15. Bullying and Best friend

279 35 12
                                    

Ana berjalan santai sambil mamainkan ponsel di tangan. Dia berhenti sebentar untuk mengedarkan padangan mencari keberadaan Reina. Janjinya untuk pergi ke kafe bersama tampaknya akan batal. Yah, sepertinya Reina sudah mulai membuka hati menerima Ana sebagai teman.

"Reina kok lama, sih?" Ana terpaksa menunggu dan memiih duduk di salah satu kursi panjang di taman belakang sekolah, tempat mereka janjian.

10 menit berlalu, reina tidak kunjung muncul. Ana menelpon Reina namun ponselnya tidak aktif. Malahan dari kejauhan dia melihat Vano sedang berlarian seperti orang bodoh.

"Ngapain tuh anak, nggak ada kerjaan banget?" gumam Ana.

"Vano!" teriakan Ana berhasil menghentikan Vano yang tengah berlari, sontak saja cowok itu menoleh.

"Ana?" Vano sedikit terkejut melihat Ana baik-baik saja.

Jadi kecurigaannya kepada Karen yang balas dendam terhadap Ana salah. Itu artinya orang yang ditarget Karen bukan Ana, melainkan Reina.

"Kamu lihat Reina, nggak?"

"Lo lihat Rein, nggak?"

Sontak keduanya melontarkan pertanyaan yang sama terkait Reina.

"Kamu nyari Reina juga?" tanya Ana penasaran.

"Dan lo, kok lo belum pulang, bukannya-"

"Aku menunggu Reina, kita mau pergi makan siang bareng, tapi sampai sekarang Reina belum juga datang," ucap Ana.

"Belum datang?" Vano semakin cemas.

Ana celingukan mencari seorang lagi yang biasanya selalu bersama Vano. Siapa lagi kalau bukan Alan.

"Mana anak kepala sekolah itu?"

"Alan? Gue tadi berpencar buat nyari lo."

Ana mengernyit heran, "Kenapa mencariku?"

"Kami pikir Karen sama temen-temennya bakal jahatin lo, gara-gara kejadian tadi siang. Tapi ternyata lo baik-baik aja."

"Jangan-jangan-" ucap Ana dan vano kompak.

🍀🍀🍀


"Reina!"

Alan memanggil nama Reina di seantero area kelas XI, namun gadis itu tidak ada di sana. Kondisi koridor pun sangat sepi karena memang semua murid sudah pulang.

Alan mencoba mencari di perpustakaan tempat gadis itu selalu menyendiri. Namun sial, Reina juga tidak ada di sana.

"Reina, lo kemana sih?" gumam Alan frustrasi.

🍀🍀🍀

"Lo cari di sana, gue cari di sana. Kita berpencar, Na!"usul Vano sambil menunjuk dua arah berlawanan di koridor kelas XII.

"Oke, kalau sudah ketemu, kabarin aku."

"Oke." Vano segera berlari dari selatan ke arah lapangan, sementara Ana pergi ke koridor kelas.

Di tempat lain, Reina tengah beringsut dengan kondisi tubuh basah kuyup dan kotor, tercium bau busuk berasal dari air yang mengguyur tubuhnya. Dengan tertatih, dia mencoba meraih gagang pintu kamar mandi untuk keluar. Namun nahas, pintu itu dikunci dari luar.

"Buka pintunya!" teriak Reina dari dalam. "Buka!" Reina terus berseru sesekali mencoba menarik pintu itu dari luar. "Tolong, siapa pun, buka pintunya!" Reina mulai terisak sambil sesengukan memeluk tubuhnya yang mulai kedinginan.

"Kak Reihan!" Reina memanggil nama kakaknya sambil menangis.

BRUK!

Terdengar suara dobrakan pintu dari luar, Reina tertolong, ternyata masih ada orang yang menemukannya.

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang