gelap malam. Tiada awan merah menyala atau orang mengerikan yang mengawasiku, ada rasa aman yang tiba-tiba merangkulku ketika aku mendengar suara para warga, kini aku tidak sendirian. Aku pun berlari menghampiri kerumunan warga yang mencariku. Mencoba bersembunyi dari ketakutan dan perasaan was-was, hingga kejadian ini mudah terlupakan begitu saja sampai aku mulai menginjak di bangku sekolah dasar.

Dan disinilah aku bertemu dengan seorang anak gadis yang begitu lahap menikmati sebuah ice cream berwarna merah darah.. 

Hai-hai readers, cerita ini diambil dari sudut yang berbeda. Jika biasanya tentang kisahku bersama "mereka" merajai alur di Bercak Masa Lalu, maka sekarang author juga ingin membagi kisah nyata dari om Alfred yang tidak akan kalah misterius. Dan tentunya kisah nyata ini masih berlanjut. Jangan lupa vote and comment yak. :D

Authors'Aiyy

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang