Bab 36

6.4K 595 129
                                    

• Uchiha Sasuke •

Ada kobar api di mana-mana.

Hawa panas menerpa wajahku, dan hidung ini diserang oleh bau jerami dan daging hangus. Halaman kastil penuh dengan mayat yang terbakar dan patah tulang, prajurit yang jatuh dari dinding atau terkena puing dari amunisi trebuset, dan juga suara dari beberapa pertempuran kecil yang masih terjadi. Aku terus maju sampai tiba di pintu masuk kastil. Mereka benar - kebakaran sudah terjadi, namun sepertinya tidak akan melalap lebih banyak lagi bangunan. Ada banyak waktu untuk menemukan Sakura dan keluar dari sini, tapi dimana dia?

Aku, Naruto, dan Neji memasuki kastil bersama selusin prajurit di belakang kami. Aku tidak tahu jalan di dalam bangunan, karena aku hanya pernah sekali masuk ke sini ketika masih kecil.

Pada tiap persimpangan, ada beberapa orang prajurit dan pengawal kastil, namun mereka bukan masalah besar. Banyak yang menyerahkan diri padaku dengan sukarela, namun masing-masing dari mereka harus mati. Ketika aku selesai nanti, takkan ada yang tersisa dari Kastil Otogakure, keluarga, atau siapa pun yang setia, yang tinggal di dalam sini. Aku yakin ada beberapa orang yang tidak begitu setia pada Otogakure, namun mereka akan ikut binasa. Kecuali jika aku tahu pasti mereka dapat dipercaya, saat ini aku hanya percaya pada satu orang yang bekerja untuk Otogakure.

Tidak ada tanda-tanda dari kaptenku yang terpercaya, Shikamaru. Jika aku bisa menemukannya, aku tidak akan membunuh orang-orang yang dia bilang dapat dipercaya, tapi tanpa penilaiannya, tidak seorang pun yang berada di dalam dinding kastil dapat bertahan hidup.

"Raja Sasuke!" panggil Neji. Kutarik pedangku dari perut seorang prajurit, lalu berjalan menghampiri Neji. Dia menunjuk sesuatu dengan ujung senjatanya, dan terlihat mayat seseorang yang familier.

Pangeran Juugo.

"Kau yang membunuhnya?" tanyaku.

"Bukan," jawab Neji sambil menggeleng. "Saya menemukannya sudah seperti ini."

"Aku ingin tahu nama pembunuhnya," kataku sambil berbalik dan memberi isyarat pada Enzo. "Cari tahu siapa pembunuhnya."

Bocah itu mengangguk.

"Akan saya cari tahu, Rajaku," kata Enzo.

Kubalas anggukannya, dan tanpa sadar aku tersenyum kecil saat bocah itu bergegas pergi. Dia pengganti yang bagus ...

Aku tiba-tiba menggeleng. Kenangan semacam itu akan membawaku entah kemana. Jika aku terlalu lama memikirkan apa yang terjadi pada Morio, aku akan ingat kenapa dia tidak ada di sini.

Sakura pasti sudah dekat ...

Namun aku tidak merasakan kehadirannya, dan ini membuatku gelisah. Mungkin dia berada di suatu tempat dalam kastil ini, tempat para tahanan dipenjara. Apa mereka berani menawan seorang ratu di penjara bawah tanah? Tempat yang lebih mungkin adalah menara atau sayap kastil. Kami bergegas menuju menara dan kamar atas, membunuh semua orang yang ada di hadapan kami, namun sayangnya tidak menemukan apa pun.

Sakura belum juga diketahui keberadaannya, bahkan tidak ada tanda-tanda kehadirannya sama sekali. Kami juga tidak menemukan Raja atau pun Ratu Otogakure, apa jangan-jangan mereka telah melarikan diri? Kukirim dua peternak yang telah beralih tugas menjadi prajurit untuk berlari ke luar dan memberitahu para pasukan berkuda agar mencari bukti kaburnya pemimpin Otogakure.

Di salah satu kamar atas, kami temukan Haku, adik perempuan Karin, dan kembaran Haku, Daichi. Para prajurit membawa mereka ke ruang singgasana kastil, mereka bisa digunakan untuk melawan anggota keluarga lainnya nanti. Terus kutelusuri seluruh ruangan, tapi tidak menemukan apa pun. Aku berlari ke sayap kastil yang lain, ke lantai bawah, ke ruang bawah tanah, ke dapur, melumpuhkan penjaga dan pelayan, tapi tetap saja tidak menemukan keberadaan istriku.

Requiem for a DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang