"Sikap Alan beda banget hari ini! "
"Beda gimana?”
“Lagi PMS mungkin!”
Ana langsung menjitak kepala Vano dengan tangannya, “Jangan becanda deh, kamu bawa kami ke sini cuma buat ngeluh gitu doang?" ejek Ana, ia bersandar ke batang pohon kersen, sementara dua lawan bicaranya duduk berdekatan di rerumputan tak jauh darinya.
Vano menarik buku yang sedari tadi membuatnya diabaikan Ana, wajahnya sedikit kesal. "Lo nggak ngerti kita lagi serius di sini? Lo baca apaan, sih?" Setelah dibuka, Vano menyerah, ia kembali melempar buku catatan itu ke Ana.
"Aku juga serius, Van. Kita perlu ngasih Alan waktu. Daripada gitu, mending kita pikirin langkah selanjutnya."
"Aku setuju sama Ana," dukung Reina, gadis berkacamata itu meletakkan anak rambut ke belakang telinga dengan gaya anggun yang membuat Vano sejenak menahan napas.
"Kita harus apa, Na?" tanya Reina, tak menyadari Vano memperhatikannya intens.
"Aku sempat berpikir untuk menelusuri lagi data-data yang seperti dibilang Bu Sarah, tapi setelah memikirkannya semalaman kupikir itu sia-sia saja. Kalau pak Guntoro saja bisa diserang balik, itu berarti semua data tidak lagi valid, terlebih kasus ini sudah setahun lalu. Jadi, persentase data bisa diubah semakin besar. Maka keputusan akhirnya, kita cari bukti kuat yang ada pada Reihan."
"Reihan kan udah meninggal, ya kali, kita nanya dia di kuburan, Na." Vano merebahkan badannya, menjadikan tangan sebagai bantalan kepala, tangannya nyaris menyentuh paha Ana.
Ana mudah saja menjitak kepala Vano, membuat gadis di depannya terkikik kala lelaki itu mengaduh sakit. "Kamu benar-benar tidak bisa berpikir, ya?"
"Kalau gue makin bodoh, itu salah Lo, ya Na," keluh Vano kemudian.
"Kita telusuri jejak Kak Reihan, Devan. Kita cari tahu kira-kira disembunyikan di mana bukti kuat itu." Reina yang dengan sabar mau saja menjelaskan.
Vano telungkup, bertopang dagu dengan lipatan tangannya, tersenyum manis ke arah Reina. "Gitu, ya, Rein? Hemm, aku baru tahu."
Ana berdecak kesal, memutar bola matanya. "Lebih dari itu, pertama kita harus cari tahu dulu, kira-kira apa bukti kuat yang dimaksud Bu Sarah." Ia kemudian menatap Reina. "Oh, ya, Rein, polisi menemukan apa saja barang-barang milik Reihan? Ada yang hilang atau enggak benda-benda di kamarnya?"
Reina tampak berpikir, lalu berkata, "Polisi hanya menemukan ponsel dan dompetnya, karena pada acara pensi malam itu, Kak Reihan memang nggak membawa apa pun lagi. Peralatan sekolah dan lainnya masih ada di kamar, tanpa satu pun yang hilang."
Ana menyeringai kecil. "Jam tangannya saja baru kita sadari hilang kemarin-kemarin kan, itu berarti bisa saja kita melewatkan sesuatu juga. Tugasmu, Rein, periksa ulang semua benda-benda milik Reihan, dan catat kalau ada yang hilang, sekalipun jaket atau baju yang ia pinjamkan ke temannya dan belum dikembalikan, ataupun yang pernah dikembalikan setelah hari meninggalnya. Benda seperti flashdisk, memori, laptop, juga periksa dengan cermat."
Sekarang ia beralih ke Vano. "Karena kamu ahli TI, maka tugasmu, periksa riwayat chatting di ponsel, email, medsos dan semua yang berhubungan dengan komunikasi milik Reihan. Lihat pertemanannya di media sosial, telusuri dan cari tahu semua orang yang pernah dihubungi Reihan, yang mungkin saja ia pernah titipkan sesuatu."
Vano mengernyit. "Kalaupun Reihan mau menitipkan sesuatu, dia pasti mempercayakannya sama gue atau Alan, lah, Na. Nggak mungkin ada orang lain lagi."
Ana mendengkus, mengejek kebodohan Vano dengan tatapan seolah lelaki di sebelahnya itu tidak berotak.
"Kamu jangan lupa, seminggu sebelum Reihan meninggal, kalian bertiga terlibat konflik. Kalian tidak berbicara satu sama lain, mungkin saja dia pernah membahas sesuatu dengan orang lain. Tambahan tugasmu, Vano, cari tahu tentang teman klub larinya yang cukup dekat dengannya. Oh, astaga, aku hampir lupa. Bukankah jam tangan itu masih padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Clover [COMPLETED]
Teen FictionDi hari pertama sekolah, Ana harus berurusan dengan Alan, si anak kepsek yang mencoba kabur lewat pagar belakang. Pertemuan mereka membuka lagi tragedi yang pernah terjadi di sekolah itu. Ditambah hadirnya Reina, Alan terpaksa mengungkap kembali...