Cerita ini hasil kolaborasi dengan InoYomi
🍀🍀🍀
Sepanjang perjalanan pulang, Ana tidak hentinya memikirkan perkataan Reina. Dia yakin gadis berkacamata itu menyembunyikan sesuatu. Ana harus mulai menyelidikinya dari X IPA 2 tahun lalu. Artinya, sekarang sudah kelas XI IPA 2.
"Non, sudah sampai." Panggilan dari Pak Bima membuyarkan lamunannya.
Segera Ana keluar dari mobil, masih menggendong tas punggungnya. Dia meminta pak Bima berhenti di depan toko buku bertulis 'Calvin Bookstore'.
"Bapak tunggu di sini saja ya, saya cuma sebentar, kok."
Ana sering menghabiskan waktunya di sana sepulang sekolah. Tapi hari ini dia datang khusus untuk membeli terbitan terbaru dari penulis novel favoritnya.
Dia tidak seperti kebanyakan gadis yang menghabiskan waktu di mall atau menonton bioskop kesukaan. Bagi Ana, itu kegiatan yang sia-sia. Lebih baik waktunya dipakai untuk membaca, dan mendapat ilmu walau hanya sebaris kalimat. Yah, Ana tidak peduli meski dibilang kuno sekalipun.
Ana memasuki lorong penuh pajangan buku keluaran terbaru. Setelah mengabsen setiap judul, dia menemukan buku yang dicari berada dalam deretan rak yang cukup tinggi. Dia sampai berjinjit untuk menggapainya, tapi masih gagal juga. Saat dia hampir berhasil menjatuhkan buku, tiba-tiba sebuah tangan dari belakang mengambil lebih dulu.
Ana langsung berputar dan melihat seseorang yang sudah berani mengambil buku incarannya. "Alan?"
"Siapa cepat, dia dapat."
Tanpa merasa bersalah, Alan meninggalkan Ana yang menatapnya bingung.Ana bisa saja mendapatkan buku seperti itu di toko lain atau di bagian rak lain, tapi pantang baginya memberikan buku yang sudah menjadi incaran. Semua orang boleh mengatai bodoh atau kekanakan, tapi begitulah dia. Sekali menargetkan sesuatu, tidak akan menyerah sebelum tercapai.
"Hei anak Kepala Sekolah!" teriak Ana.
Alan berhenti, bahkan beberapa pengunjung ikut menoleh ke suara cempreng Ana.
Ana cuek saja dengan tatapan orang lain, dia menghampiri Alan. "Kembalikan bukuku."
Alan tertawa kecil. “Buku lo? Nggak salah, tuh? Gue yang berhasil mengambilnya. Jadi ini punya gue," elak Alan.
"Apa begini caramu merampas hak orang lain?" Ana menyilang kedua tangan di dada.
"Merampas? Kayaknya lo belum paham makna merampas." Alan maju selangkah, mendekati Ana. "Coba lo pikir, di sini siapa yang melihat buku pertama kali?"
"Aku!"
“Gue juga udah lihat, tapi lo nggak tahu. Lalu, siapa yang mengambilnya?"
"Kamu?"
"Pintar. Jadi hak siapa sekarang?"
Ana berdecak kesal. "Aku hampir mendapatkannya andai tangan panjang kamu itu tidak menghalangiku. Kamu hanya mencari alasan untuk setiap perbuatan curangmu. Sama seperti kejadian memanjat tembok kemarin."
"Seenggaknya gue punya alasan yang bagus dan logis. Bukan kayak lo yang malah nyalahin tinggi badan gue. Kenapa nggak coba tambah tinggi badan lo, Nona pendek?" ejek Alan.
Ana mengepalkan tangan karena kesal saat Alan mengatainya pendek untuk kedua kali. "Aku belum selesai," kata Ana, tapi Alan sudah berlalu.
Alan membayar buku di kasir. Ana ingin menyusul tapi antrian beberapa orang membuat tubuh mungilnya terdorong menjauh. Dia tidak punya pilihan selain menunggu lelaki jangkung itu di pintu keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Clover [COMPLETED]
Teen FictionDi hari pertama sekolah, Ana harus berurusan dengan Alan, si anak kepsek yang mencoba kabur lewat pagar belakang. Pertemuan mereka membuka lagi tragedi yang pernah terjadi di sekolah itu. Ditambah hadirnya Reina, Alan terpaksa mengungkap kembali...