Bab 15

8.3K 663 48
                                    

Angin malam meniup potongan-potongan jerami di sekitar pintu masuk kandang ketika Sasuke melewatinya. Dia turun dari kuda, lalu menggendongku dengan mudah sampai menapaki tanah. Seorang lelaki langsung memegang kendali, sementara Sasuke memberi perintah dan membentaknya.

"Pastikan Morio melatihnya pagi dan sore hari. Aku ingin Ootsuki siap dipasangi baju besi lusa depan."

"Baik, Tuan Muda Sasuke!" jawab pemuda itu. Dia mulai memimpin Ootsuki masuk ke kiosnya.

"Beri dia makan dengan baik malam ini dan pastikan airnya cukup. Jika sekali lagi aku lihat embernya kosong, seseorang akan menanggung akibatnya."

"Baik, Tuan Muda Sasuke!"

"Beritahu Morio untuk mengecek pandai besi besok pagi dan pastikan baju zirahku sudah diperbaiki dengan benar, termasuk helmnya."

"Baik, Tuan Muda Sasuke!"

Sasuke mengulurkan tangan dan aku meraihnya. Matahari baru saja terbenam di belakang dinding kastil saat kami berjalan melewati gerbang, menapaki jalan dan masuk ke dalam menara ruangan kami.

"Kurasa Ibu sudah berencana mengirim makan malam ke kamar kita," kata Sasuke saat kami mulai menaiki tangga. "Setelah kita makan, kita bisa ... duduk sebentar."

Aku menatap Sasuke, dan dia tersenyum kecil. Aku mengangguk, mengerti apa maksudnya. Aku sudah mempertimbangkan pertanyaan apa yang hendak kuajukan padanya. Aku ingin tahu lebih banyak tentang saudara perempuannya dan Tuan Muda Naruto, tapi jujur saja, aku kurang yakin ini jenis topik yang Sasuke harapkan. Kami baru saja mencapai puncak tangga yang menuju lorong kamar ketika mendengar seseorang berteriak.

"Uchiha Sasuke!"

Tubuh Sasuke membeku saat Ratu Rin berjalan ke arah kami. Jemari Sasuke semakin erat menggengam tanganku.

"Kau telah membuat Kakashi takut setengah mati!" Ibu Rin memarahi Sasuke. Tangannya di pinggul dan dia cemberut melihat Sasuke.

"Aku ingin privasi, Ibu," geram Sasuke. Tubuhku ikut tegang. Meskipun aku sudah pernah mendengar Sasuke menggunakan nada seperti itu sebelumnya - baik pada orang tua angkat dan pelayannya - aku rasa seorang pangeran pun akan mendapat teguran karena bicara tidak hormat pada Ratu, namun ucapan Sasuke tidak membuat Ibu Rin kesal. "Aku tidak butuh dan tidak akan mentolerir pengawal yang mengikutiku kesana-kemari."

"Jangan konyol," jawab Ibu Rin. "Aku harus memastikan kau tidak menyelinap ke suatu tempat bersama pasukanmu."

Sasuke kembali menggeram saat menyeret kakinya ke depan dan belakang sambil menatap lantai. Jemari Sasuke kembali memegang erat tanganku sebelum dia menatap mata Ibu Rin.

"Aku dengar mandat Ibu," jawab Sasuke. "Aku tidak punya niat untuk membelot."

"Aku mengerti itu," kata Ibu Rin. Matanya melesat memandangi kami berdua. "Tapi tetap saja kau bicara seperti itu pada Kakashi! Kau sebaiknya ingat betapa pentingnya Kakashi di pasukanmu."

"Jika dia mati, itu kerugian besar buatku," kata Sasuke sambil mengangguk. Dia melihat Ibu Rin yang sedang mengangkat alisnya. "Aku senang Kakashi mau mendengar ucapanku."

Ibu Rin menggeleng dan mendesah. Tangannya turun dari pinggul dan bibirnya mengerucut.

"Karena kalian sudah keluar sepanjang hari ini, apa kalian mau bergabung bersama kami untuk makan malam?" tanya Ibu Rin. "Nona Temari ada di sini dan kami akan segera makan malam."

Requiem for a DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang