Aries Batholomeus (1)

1.2K 50 5
                                    


"Entahlah Aiyy, aku tidak terlalu mengerti tentang itu. Tapi ada anak kecil Netherland yang sekarang mengikutimu sejak kau mulai bernyanyi.."

Ramadhan tahun 2018 lebih sepi dari tahun sebelumnya, terlihat dari jalanan yang begitu lenggang dari kendaraan berlalu lalang ketika aku melewatinya. Pekerjaan menuntutku untuk bolak balik ke kota hanya sekedar untuk memonitoring kantor cabang yang ada disana, sebenarnya menurutku itu tidaklah penting karena kantor dan segala pekerjaannya bisa di monitor melalui sosial media yang dikelola maupun dari laporan yang akan disetor setiap akhir bulan.

Namun hal ini justru sengaja aku manfaatkan untuk mencari angin lebih di luar waktu libur. Ketika aku berada di kota, jam pulang yang harusnya pukul 16.00 wib mundur menjadi jam malam bagiku. Bukan pembohong ketika aku mengabari ibuku bahwa aku pulang sedikit terlambat, alasan yang kukatakan hanyalah ada urusan di kota dan ibuku yang baik hati selalu mengijinkanku asal tetap mengontrol waktu pulang agar tak terlalu larut sampai ke rumah apalagi di bulan puasa seperti saat ini, dimana setiap keluarga selalu menginginkan berkumpul di setiap waktunya.

Satu-satunya urusanku di kota hanya sekedar menjadi penikmat jalan, memutari setiap lekuk kota sembari berdendang tak jelas bersama suara parau yang lebih mengganggu dari nyamuk di ujung lobang telinga. Tepat di alun-alun kota, aku berhenti untuk sekedar menunggu waktu berbuka dengan bermain ayunan layaknya seorang anak kecil ditemani 'dia' yang sengaja kuajak berkeliling hari ini denganku. Ya, dia yang ketika aku berbicara dengannya orang lain menganggapku gila. "Sampai kapan mau disini terus Aiyya" tanyanya yang ikut berayun di sebelahku, "Sampai aku bosan" jawabku dengan senyum mengejek ke arahnya. Ada rasa senang ketika melihat dia mendengus kesal dan pasrah karena tingkahku yang kadang sering kekanakan, padahal aku sudah memiliki dua kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki, tapi bagiku 'dia' lebih paham dari semua kakakku. Tentang bagaimana menghadapi moodku yang sering naik turun, tentang bagaimana menuruti permintaanku yang banyak tentang hal konyol, tentang bagaimana cara mengalah meski aku yang salah, tak lupa dengan nasehat yang sering ia tuturkan padaku. Namanya Sarah, dia temanku yang memiliki penampilan mencolok dengan anggun. Yang sering melarang 'mereka' dengan sembarang mendatangiku, seperti kasus Lily yang dihadang masuk olehnya ketika ingin berbicara denganku waktu itu.

Aku tak begitu peduli ketika beberapa orang yang berlalu lalang di alun-alun kota melihatku dengan aneh ketika aku berbicara dengan Sarah. Atau sekedar tersenyum menatap arah kosong menurut mereka. Aku tidak salah, aku juga tidak gila, mereka hanya melihatku dari sudut pandang seorang manusia dengan pikiran yang tak cukup lebar membuka energi positif dalam tiap langkah mereka menerka sesuatu.

Kulirik jam tangan menunjukan pukul 17.30 wib yang artinya waktu berbuka akan tiba sebentar lagi, kuputuskan untuk berlalu dari sini menuju jalanan kembali menyusuri tiap ruang kota untuk mencari tempat berbuka yang enak ditempati, tidak terlalu ramai, namun tetap dengan menu makanan yang tak mengecewakan. Mengingat di hari Ramadhan pasti akan banyak acara buka bersama di tempat-tempat makan, aku lupa jika ini bukan hari biasa yang bisa mendapat kelonggaran tempat disetiap cafe maupun tempat makan lainnya. Mau tidak mau aku harus bersedia berbagi tempat dengan para pelanggan lain yang lebih dulu memesan tempat duduk. "Kau tidak perlu membelikan apapun untukku, aku tidak ingin kau ditertawakan orang banyak disini Aiyya" bisik Sarah di telingaku membuatku tersenyum dan mengedipkan mata tanda mengerti dengan yang dimaksudkannya.

"Sarah, apa benar jika di bulan Ramadhan seperti saat ini para setan dikurung? Tapi kenapa di depan rumah makan ini ada laki-laki hitam yang tingginya melebihi tinggi bangunan?" tanyaku pada Sarah sembari memegang ponsel di telinga agar beberapa pengunjung tak lantas memikirkan hal aneh terhadapku, mataku juga kubiarkan memandang asal dan tak fokus pada Sarah yang sekarang sedang memastikan keberadaan laki-laki aneh yang kumaksud. "Dia penjaga tanah ini, sudah dari dulu katanya. Setan yang dimaksud terkurung pada bulan puasa adalah setan yang berwujud sebagai hawa nafsu buruk seorang manusia, dimana kesucian bulan ini mampu membuat orang-orang yang berpikir bisa semakin baik dan semakin dekat dengan Sang Khaliq. Kalau untuk sebangsa hantu atau jin mereka sama saja dengan manusia, memiliki waktu dan dunia masing-masing, memiliki kewajiban dan larangan masing-masing." Jawab Sarah panjang lebar setelah bertatapan dengan sesuatu yang membuatku penasaran. Sebelum adzan maghrib berkumandang, pesananku telah siap di atas meja. Makanan sederhana berupa nasi ayam bakar dan minuman lemon tea dingin menjadi pilihan berbuka untukku malam ini, Sarah selalu pergi ketika waktu adzan berkumandang, dia bilang tidak ingin mengganggu seseorang untuk mendengar panggilan Tuhan.

Lama aku menunggu Sarah sejak waktu berbuka tadi hingga selesai tarawih di masjid terdekat pun belum muncul juga. Aku kembali menunggu di pelataran alun-alun kota tempat kami bersantai sore tadi. "Kemana aja sih, aku cari kamu" suara mengagetkan Sarah muncul dari belakang, dia mencariku atau sengaja menghilang dariku. "Kau mencariku? Mustahil, aku yang mencarimu kebingungan. Sudahlah, ayo pulang" ucapku ketus lalu menarik paksa tangannya menuju parkiran agar bisa segera pulang.

'Hänschen klein ging allein, in die weite Welt hinein

Stock und hut stehn ihm gut, ist gar wohlgemut

Doch die Mutter weinet sehr, hat ja nun kein Hänschen mehr

Da besinnt sich dan Kind, kehrt nach Haus geswind'

Aku menyanyikan sebuah lagu anak-anak yang berasal dari Jerman kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris lalu di bawa ke Indonesia dan berganti lirik menjadi lagu 'Boneka Abdi' yang identik dengan musik horror pemanggil hantu dari film Danur. Padahal menurutku nada lagu tersebut sangat mudah dihafal dan enak dinyanyikan mengiringi derap langkah perjalanan.

"Sarah, apa menurutmu lagu-lagu yang ada di film itu benar-benar bisa memanggil hantu?" tanyaku pada Sarah ketika telah sampai di depan pintu rumah dan hendak masuk. "Entahlah Aiyy, aku tidak terlalu mengerti tentang itu. Tapi ada anak kecil Netherland yang sekarang mengikutimu sejak kau mulai bernyanyi.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang