20. Their first date

301 36 9
                                    

Ana membongkar lemari pakaian. Dress berbagai warna berserakan di atas kasur. Dia mengamati satu persatu pakaiannya sambil menggaruk kepala yang tak gatal. Lalu dia mengambil dress biru selutut dengan motif bunga-bunga kecil di bagian leher dan bawah gaun, lengannya panjang sesiku, dengan tali di pinggang. Ana memamerkan penampilannya di depan cermin sambil senyum-senyum sendiri.

Dia kembali teringat perkataan Alan di perpustakaan tadi. "Lo mau belajar sampai sebulan pun, kayaknya bakal berakhir di alam mimpi juga."

Ana berputar satu kali di depan cermin lalu tertawa. Kembali diingatnya sambungan kalimat Alan.

"Nontonnya hari ini aja. Kebetulan gue lagi nggak ada jadwal latihan. Mau, nggak?"

Ana menatap dirinya di depan cermin sambil memadupadankan dress yang akan dipakainya. Satu persatu yang dirasa tak cocok dia lempar begitu saja di atas kasur.  Gadis rambut pendek itu frustrasi,  semua gaun yang dia punya terasa tidak cocok.

Pandangannya kemudian tertuju pada dress yang tadi ikut terlempar bersama yang lain. Ana kembali mengambil si biru bunga-bunga itu dan melihat sekali lagi pantulan dirinya di depan cermin. Dia tersenyum puas. 

"Oke, aku ambil ini."

Langsung dia masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian sembari bersenandung riang.

Angga, yang baru saja pulang, otomatis mendengar senandung dari dalam saat melewati kamar adiknya. Langkahnya seketika berhenti, dan berjalan mundur kembali untuk memastikan kalau itu benar suara Ana. 

"Kesambet setan apa, tuh, anak? Tumben?" Angga terkekeh mendengar nyanyian adiknya yang terdengar sumbang. "Ada-ada aja!" Angga menggelengkan kepala, lalu kembali berjalan menuju kamarnya. 

🍀🍀🍀

Lima belas menit kemudian, Ana selesai berdandan. Hanya sentuhan tipis make up pink di pipi yang menambah kesan imut. Tak lupa jepit bentuk bintang yang menghiasi rambut pendeknya. Dia lalu mengambil tas selempang minimalis dari lemari dan sepatu pansus warna cokelat muda di rak dekat buku. Dia telah siap untuk kencan. Eh, belajar Sejarah maksudnya.

🍀🍀🍀

14.00


Ana mengentakkan kaki, sesekali meniup poni yang menutupi dahi.  Beberapa kali dia menoleh ke arah pintu masuk bioskop dan melirik jam di tangan kanannya. Anak kepala sekolah itu tak kunjung datang. Ana frustrasi harus menunggu lama, dia benci ketidakdisiplinan.

"Nona Pendek?"

Ana seketika menoleh ke arah sumber suara di belakangnya.  Tampak Alan baru saja muncul. Ana melirik pakaian yang dikenakan cowok itu. Kaus putih yang dipadu dengan kemeja biru donker bermotif kotak-kotak besar yang sengaja tak dikancingnya, bagian kedua lengan digulung sampai siku, dan balutan celana jeans hitam. Semua seolah menyatu dengan wajah tampan Alan yang bersih, bahkan terlihat cerah kali ini.

Ana tersipu melihatnya. Haruskah dia memuji cowok itu sekarang?

Saat Ana hendak protes karena Alan datang terlambat, cowok itu malah lebih dulu buka suara.

"Lo kok tumben cantik?"

Ana bengong dengan mulut sedikit terbuka. Apa begitu jenis pujian terbaru? Kenapa terasa kesal, ya?

"Makasih." Ana berjalan ke tempat jualan popcorn, mengabaikan Alan yang tersenyum melihatnya.

"Dua popcorn jumbo dan minuman soda rasa blueberry," ujar Alan.

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang