ARIES BATHOLOMEUS (6)

862 55 2
                                    

" Tuhan, aku tahu Kau melihatku seperti kata mama setiap waktu. Aku takut, tapi mama pasti lebih merasa takut karena mama perempuan dan berhadapan dengan papa yang merupakan monster laki-laki paling mengerikan. Tuhan, lihat aku ya. Aku ingin turun menemui mereka, jangan tinggalkan aku Tuhan dan tetaplah bersamaku"

"Aku melihat hampir semua kejadian di rumah itu, rumah mewah berlantai 2 dengan corak bangunan khas Belanda membuatnya terlihat begitu megah. Hanya saja luas hunian tak membuat sang pemilik memiliki keluasan hati pula." Sampai disini cerita darinya berhenti begitu saja diiringi hembusan kasar nafas Sarah. "Dan, bagaimana terakhir kali Aries bertemu dengan mamanya?" tanyaku ingin mencoba menelisik lebih jauh, Sarah hanya melirikku sejenak kemudian mengalihkan pandangannya ke atap-atap seolah sedang merenungkan sesuatu.

"Aiyya, kadang aku merasa malu dengan diriku sendiri. Sebelum kedua orang tuaku meninggal aku sama sekali tidak peduli pada mereka, tentang bagaimana kehidupan mereka, hubungan mereka dan sebagainya. Yang aku pikirkan hanya aku bahagia memiliki orang tua seperti itu. Aiyya, aku berjuang membela kedua orang tuaku hanya pada saat mereka tiada. Tapi Aries berjuang membela sang mama sejak ia masih kecil, Aries rela menahan pukulan papanya agar mamanya tidak terluka." Setelah mengucapkan itu suasana hening tercipta diantara kami, saling merenungkan adalah hal paling tepat saat ini. "Aiyy, aku punya banyak abdi dalem. Banyak yang bersedia membantuku, aku punya paman Albi yang sering memberiku nasehat baik. Aku tak kekurangan kasih sayang dari mereka yang tulus, dan aku sekarang punya kau bagiku sudah cukup." Ucapnya yang melenceng dari cerita tentang Aries membuatku mengerutkan kening sejenak dengan tingkahnya yang seolah benar-benar berpikir tentang semua hubungan yang saat ini ia jalani. "Jangan mengaku aku punyamu, aku bukan peliharaan." Jawabku dengan bersungut yang kemudian diikuti gelak tawa Sarah, tawa yang selalu kurindukan ketika ia kembali ke huniannya dan jarang bermain denganku lagi.

"Tidak, bukan itu Aiyy. Kamu ya, kalau diajak ngomong bikin gemes sendiri ih" tangannya spontan memukul lenganku cukup keras hingga aku sedikit berteriak. "Aiyya, simpan dulu cerita tentang kita. Biar aku lanjutkan cerita tentang adik kecil Aries, setelah ini aku akan menjemputnya dan membawanya kemari. Apa yang bisa kau bantu, tanyakan saja. Masih ingat kan kalau dia beberapa kali menyebut kata mama?" lanjut Sarah yang kusambut dengan anggukan. "Sarah, kenapa bukan kau saja yang membantu. Serius, aku tak bisa" jawabku kemudian menunduk semakin dalam, mengingat ketika aku harus membantu 'mereka' saat itu juga aku harus merelakan diriku untuk tersiksa sekian detik karena jantung yang tidak akan mampu lama bertahan ketika masuk ke udara yang asing. "Karena kau bisa membantu si centil, jadi mengapa tidak untuk adik kita?" ucapnya santai seolah lupa dengan yang pernah terjadi padaku saat itu. "I can't" hanya senyum yang aneh terlihat dari Sarah yang kembali dengan tatapan kosong mendengar sahutan singkatku.

"Saat itu di sore hari yang masih hangat akan sinar mentari di ujung senja, terdengar keributan yang terjadi di hunian tuan Clementius. Keributan seperti biasa, hari-hari sepanjang hidup Aries yang terdengar dari hunian itu memang hanya sebuah keributan, pertengkaran, atau apapun yang tak enak didengar. Beberapa kali pula terdapat selingan suara senjata api sebagai gertakan, atau entah sebagai keseriusan ingin menghunus kematian bagi mereka yang mendekati Clementius. Namun sore itu lebih mengerikan dari hari-hari yang mengerikan sebelumnya, entah apa yang menjadi biang permasalahannya aku tak begitu tahu Aiyy. Sampai kemudian, sebuah samurai atau sejenis parang gitu lah diambilnya dari ruang penyimpanan khusus koleksi senjata di rumahnya. Dalam otak Clementius hanya ada darah yang harus tumpah saat itu juga, teriakan-teriakan nyonya pribumi sungguh memekakan telinga, meminta ampunan karena ia sadar jika ia tiada maka nasib Aries akan lebih buruk dari saat ini. pada keadaan pintu terkunci dari dalam, Aries melangkah gemetar dari loteng persembunyiannya karena merasa sang mama sedang tidak baik. Dia hanya bergumam kecil dalam hatinya 'Tuhan, aku tahu Kau melihatku seperti kata mama setiap waktu. Aku takut, tapi mama pasti lebih merasa takut karena mama perempuan dan berhadapan dengan papa yang merupakan monster laki-laki paling mengerikan. Tuhan, lihat aku ya. Aku ingin turun menemui mereka, jangan tinggalkan aku Tuhan dan tetaplah bersamaku' itu kata-kata polos seorang anak yang sangat ingin menolong sang mama dari kebiadaban papanya. Selangkah demi selangkah, ia berjalan menuju area suara terdengar. Tepat di ruang keluarga, semua kejadian itu terlihat begitu buruk. Wajah sang mama telah penuh darah dengan lebam di sekitarnya, ada senjata tajam yang akhirnya akan segera dihunuskan ke arah seorang perempuan yang telah duduk tak berdaya. 'Papa' untuk pertama kali di usianya ia begitu lancar dan lantang memanggil papanya. Sejenak senjata itu terhenti di udara ketika melihat seorang anak kecil berlari menuruni tangga mencoba mencegahnya agar tak jadi terayun dan terhempas begitu saja. 'Hallo my son, kau tidak pernah menemui papamu sayang? Semakin tampan juga kau sekarang, oh lihatlah dirimu yang hanya memakai kaos lengan pendek ini, mamamu begitu bodoh tak memakaikan pakaian pantas untuk seorang putra dari Clementius Van Dirck. Jadi, aku ingin setelah ini biar aku saja yang menggantikan mamamu ya' tuan itu berucap begitu sarkas di depan anak kecilnya sendiri Aiyya, hanya sebentar ia berhenti memandangi istrinya yang kemudian kembali fokus untuk mengayunkan senjatanya. Dari sisi lain, Aries berlari sekuat tenaga menuju sang mama dan mengangkat tangan kananya dengan niat ingin menepis agar tak mengenai orang yang disayangi itu. Naas, saat itu juga samurai yang telah terasah sedemikian tajam akhirnya membuat Aries kehilangan setengah dari tangan kanannya. Mamanya yang menyaksikan itu berteriak keras, melihat anaknya bersimbah darah namun masih dengan posisi melindungi sang mama dengan gagah di depan pengecut yang tak pantas disebut papa. Bukan luluh melihat hal yang ia lakukan pada putranya sendiri, namun justru semakin menjadi dan menghempaskan dengan keras tubuh mungil Aries ke tembok hunian yang menjadi saksi biksu kejadian itu, banyak darah yang mengalir dari anak kecil tak berdosa itu. Darah dari tangan yang putus, darah dari kepala yang bertabrakan dengan tembok keras. Semua menciptakan genangan merah menenggelamkan sebuah raga kecil yang perlahan kehilangan nyawanya. Ratapan keras melengking memenuhi penjuru rumah dari seorang mama yang kini tlah kehilangan kehidupannya. Aries Batholomeus, adalah satu-satunya jiwa yang mengisi raganya kini tlah berhembus meninggalkan dengan sejuta kenangan dan pengorbanan luar biasa. Sedetik kemudian, ia sadar samurai itu belum berhenti berayun dan kini memisahkan kepala dan tubuh nyonya Rina. 'Selesai' ucap Clementius tanpa iba mengakhiri kebiadabannya, setidaknya setelah ini dia tidak akan menyiksa raga dan jiwa orang-orang di rumah itu lagi. Setidaknya setelah kejadian itu, nyonya Rina terbebas dari kenyataan pahit yang sering ia hadapi, setidaknya Aries tak akan lagi mendengar keributan maupun melihat penderitaan sang mama. Semua berakhir baik menurut Tuhan, Aries yang berdoa bukan? Agar Tuhan selalu bersamanya, maka saat itu juga Tuhan mengambil keduanya untuk dilindungi sendiri tanpa perantara dalam kasihNYA yang abadi." Sarah mengakhiri cerita dengan kepala tertunduk, sedang aku hanya bisa mengusap air mata yang tanpa sadar terjatuh. Membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan bocah kecil itu membuatku merasa malu, aku yang bahkan ketika ibu sakit kadang mengeluh ketika dimintai untuk mengambil ini itu. Namun justru, anak kecil mengalahkan tingkat keberanian siapapun menurutku. Ya, itu memang yang terbaik untuknya dan sang mama.

"Sekarang apa yang bisa kubantu untuknya?" akupun luluh mendengar cerita tentang Aries dan bertekad membantunya kembalimenjadi jiwa yang damai. Entah apapun resikonya itu urusan belakang, tapisekarang rasanya aku hanya ingin memeluk bocah yang mungkin saat ini masihbermain dengan paman Albino di hunian Sarah. "Dia hanya menginginkan sesuatu yang tak pernah iadapatkan dulu.."

BERCAK MASA LALU (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang