8|Their Feelings

299 40 4
                                    

Hasil kolaborasi dengan InoYomi

Happy reading


🍀🍀🍀

"Ternyata otak kamu lebih dangkal dari yang aku kira."

🍀🍀🍀


"Dangkal?" Alan malah tertawa kecil di depan Ana seakan sesuatu itu sangat lucu. Sementara Ana hanya memandang heran si anak kepala sekolah.

"Kok ketawa?"

Alan menahan perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa. Ia mulai menetralkan diri untuk kembali bicara.

"Gini ya Tha... Dari sekian banyak cewek yang pernah gue temuin, lo itu yang paling unik."

Ana menaikan sudut alis bingung.
"Unik? "

"Ya, lo satu-satunya yang ngajak gue temenan. Kalau cewek lain biasanya ngajak gue pacaran," ungkapnya.

"Oh ya, aku rasa, cuma cewek nggak waras yang ngejar-ngejar kamu."

"Yah, mereka cuma ngejar gue demi pamor dan gelar 'pacar seorang Alan'. Gue tahu mereka nggak tulus mau dekat sama gue."

Ana malah tertawa kecil dan membuat Alan bingung. "Aku tahu alasan mereka nggak tulus."

"Apa emang?"

"Sikap kamu yang menyebalkan."

"Agatha!" dengan gemas Alan mencubit pipi chubby Ana hingga membuatnya meringis sakit.

Ana memukul-mukul tangan Alan di pipinya. "Alan sakit. Lepasin!"

Saat Alan mengendurkan cubitannya. Kedua bola mata mereka saling bertemu. Ini pertama kalinya Ana melihat wajah cowok itu dalam jarak yang sangat dekat. Dia bahkan dapat melihat jelas iris coklat Alan yang membuatnya ingin terus memandang. Apalagi saat Alan justru mengulas senyum tipis, membuat pipi Ana menjadi panas. Entahlah. Yang jelas, senyuman yang diberikan Alan sangat berbeda dari biasa.

Ana kembali mengingat semua peristiwa yang dia alami bersama Alan beberapa waktu belakangan ini. Kemudian dia terlihat kesal. Kenapa senyuman semanis itu harus hadir di wajah menyebalkan seorang Alan? Apakah Alan sering tersenyum di depan banyak cewek? Apakah itu sebabnya semua cewek menyukai Alan?

"Hei... Nona pendek!"

Seketika lamunan Ana buyar dan segera dia menepis tangan Alan.

"Jangan panggil aku Nona Pendek," keluhnya.

"Lah, emang pendek, kan. Mana ada cewek SMA dengan tinggi 150 cm. Adik ponakan gue aja lebih tinggi dari lo," ledeknya.

"Daripada kamu, Tiang listrik. Suka bolos, dasar anak kepala sekolah."

"Nah, kan, lo manggil gue anak kepala sekolah lagi."

"Memang iya kan? Udahlah, aku malas berdebat sama kamu." Ana memasukkan buku di tangannya ke tas.

Alan justru bingung, bukankah tadi gadis itu mengajaknya untuk baikan. Lalu apa yang diterimanya sekarang? Gadis itu justru pergi begitu saja meninggalkannya.

"Eh Nona Pendek!" teriaknya nyaring.

Ana berhenti melangkah, masih membelakanginya. Sedetik kemudian dia balik badan. "Apa?"

Secret Clover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang