TEROR!! (8)~End of the Hideyo Story

792 60 4
                                    

  "Kita dalam posisi perang, hanya ada 2 golongan disini. Teman atau lawan. Hanya ada 2 kesempatan yang tak akan mampu terulang lagi. Menang atau kalah."  


Malam itu kami bertiga menjeda cerita dan memilih mengobrol santai, tentang apapun yang sekiranya bisa dibuat untuk bahan obrolan. Sejenak melupakan kisah masa lalu tentang siapapun itu. "Aku ngantuk" tanpa basa basi, aku yang sudah berkali-kali menguap tak lagi mampu membohongi diri. "Ia, tidurlah" seketika siluet Hideyo menghilang begitu saja. Belum sempat aku menannyakan, bagaimana caraku menemuinya lagi untuk meneruskan kisah yang menggantung ini. Dengan bodoh aku lebih dulu berlalu menuju kamar tidur tempat beristirahat. Perlahan kututup mataku. Seorang perempuan berlari menuju hutan menghindari kejaran beberapa pemuda desa terlihat begitu jelas dalam mataku yang tertutup. 'Mana bisa tidur kalau begini' hatiku berbicara setelah spontan kembali membuka mata, rasa kantuk yang kian mendera hilang sekejab mata. Kulangkahkan kaki untuk mengambil wudhu dan melakukan sholat. Ketenangan paling tenang hanya ketika bathin menuju Sang pencipta. Doaku hanya ingin diberi sebuah petunjuk bagaimana mengakhiri cerita yang lama usai.
~~

"Serang aku, cepat!"

"Tapi Hideyo.."

"Kumohon, gunakan tombakmu untuk menyerangku. Berikan aku kematian yang berharga"

Di tengah peperangan yang hampir menyisakan sedikit pasukan musuh, tanpa ragu ia yang memohon sesuatu yang hampir mustahil diwujudkan oleh teman pribuminya yang telah berjuang bersama sejak awal pertempuran. Bahkan telah lama mengenal Hideyo sebagai pribadi yang santun, baik dan bijak di usia muda. "Dasar penghianat!!" suara seorang prajurit kepercayaan sang papa berteriak lantang menunjuk Hideyo yang masih dalam peraduan kata bersama temannya. Tanpa menggubris teriakan itu, Hideyo dengan kukuh tetap meminta diserang meski ia tahu hal itu tidak akan mengubah penglihatan bangsanya terhadap dirinya. Ia hidup dan mati di bumi nusantara, tempat bangsanya memupuk dosa yang berlebih.

Sebuah hujaman keras tepat mengenai kepala belakang Hideyo. Menciptakan cipratan darah yang membuat dirinya melemas dan hampir ambruk. "Apa yang kau lakukan? Dia Hideyo, apa kau lupa?" pemuda lain dari arah belakang sengaja memukul Hideyo karena geram dengan tingkah temannya yang justru lebih banyak bicara. "Kita dalam posisi perang, hanya ada 2 golongan disini. Teman atau lawan. Hanya ada 2 kesempatan yang tak akan mampu terulang lagi. Menang atau kalah." Sejenak tubuh lemas Hideyo yang masih dalam dekapan teman pribuminya tersenyum ke arah seseorang yang menyerangnya. "Tidakk!!" sebuah peluru mengenai tepat di tengah kening Hideyo sesaat setelah ia mendorong pemuda pribumi yang sempat menyerangnya. Dengan bahasa asal, para tentara Nippon memaki raga Hideyo yang telah tak bernyawa. Sontak hal itu membuat para pemuda semakin geram dan membabi buta menyerang pasukan yang tinggal beberapa saja.

Di sisi lain, Aishin yang tengah dirundung kegelisahan memutuskan untuk bertekad menyusul suami dan putranya ke medan perang. Tindakan bodoh yang hanya akan meninggalkan kesia-siaan semata. "Nyonya, tolong kembali ke markas. Jangan ikut campur dalam peperangan ini. Sungguh, jendral tidak mau ada apa-apa dengan nyonya. Kami masih setia menjaga anda disini" dengan angkuh, Aishin mendorong seorang pasukan yang tengah berusaha melindunginya dalam bilik bangunan besar markas tentara Nippon. "Siapa kau berani melarangku, mengapa kalian hanya diam disini sedang suamiku, para tentara lain bahkan putraku yang masih muda kini tengah berjuang mati-matian di medan perang tapi kalian justru enak-enakan. Pergi, bawakan aku kendaraan untuk menyusul putraku" beberapa tentara ikut geram dengan keangkuhan Aishin yang tanpa tahu situasi dan kondisi saat ini, bangsanya sudah terdesak namun ia tak pernah memahami apapun. Dengan terpaksa, para prajurit membawa kendaraan roda 4 militer untuk ikut mengepung pemuda pribumi. Berbekal keyakinannya, Aishin dengan congkak mengangkat kepala dan berseru bahwa Jepang tak akan mampu dikalahkan. Ditambah ada Hideyo yang bersama para pasukan, padahal ia tak tahu bahwa Hideyo sudah lama menjadi putra bangsa Hindia Belanda. Bumi nusantara yang membuatnya jatuh cinta melebihi kecintaannya pada negerinya sendiri, tempat para pendosa membuat ulah.

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang