TEROR!! (1)

1K 57 2
                                    

Pergi!!

Aku membencimu!

Kau pribumi.

Sama seperti mereka..

Sebuah teriakan keras dari seorang wanita terdengar melengking di telingaku ketika mataku fokus pada buku yang baru kubeli. Di sebuah taman kota di sore hari yang hangat bersama tawa beberapa anak kecil yang sedang bermain tak lantas menghilangkan suara 'mereka'. Aneh, karena aku baru saja datang kemari hanya untuk melepas penat bekerja dan sekedar mencari tempat nyaman untuk membaca. Namun justru sambutan yang kudapat begitu sarkas terdengar. Mengapa di tempat seramai ini bisa ada hawa yang begitu kuat tentang amarah juga dendam yang kurasa, ada apa dan siapa dia. Mengapa dia berteriak padaku yang bahkan tak melakukan apapun di taman ini, sekedar menyapa saja aku tidak.

Mataku menelanjangi seluruh sudut taman, ada rasa takut jika saja ada yang benar-benar muncul. Ada juga rasa penasaran tentang bagaimana seseorang bisa membenci orang lain sedang dia tidak pernah mengenalnya sama sekali, bagaimana seseorang bisa mengusir yang lain padahal ia sedang tidak berniat bertamu atau ingin dijamu.

Dengan malas aku memasukkan buku ke dalam tas ingin segera beranjak pergi dari tempat ini. Percuma penasaran dengan 'mereka' yang bisanya hanya marah saja. Banyak yang masih ingin bercerita padaku, hanya akan membuang waktu jika aku tetap berada disini dan mencari sosok yang berteriak tanpa sebab padaku itu.

Kau bisa melihatku kan..

Kau tahu aku..

Dasar pribumi jahat..

Dengungan kata-kata kasar kembali menggema di telingaku, spontan karena kesal aku berteriak "Damn it!" beberapa pasang mata melihatku aneh karena perkataanku yang cukup keras membuat beberapa telinga yang berlalu lalang ikut mendengarnya. Rasa berkecamuk memenuhi rongga dada, aku tidak tahu siapa dia dan aku pun tidak bisa melihatnya namun justru dia berkata seperti itu padaku. Yang kuyakini sekarang bahwa dia hanya mencari perhatian saja. Perhatian yang mungkin tidak pernah ia dapatkan di taman itu karena para manusia memang hanya bermain bersama keluarganya saja, bukan dengan ilusi horor atau mitos di tempat ini.

Setelah meninggalkan taman, aku rehat sejenak di masjid dekat tempat itu untuk menunggu waktu sholat maghrib tiba. Lalu kembali melanjutkan perjalanan pulang, di area kota akan banyak bangunan baru pencakar langit yang akan segera dibangun. Beberapa terlihat sudah mendekati sempurna pengerjaannya, beberapa baru proses pengerjaan. Seperti biasa, mataku tak bisa selalu fokus ke depan ketika sedang menyetir motor. Rasanya melihat keberbagai arah lebih menyenangkan dalam perjalanan daripada harus terlalu tegang memperhatikan jalan.

Malam itu jalanan cukup padat, beberapa kali berhenti karena macet yang lumayan panjang. Saat menunggu kemacetan usai, aku melihat salah satu gedung tinggi yang baru dibangun. Masih ada alat berat yang mengitari bangunan itu, dan di ujung gedung paling tinggi, seorang perempuan berdiri mematung. Rambutnya hitam sebahu lebih panjang sedikit, pakaian putih. Kunti pikirku karena yang memiliki ciri seperti itu kan hanya sang drama queen. Aku kembali mengabaikannya karena percuma jika aku melihatnya bisa saja ia turun dan membonceng motorku sekarang. Sungguh, itu sangat tidak lucu.

Sesampainya di rumah, aku melepas semua atribut kerja dan bergegas membersihkan diri untuk kemudian beristirahat. Setelah mengguyur tubuh dengan air di malam hari, rasanya suhu badanku jadi tidak beres. Sedikit meriang ditambah flu dan pusing yang tiba-tiba menyerang. "Nduk, makan dulu" teriak ibu dari luar kamar memanggilku untuk segera bergabung makan malam bersama. Aku keluar kamar dengan perasaan was-was tak menentu, tidak seperti biasanya yang selalu happy ketika ibu dan kakak perempuanku mengajak bersantap malam. Tidak ada siapapun selain kita bertiga saat ini, namun aku merasa sesuatu sedang mengawasi kami. Biasanya aku bisa menebak jika yang mengawasi kami adalah Sarah atau yang sudah sering mampir ke rumah. Namun bukan semuanya, Sarah memang beberapa hari tidak datang karena ada suatu hal di huniannya yang perlu diurus dan yang lain tidak mungkin melintas sampai ke ruang keluarga, mungkin hanya sebatas halaman depan atau dapur saja. Melintas pun tak akan sampai membuatku merasa was-was tidak karuan.

Setelah menyantap makan malam yang disiapkan ibuku, kakiku melangkah untuk cuci tangan dan sekalian berwudhu untuk melaksanakan sholat isya yang tadi belum sempat kulaksanakan karena masih dalam perjalanan. Sebuah hawa tidak enak kembali kurasakan tatkala air untuk berwudhu yang tadi memiliki suhu normal kini suhu air di bawah 0ºC. Pikirku mungkin karena aku sedang tidak enak badan saja, karena itulah angin yang berhembus pun rasanya seperti duri halus yang kian menusuk hingga menembus tulang. Kuhiraukan itu dan dengan santai menuju tempat sholat di rumah. Dzikir dan bacaan Al Qur'an terlantun, membuat jiwaku yang sempat was-was kini menjadi lebih tenang. Kalam Tuhan yang Maha pengasih membuat batinku lebih damai dari sebelumnya. Belum usai aku melepas mukena, terdengar lagi sesuatu di telingaku yang membuatku enggan mencari tahu lebih jauh. Sejujurnya aku bukanlah seorang pemberani, lebih baik menjauh dari hal-hal semacam ini daripada harus berhadapan langsung yang kemudian benar-benar menguras energi. Jika saja diberi pilihan, aku akan memilih untuk tidak mengetahui masa lalu dari 'mereka' yang kini sangat sering kudapatkan, entah dari para hantu lebay maupun dari yang benar-benar memendam banyak beban. Kadang aku ingin bersifat tak peduli saja agar aku bebas dari mendengar banyak cerita pilu, sayangnya Tuhan memberiku hati yang tak pernah bisa menolak untuk mendengarkan sebuah cerita yang mungkin akan mampu membuatku lebih bersyukur dalam kehidupan ini.

Kau melihatku..

Kau melihatku..

Aku membencimu..

Semua pribumi jahat..

Sudah bisa ditebak suara siapa yang kini sedang membuntutiku kan. Aku menghela nafas mencoba mengatur letak sabarku agar mudah dijangkau ketika emosi akan meledak.

Kau sama dengan yang lain..

Pribumi rendah..

Pribumi jahat..

Pribumi pembunuh..

"DIAM!!"

Hai guys, author kembali dengan cerita baru.

'Thor, kenapa judulnya "Teror!!" kan biasanya langsung nama.'

Iya nih guys, bagiku ini lebih ke teror sih daripada para hantu yang bisa diajak ngobrol atau yang bisa kutanya lewat Sarah, memang dia akhirnya kasih nama. namun ya begitu, akan banyak teror-teror yang dia beri ke aku. huhuhu,, ini mah yang sedih bukan hantunya, tapi authornya *Plak! (auto ditampar reader karena lebay) oke deh, nantikan update kelanjutan ceritanya ya. Jangan lupa tinggalkan vomment.

Author Aiyy

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang