ARIES BATHOLOMEUS (5)

830 57 0
                                    

  "Beberapa orang kaya kuat dalam hal materi, namun tidak dengan mentalnya.."  


Sempat beberapa detik ia terdiam dan berhenti bicara untuk melanjutkan kisahnya, sampai kemudian aku berdeham mencoba mengisyaratkan agar ia mau bercerita kembali. "Sebentar, aku makan dulu" ucapnya santai seolah tak ada beban dengan cerita yang pernah dibilang sendiri begitu menyayat hati. "Diusia 3 tahun, Aries pernah dicambuk 10 kali hanya karena mengambil koin Rp. 1,- milik ayahnya hanya untuk ditukar dengan gula-gula" sesaat mataku terbelalak mendengar kelanjutan cerita sedang ia tetap mengunyah apel yang akan habis, dengan tatapan mata kosong dan gigitan apel terakhir dia melanjutkan bercerita. "Aku melihat kejadian itu sekitar tahun 1920'an atau 1930'an jauh sebelum kota ini akhirnya berganti nama seperti yang sekarang. Tahu kan kalau dulu harga barang sangat murah, uang rupiah dulu seperti uang dollar yang ada di luar negeri. Masih berlaku satuan rupiah dengan nominal paling bawah." Mungkin setelah ini aku akan mendapat sejarah lain selain masa lalu milik Aries jika melihat gaya bahasa yang dituturkannya saat ini. "Kau sudah ada ditahun itu?" tanyaku menyelidik karena penasaran dengan usia sebenarnya Sarah saat ini, dia tidak pernah jujur padaku perihal usia. "Seingatku Netherland sudah memiliki satu generasi ketika aku mulai ada. Bayangkan saja berapa usiaku sekarang." Jawabannya yang membuat sekali lagi mataku terbelalak "ternyata kau sudah sangat tua ya" ledekku sembari menutup wajah dengan kedua tangan. "Nggak lah, di duniaku seusia nenekmu sekarang itu kalau di usia sana masih seumuran Aries tau'" kilahnya menyanggah cepat, mungkin memang benar. Waktu kami memang berbeda, maka dari itu aku sangat mewanti-wanti jika ada hari dimana Sarah akan mengajakku ke huniannya, aku pernah pergi melalui mimpi yang begitu nyata dan tak terasa mimpi. Namun jika harus ke tempat Sarah dengan menggunakan jasad sepertinya aku harus menyiapkan surat terakhir untuk keluargaku.

"Aries tak pernah bermain dengan anak-anak yang lain, keluar rumah saja bisa dihitung dengan jari. Menurut tuan Clementius, dia malu memiliki anak cacat bicara seperti Aries. Dia juga malu jika bertemu rekan bisnisnya lalu mereka tahu bahwa seorang pribumi telah menikah dengannya. Aku baru ingat jika petinggi kota yang merupakan ayah dari nyonya Rina juga tak begitu peduli dengan nasib yang menimpa putrinya, pantas saja nyonya pribumi enggan mengadukan hal ini kepada siapapun. Semua hubungan yang ia jalani hanyalah sebagai kesepakatan bisnis semata, kecuali dengan putra satu-satunya yang ia yakini kelak akan mengubah kehidupan sang mama menjadi lebih baik.

Mungkin sampai disini kau akan menganggap cerita tentang Aries biasa saja karena tak ada adegan berdarah yang meliputi segala kisahnya. Tapi bagiku, kisah ini lebih mengerikan dari kematian itu sendiri. Membayangkan diri terjebak diantara hubungan palsu dengan hari yang tak pernah libur dari siksaan bathin maupun raga membuatku sedikit lebih bersyukur dengan kehidupan yang ada. Beberapa orang kaya kuat dalam hal materi, namun tidak dengan mentalnya. Itulah yang terjadi dengan orang-orang Netherland ketika mereka merasa berkuasa atas sesuatu yang bukan milik mereka. Toh, nyatanya ketika Nippon datang mereka juga kabur begitu saja atas izin Tuhan." Sejenak ia kembali berhenti dari ceritanya yang kini kulihat ada sedikit kekesalan dimatanya entah tentang apa.

"Bagaimana jika dirimu melihat ibumu dipukul seseorang di depanmu Aiyya? Marah, kesal, ingin membalas dan sebagainya pasti campur aduk dalam hatimu kan? Itulah yang dirasakan bocah kecil ini setiap harinya sejak ia mulai bisa membuka mata dan melihat semua itu. Aku tak akan menceritakan bagian mengerikan yang kulihat, saat tuan Clementius mencukur setengah rambut nyonya Rina atau ketika ia memukulkan botol kaca kearah kepala istrinya sendiri yang disaksikan oleh Aries secara langsung. Aku tak akan menceritakan ketika aku melihat tuan ini menenggelamkan beberapa kali wajah sang nyonya ke dalam genangan lumpur sawah di tepian rumahnya atau tingkahnya yang sempat memberikan susu bekas ternak untuk putranya." Mengapa ceritanya jadi amburadul seperti ini, semua kata jadi rancu ketika apel yang dimakan telah habis. "Stop dulu Sarah, jadi yang benar kau akan menceritakannya atau tidak akan menceritakannya?" sanggahku ingin menyudahi sejenak cerita yang ingin ia rampungkan itu. "Dua-duanya lah, biar ada temen liat yang serem-serem" pikirannya sekarang mulai tak waras, ingin kuberkata kasar.

"Aku melihat hampir semua kejadian di rumah itu,rumah mewah berlantai 2 dengan corak bangunan khas Belanda membuatnya terlihatbegitu megah. Hanya saja luas hunian tak membuat sang pemilik memiliki keluasanhati pula."


Maaf, sepertinya update bagian (5) kali ini lebih sedikit dari sebelumnya ya. Cerita tentang Aries lebih panjang dari kisah Lily, karena aku harus mendengarnya dari Sarah yang sering berubah mood'nya. Pada kenyataannya Aries lebih lama bersamaku dari 'mereka' yang sempat memberiku cerita luar biasanya. Jangan lupa tinggalkan vote and comment

Author'Aiyy

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang