1|Backyard and Library

653 57 7
                                    

Cerita ini hasil kolaborasi dengan InoYomi

🍀🍀🍀

Dengan tergopoh, seorang lelaki berseragam berjalan ke belakang sekolah sambil melirik jam tangannya. Masih pukul 10 pagi, jelas belum waktunya untuk pulang. Tapi laki-laki itu memilih keluar dari kelas yang sedang berlangsung.

Alano Nathanael Rayyan, cowok putih yang berperawakan tegas, namun sedikit nakal. Lihat saja dua kancing baju teratas yang sengaja dia buka. Belum lagi jaket biru kusut kebanggaan yang harusnya melekat di tubuh malah diikat di pinggang

"Alan!" teriak seorang guru olahraga yang tidak sengaja memergokinya keluar dari kelas.

"Mampus gue!"

"Mau ke mana kamu?"

Alan tidak perlu repot menjawab pertanyaan sang guru karena kakinya berinisiatif lebih dulu menjauh. Bisa bahaya kalau pak Roy--guru olahraga yang memergoki--menangkap dan membawanya ke ruang kepala sekolah.

"Alan, tunggu! Jangan lari kamu."

Alan si atlet lari tentu bukan tandingan pak Roy. Dengan mudah, anak kepala sekolah itu menghilang dari pandangan sang guru. Dia bersembunyi di balik tembok belakang sekolah, tanpa bersuara.

"Anak itu berulah lagi!" keluh pak Roy dengan napas terengah.

Alan yang masih bersembunyi, mencari cara mengalihkan pandangan pak Roy. Dia tersenyum saat melihat kerikil di kakinya. Langsung saja ia lempar ke sudut lain dari tempat persembunyian. Aksinya berhasil, pak Roy berjalan menuju ke suara yang dia jatuhi kerikil. Alan dapat bernapas lega ketika guru itu pergi. Artinya tinggal satu langkah lagi menuju kebebasan.

Alan sudah menyiapkan tangga yang dibawanya dari gudang belakang untuk akses kabur. Sesekali dia melirik sekitar, mewaspadai kemungkinan ada orang yang memergokinya. Aman. Dia pun mulai bergerak.

🍀🍀🍀

Sementara itu, seorang gadis berjalan dengan membawa buku menuju perpustakaan. Dia membaca saat berjalan. Jika sekarang jam istirahat, entah sudah berapa orang yang akan dia tabrak.

"Jika aku berdiri di antara mereka, artinya kebebasan... Apa maksudnya?" Ana bermonolog.

Ana yang masih fokus dengan bacaannya, tanpa sadar menuju tempat Alan yang tengah berjuang memanjat dinding. Gadis rambut pendek itu terperangah kaget melihatnya.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?"

Kejutan dari belakang membuat konsentrasi Alan buyar. Dia menoleh cepat, menyebabkan keseimbangan terganggu dan akhirnya dia....

Brak!

Terjatuh.

Sempurna! Tubuh Alan mencium tanah dengan bokong mendarat terlebih dahulu.

"Aduh...." Alan meringis kesakitan. Dia menoleh ke gadis di depannya. "Elo!"

Alan kesal. Aksi kaburnya gagal total hanya karena cempreng gadis mungil di depannya. Dan sial lagi, dia harus menahan sakit akibat jatuh, sementara gadis itu hanya diam sembari melongo heran, tanpa berniat menolong.

Ana mengerjap tidak percaya, menyaksikan Alan, anggota OSIS yang terkenal kharismatik dengan segudang prestasi dalam atletik, malah memanjat tembok sekolah pakai tangga.

"Kamu Alan, kan?" Ana memastikannya kembali, masih tidak percaya Alan yang katanya baik itu bisa berkelakuan seperti ini.

Alan bangkit dan berjalan menghampiri Ana dengan pandangan kesal. Dia berniat membuat perhitungan dengan gadis yang sudah merusak rencananya.

Belum sempat dia mendekat, suara dari jauh menginterupsi. Sosok laki-laki jangkung dengan peluit yang tergantung di leher, berkacak pinggang.

"Alan!"

"Sial!"

Dengan cepat Alan menggenggam tangan Ana, lalu menariknya pergi.

"Tung-tunggu, Alan."

Keduanya berlari di lorong yang sepi, masih bergenggaman tangan. Karena warga sekolah sedang proses KBM dalam kelas, mereka lebih leluasa bergerak cepat. Sementara di belakang, pak Roy berusaha mengejar.

Mereka terus berlari hingga tiba di depan ruangan bertulis 'Perpustakaan' di atas pintunya.

Alan tidak punya pilihan selain membawa Ana ke gudang ilmu itu. Dia menarik si rambut pendek, dan bersembunyi di sudut ruangan yang sepi.

Ana yang bernapas terengah-engah, masih tidak percaya tangannya digenggam erat oleh seorang Alan.

"Alan..."

"Sstttt." Alan meletakkan telunjuk ke bibir, tapi tatapannya mengawasi pintu masuk. "Diam, atau kita akan dalam masalah."

Terpaksa Ana menutup mulut menggunakan kedua tangan mungilnya.

Rasa mawas menghantui mereka, pandangan keduanya terus mengawasi pintu. Setelah dirasa cukup aman dan suara pak Roy juga tidak lagi terdengar, Alan kini bernapas lega.

Tapi kelegaannya hanya sebentar, karena terdengar suara langkah mendekat. Gadis ber-name tag Reina berdiri tepat di belakang mereka dengan tatapan heran.

"Sedang apa kalian?"

🍀🍀🍀

TBC
Thank you for reading...:)

Agata Neisha Arani (Ana) menantangmu menjawab teka-teki dalam monolognya...
😎😎

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang