Minggu pagi menjadi acara wajib bagi Ana untuk berburu buku di Gramedia. Ada yang berbeda untuk hari ini. Dia, Alan, Reina dan Vano sudah sepakat untuk bertemu di Clover Kafe. Namun gadis itu bahkan belum juga bangun meski weker sudah berdering sejak 15 menit yang lalu.
Tidak lama, seorang laki-laki berkacamata dengan hanya memakai boxer dan kaos oblong putih masuk ke kamarnya.
"Tha, gue ambil komik ya?" tanya kakak kedua Ana, Angga, yang saat ini menempuh jurusan Arsitektur.
Tidak ada sahutan karena si empu masih terlelap dengan mimpinya. Bahkan Ana mengigau mengatakan, "Kembalikan boneka saljuku, Alan."
"Dasar tukang tidur!" Angga menggelengkan kepala melihat kelakuan adik bungsunya. Tanpa izin, dia mengambil saja koleksi komik Ana lalu keluar kamar.
Suara getaran ponsel mengganggu tidur Ana. Masih memejamkan mata, tangannya meraba meja di sebelah tempat tidur untuk mencari benda pipih berwarna putih.
"Halo?" sapa Ana dengan suara serak. Dia merasa pusing.
"Na, lo baru bangun?" seruan dari seberang ponsel mengejutkan Ana. Dia langsung hapal pemilik cempreng barusan.
"Kenapa, Van?" suara Ana masih serak, dia merasa haus tapi tidak ada air dalam gelas di nakas sebelahnya.
"Lo beneran baru bangun?"
Ana mencoba menegakkan badan untuk turun dari ranjang tapi pusing yang mendera membuatnya rebahan lagi. "Ya. Ada apa?"
"Astaga! Cewek jam segini baru bangun. Gimana lo bisa jadi istri yang baik, ckck."
Ana mengernyit. Mood-nya yang buruk karena pusing, semakin tersulut mendengar ocehan Vano. "Kenapa jadi ngomongin istri, sih? Siapa juga yang mau jadi istri dalam waktu dekat. Aneh!"
"Kata orang tua, rezeki bisa dipatok ayam kalau anak gadis bangun—"
"Eh, kamu menelepon mau ceramah apa ngajak ribut?"
Vano tertawa. "Bukanlah."
"Jadi apa? Soal Reina? Nanti aja bahas di Kafe."
"Ini lebih penting dari soal Reina. Sekarang keluar dari kamar lo."
"Keluar dari kamar?" Ana mencoba menerjemahkan maksud ucapan Vano saat ini.
"Atau aku yang masuk?"
Ana punya firasat buruk tentang kalimat Vano, tapi pusing itu semakin membuat kepalanya sakit. "Kamu ada di depan kamar aku? Kok bisa? Tahu dari mana rumah aku? Dan kamu ngapain pagi-pagi ke rumah aku? "
"Jawabnya kalau lo udah keluar. Makanya cepat keluar!"
"Kamu gila Vano!"
"Ur welcome."
"Sinting!"
"Iya gue ganteng, kok."
"Abnormal! "
"Imut sudah pasti."
"Kepalaku pusing."
Telepon diputus sepihak oleh Ana.
Ana meletakkan kembali ponselnya ke nakas, lalu merebahkan badan untuk kembali tidur. Sayangnya, 15 menit setelah memejamkan mata, tidurnya diganggu makhluk bernama Vano yang entah datang dari mana, tiba-tiba sudah di kamar Ana bersama Angga.
"Dek, badan lo panas, kayaknya demam, deh." Angga menempelkan tangannya ke dahi Ana.
Ana tidak punya tenaga untuk menepis tangan Angga, jadi dia hanya menelengkan kepala ke kiri. Dia melihat Vano yang memasukkan satu tangan ke kantong, berlagak sok keren, sementara tangan kanannya terangkat seolah menyapa.
![](https://img.wattpad.com/cover/158250071-288-k865627.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Clover [COMPLETED]
Teen FictionDi hari pertama sekolah, Ana harus berurusan dengan Alan, si anak kepsek yang mencoba kabur lewat pagar belakang. Pertemuan mereka membuka lagi tragedi yang pernah terjadi di sekolah itu. Ditambah hadirnya Reina, Alan terpaksa mengungkap kembali...