L I L Y (4)

1.8K 96 0
                                    

"Lily, apa memang kau tau percaya padaku?"


"Kau tahu adik cantik, sumur ini ada di sekitar tempat tinggalmu sekarang. Aku membawa beberapa kain dan makanan untuk adikku Maryam yang pada saat itu sedang berulang tahun, namun entah kini dimana keberadaannya." Ucap Lily yang kembali terdengar sesaat setelah aku kembali ke tempat dimana aku melenggang pergi bersamanya. Melihat dia yang kembali menjadi sosok ceria meski penuh kekesalan dalam matanya membuatku tetap menangis mengingat apa yang baru saja kulihat. Ada waktunya menganggap yang tergambar adalah sebuah mimpi saja, karena jika menganggapnya benar, seluruh pikiran akan terkuras untuk memikirkannya.

"Lily, ah maksudku Kusrini.." panggilku canggung karena tak biasa memanggil dengan nama aslinya "haha.. kau boleh memanggilku Lily jika memang itu kesukaanmu adik cantik" disertai tawa dia memberiku izin untuk tetap memanggil seperti biasanya meski itu bukan nama aslinya. "Tunggu" ucapku padanya ketika mengingat sesuatu ingin kulakukan untuk menghiburnya, dengan cepat aku berlari ke kamar dan mulai menggoreskan pensil pada kertas usang milikku.

 "Tunggu" ucapku padanya ketika mengingat sesuatu ingin kulakukan untuk menghiburnya, dengan cepat aku berlari ke kamar dan mulai menggoreskan pensil pada kertas usang milikku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat kemudian aku berlari kembali menemuinya "Lily, apa kau suka dengan gambaranku? Aku yakin ini tak mirip denganmu, karena memang aku tak terlalu pandai melukis, tapi setidaknya ini sedikit menggambarkan tentangmu kan? Aku juga membuat mawar merah disitu, karena mawar itu kesukaanmu. Aku ingin orang tahu bahwa kau ada" dengan semangat aku segera menunjukan hal yang kulakukan di kamar padanya dan kini matanya terlihat berkaca-kaca. Apakah ia akan bertingkah lebay lagi bahkan setelah aku menghiburnya?

"Adik cantik, kenapa kau begitu baik padaku yang bahkan sebelumnya tak pernah kau kenal? Aku hanya hantu labil, tapi kau justru membuatkanku gambaran yang cantik. Aku sangat suka, hiks" ia berkata sembari mengusap kasar hidungnya seperti manusia sedang flu. Namun tetap saja kulihat masih ada gurat kesedihan di matanya, memang berkurang tapi bukan berarti hilang. Ada sesuatu yang belum ia ceritakan padaku yang membuatnya masih memiliki beban. "Ada yang ingin kau ceritakan lagi?" tanyaku yang membuat dia terkejut mendengarnya "Tidak ada, semuanya sudah kuceritakan padamu. Dan kau juga begitu baik karena sudah mendengarkanku, apapun akan kulakukan untukmu jika kau mau." Jawabnya dengan senyum tulus "tidak perlu melakukan apapun untukku. Aku senang bisa membantu. Dan adakah yang lain yang bisa kubantu?" Kembali pertanyaanku membuat senyum di bibirnya menghilang, matanya kembali tertunduk sendu tanda bahwa memang masih ada beban yang mengganjal hatinya. Entah harus aku yang menebak atau dia yang akan mengatakannya padaku, tentang sebuah kerinduan yang tersisa dalam lubuk hati paling dalam.

"Kau merindukan Maryam?" teriakan histeris seketika terdengar saat aku menyebut nama adiknya. Hanya tak habis pikir, mengapa harus selebay ini ia bertingkah. Padahal dengan tetap tersenyum saja sudah bisa kan. "Kenapa harus aku yang menebak dulu, meski dalam hatimu meronta ingin bicara. Apa memang kau tak percaya padaku?" tanyaku dengan mata menatap tajam ke arahnya yang masih terisak tangis. "bukan seperti itu, aku hanya tak ingin merepotkanmu lagi. Aku.. aku.. aku sungguh merindukan adikku Maryam, bagaimana dia sekarang, bagaimana keadaannya dulu setelah aku meninggalkannya, apa dia baik-baik saja. Bisakah aku bertemu dengannya sekali saja?" jawabnya sambil mengucap permintaan yang bagiku sulit dicerna otak waras manusia. Jika saja dia masih hidup, mungkin urusannya tak seribet ini. Karena tinggal memasukkan nama adiknya ke DPO semua bisa selesai, saat ini aku hanya ingin tau apakah dalam dunia mereka juga ada polisi yang bertugas mencari orang hilang? Sepertinya pikiranku mulai tak waras jika terlalu jauh mencampuri urusan mereka.

"Tolong.."pintanya dengan wajah memelas penuh harap. Masih kalut oleh kejadian yang barusaja kulihat, kini pikiranku tersibak oleh sesuatu yang bahkan sama sekalibelum pernah kulakukan dalam hidup. Membuka gerbang dialog saja sudah merupakankesalahan bagiku, karena bisa saja seandainya yang berdialog denganku memilikisifat jahat, pasti aku sudah tersesat dalam pembicaraannya. "Akan kupikirkanesok hari, aku harus beristirahat karena tubuhku sudah lelah mengingat hari initerlalu banyak hal yang kusaksikan" aku berlalu dari hadapannya yang menjawabkudengan senyum, kemudian kembali masuk rumah untuk bersiap tidur. Jikadipaksakan, bisa menjadi boomerang juga untukku. Alih-alih tertidur, justrusemakin kalut memikirkan tentang bagaimana cara menolong Lily, jika boleh jujuraku sedikit kasihan dengannya. Memang harusnya bukan urusanku, tapi andai bisamenolongnya pasti akan kutolong semampuku. Terbesit satu hal dalam benakku,'apakah aku harus menyebrang ke alam mereka?' entahlah, semua terbesit begitusaja. Malam semakin larut dan aku masih tetap bernaung pada pikiran kosong,sungguh tak berguna bukan ketika sepertiga malam malah diisi dengan sesuatu takberfaedah semacam larut dalam permasalah pelik tak berkesudahan. Akhirnya akusadar, bahwa istirahat yang paling baik adalah dalam sujud mengingat namaNYA.Mengadu segala lelah, meminta segala keinginan, bersadar dari letihnya jiwa.Semoga Tuhan tak membiarkanku tersesat dalam keegoisan mencampuri urusan yangbukan urusanku. 


Maaf  telat update karena urusan kantor beberapa hari ini. sebagai permintaan maaf author, hari ini akan publish 2 part sekaligus. Yeay :D

Jadi jangan lupa tinggalkan vote and comment yak :*

Authors'Aiyy

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang