Bab 23

5.7K 535 88
                                    

"Perang?" aku berbisik.

Sasuke mengangguk sekali.

"Dengan Kerajaan Otogakure?"

Dia kembali mengangguk.

"Raja Orochimaru telah mengumpulkan pasukan," tegas Sasuke, dan aku ingat ucapan rimbawan tempo hari. "Yang menyerang kita bukanlah kawanan bandit biasa, itu kiriman dari Otogakure. Mereka berharap dapat menyergapku dalam perjalanan kembali dari Takumi. Jika kita berhenti lebih lama, akan lebih banyak pasukannya yang datang untuk membunuhku, dan mungkin kau juga. Mereka sudah berada di dekat perbatasan daerah kita sekarang, jaraknya satu hari perjalanan dari sini. Niat mereka sudah jelas."

Sungguh aku tidak dapat menanggapinya. Sejak hari pertama kami menikah, aku tahu inilah yang diinginkan Sasuke - inilah yang Sasuke rencanakan sejak lama sebelum dia membawaku ke sini sebagai istrinya - tapi tetap saja pernyataannya membuatku kaget. Aku tahu - aku tahu ada yang tidak beres sejak hari kami mengambil Katsuyu dari Kiba dan membawanya ke sini untuk melengkapi kawanan anjing Sasuke. Sejak hari itu, Sasuke sudah mulai menempatkan jarak denganku dan sering tidak ada di sisiku.

Kami kembali ke kastil dalam kesunyian, hanya bicara tentang hal-hal ringan dan sama sekali tidak menyinggung topik kepergian Sasuke. Dia memelukku erat-erat ke dadanya dan bibirnya berulang-ulang kali mengecup puncak kepala ini.

Ketika kami kembali ke kamar di malam hari, mataku langsung tertuju pada bungkusan yang hendak kusimpan sampai perayaan hari kelahiran Sasuke. Rasanya ada yang menekan mata ini kuat-kuat ketika aku meraih bungkusan dan membukanya perlahan.

"Sasuke ... ku?"

Untuk pertama kalinya Sasuke tersenyum sejak kami meninggalkan padang rumput.

"Ya, Sakura-ku?" Dia sedikit memiringkan kepala, lalu menghampiriku sambil memasang senyum separuh. Pipiku memerah. Sekali pun kami menikah selama lima puluh tahun, sepertinya aku tidak akan pernah terbiasa dengan senyumnya yang seperti ini.

"Bolehkah aku ... memberimu sesuatu?"

"Aku bisa memikirkan sesuatu yang ingin kudapatkan darimu," kata Sasuke dengan tenang. Matanya bergerak perlahan ke tubuhku hingga bawah dan kembali lagi ke atas.

"Bukan itu," kataku sambil menunduk malu-malu, kembali melihat bungkusan di tangan. Aku kemudian mengeluarkan lapisan pelana. "Aku ... um ... ini sebagian dari kain yang kau belikan untukku. Ini sebenarnya untuk Ootsuki."

Kuputuskan untuk menyerahkannya pada Sasuke sebelum keberanianku betul-betul hilang. Sasuke mengambil gulungan kain dari tanganku dan memeriksanya.

"Aku sudah belajar menyulam," jelasku, tiba-tiba merasa bodoh.

"Kau menyulam Lambang Uchiha?"

"Ya," jawabku. "Ini memang tidak sebagus sulaman Ratu, tapi hasil kerjaku sudah semakin baik."

"Ini bagus sekali, Sakura," kata Sasuke. Dia buka gulungan kain itu dan memeriksa seluruh bagian. "Ini lapisan pelana, bukan? Sulamannya akan berada tepat di dekat bahu kiri Ootsuki."

"Ya," jawabku sambil tersenyum.

Sasuke menatap mataku dan dia membungkuk untuk mengecup bibir ini.

"Terima kasih, istriku."

"Aku punya satu lagi untukmu," kataku pelan. Entah kenapa aku kembali gugup saat hendak memberikan hadiah pada Sasuke, meskipun dia telah menerima hadiah untuk Ootsuki dengan senang hati.

"Apa yang kaupunya?" senyum separuh Sasuke kembali muncul, membuat matanya berbinar. Sebelah alisnya melengkung naik, dan aku langsung sadar bahwa Sasuke pikir aku menawarkan sesuatu yang lain. Aku tersipu malu dan dia tertawa. "Ayo, katakan padaku."

Requiem for a DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang