Pagi ini So Eun tidak lagi ke kampus. Tadi malam Kim Bum memintanya untuk tidak datang hari ini ke kampus karena khawatir akan kondisi kesehatan So Eun, sementara So Eun tidak datang bukan karena memenuhi permintaan Kim Bum, tapi memang karena ia tidak berniat lagi datang ke sana.
So Eun sudah memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih fokus bekerja. Percuma ia datang ke kampus, hanya akan membuang waktu dan biaya untuk ongkosnya datang ke sana.
Ke kampus, So Eun harus melewati gang sempit rumahnya sampai ke halte tempat pemberhentian bus, kemudian naik bus dengan dua kali bertukar bus. Cukup jauh, namun harus bagai mana lagi karena hanya itu rumah murah yang sanggup di sewa So Eun.
Kembali teringat akan pertemuannya dengan Kim Bum tadi malam, Kim Bum tidak jadi menyampaikan maksudnya yang ingin berbicara dengan So Eun. Kim Bum berjanji hari ini akan kembali datang ke tempat kerja So Eun, namun di tolak So Eun. Dia takut akan berdampak pada pekerjaannya nanti. Karena itu Kim Bum akan datang ke rumah So Eun siang ini.
Teringat akan kedatangan Kim Bum, So Eun buru-buru berlari ke arah kamar mandi, menyambar handuk yang tergantung di dekat pintu kamar mandi, kemudian mandi dengan cara cepat mengingat ia berjanji akan datang jam sembilan. Sepuluh menit dari sekarang.
So Eun tadi lupa akan hal itu. Tapi setelah di pikir lagi, tidak akan mungkin Kim Bum datang kerumahnya. Itu mustahil.
So Eun menyelesaikan mandinya dengan tenang, melupakan perihal akan Kim Bum. Mungkin sekarang ia pergi ke toko bunga, meminta kepada pemilik toko agar mempekerjakannya dari pagi, dengan begitu So Eun bisa mendapat penghasilan tambahan.
Selesai mandi dan berdandan seadanya, karena So Eun tak memiliki make up, hanya menggunakan bedak dan pelembab bibir, So Eun melangkah menuju pintu rumah. Saat pintu rumahnya terbuka, So Eun di buat terkejut dengan kehadiran Kim Bum di sana.
"Kau?" So Eun sedikit menjerit saat melihat Kim Bum yang sudah berdiri tepat di depan So Eun.
"Kenapa kau terkejut? Bukankah aku sudah memberitahukan padamu kalau aku akan datang?"
Ya, dan So Eun menganggapnya hanya angin lalu. Lagi pula So Eun tak menyangka kalau Kim Bum mengetahui alamat tempat tinggalnya. Bukankah mereka tidak saling mengenal sebelumnya? Tapi namanya juga orang kaya, apapun bisa di dapatkan dengan mudah. So Eun tak ambil pusing tentang itu.
"Kau tidak mengizinkanku masuk?" Kim Bum kembali memberikan kalimat tanyanya.
Untuk sementara So Eun tampak berpikir, ragu apakah ia akan mempersilakan Kim Bum masuk atau tidak. Rumahnya sangat tidak layak untuk di singgahi Kim Bum, dan lagi jika ia membiarkan Kim Bum masuk artinya hanya ada mereka berdua di sana.
"Masuklah." Itu keputusan So Eun akhirnya, karena tidak mungkin mereka berbicara hanya dengan berdiri di luar.
"Rumahku hanya seperti ini. Silakan duduk di mana anda mau."
Toh bagaimana ia harus menyuruh Kim Bum duduk jika yang di milikinya hanya sebuah karpet usang yang terletak di sana, sekaligus menjadi alas So Eun untuk tidur saat malam tiba.
Ini tidak bisa di katakan rumah, hanya memiliki satu ruangan untuk semuanya, dan ada bilik kecil di sudut bagian belakang untuk kamar mandi.
Dalam hati Kim Bum bertanya-tanya, kenapa hidup So Eun begitu memprihatinkan? Bukankah uang duka dari perusahaan tempat eommanya bekerja, di tambah asuransi kematian eomma So Eun cukup untuk membeli sebuah rumah sederhana untuk So Eun. Di kemanakan uang itu?
"Apa yang ingin anda katakan?"
Mereka telah duduk dengan posisi nyaman masing-masing. So Eun duduk di dekat pintu yang di biarkan terbuka, agar bisa melihat aktivitas lalu lalang di sekitar, dan Kim Bum duduk di tengah ruangan. Kim Bum cukup nyaman duduk di sana. Walaupun sempit, tapi tempat ini sangat bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (Complete)
FanfictionKim So Eun, seorang gadis miskin yang mampu melanjutkan pendidikannya masuk fakultas kedokteran karena beasiswa. Namun di tengah jalan beasiswanya terputus karena prestasi So Eun yang menurun. Disaat situasi So Eun terpuruk, Kim Bum datang menawarka...