12. Their Love Story

323 37 32
                                    

Hasil kolaborasi bersama

InoYomi

Happy reading

🍀🍀🍀

"Lo mau satu payung sama gue?"

Ana mundur menjauh dan segera menerobos hujan menuju halte.

"Woi, Agatha! Tungguin gue dong kalau mau main hujan." Alan tertawa melihat Ana yang semakin berlari menjauhinya. "Tha, gue nemu ini loh!" teriak Alan, membuat Ana berhenti berlari di tengah hujan.

Melihat benda yang dipamerkan Alan, Ana memeriksa ranselnya. Benar saja, gantungan tas berbentuk boneka salju miliknya hilang. Segera Ana berlari untuk mengambil kembali hadiah ulang tahun dari ayahnya itu.

"Kembalikan!" pinta Ana, tangannya berulang kali menghapus air di wajah.

Alan tertawa dan berlari-lari kecil sambil memamerkan gantungan tas Ana. Dia tertawa bahagia melihat gadis mungil itu menggembungkan pipi dan melompat-lompat meraih benda di tangannya.

Ana merengut, ditatapnya Alan yang saat ini berdiri di bawah hujan sambil mengejeknya. Cowok itu seperti tidak punya beban. Berbeda dengan Alan kemarin--yang menyebalkan. Bagaimana mungkin cowok yang kini basah kuyup itu terlihat manis di mata Ana? Dia pasti sudah gila atau matanya kebanyakan kemasukan air hujan, makanya sosok Alan tampak seperti malaikat yang baru mendapat kebebasannya.

Ana menggeleng kuat, mengenyahkan imajinasinya tentang Alan bersayap yang tersenyum menawan di bawah hujan. "Cepat kembalikan--"

Nahas, karena terlalu semangat melompat, Ana terjatuh di aspal berlubang di belakangnya. Dia meringis menahan sakit sementara Alan tertawa puas menyaksikan penderitaannya.

"Alan!" teriaknya kesal. 

Alan yang melihat Ana basah di sekujur badan, semakin tergelak sembari memegang perut.

"Alan! Bantu aku!" gerutu Ana lagi.

"Ya ampun Tha,  lo tuh ya, jadi cewek ceroboh banget." Alan mengulurkan tangan untuk membantu. 

Ana membalas uluran tangan darinya. Namun, sedetik kemudian otak Ana mulai bekerja untuk membalas perlakuan cowok di depannya. 
Saat Ana mendapat uluran tangan Alan, dia justru menarik cowok itu hingga terjebak pula di kubangan lumpur. 

Ana tertawa puas.  "Rasain!"

Alan berdecak kesal, baru sadar kalau gadis seperti Ana selalu menunggu kesempatan untuk mengerjainya. "Agatha!"

"Kita impas, anak kepala sekolah!" Ana masih tertawa puas melihat wajah Alan belepotan lumpur. 

Ana bangkit dengan rok yang sangat kotor. Dia menghela napas panjang, sadar buku yang ada di dalam tas ikutan basah, sedikit beruntung novel kesukaannya tertinggal di loker sekolah. 

Tetesan hujan membasahi wajah Ana pelan. Dia dapat merasakan hujan kali ini justru membuatnya merasa tenang.  Tangan kanannya menadahi air hujan yang jatuh menimpanya. 

Alan yang ada di belakang, bingung melihat Ana yang seolah baru pertama kalinya merasakan tetesan hujan.

🍀🍀🍀

Di sisi lain, Reina juga tengah menunggu hujan di halte bis. Dia sudah menunggu hampir satu jam sejak keluar dari sekolah, tapi hujan tidak juga reda. Dia lupa membawa payung, sedang jarak dari rumahnya pun jauh, jadi mustahil menerjang hujan sederas itu. 

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang