Mereka tiba di rumah Kim Bum menjelang tengah hari. Kim Bum langsung membawa So Eun masuk ke kamarnya.
"Istirahatlah. Aku akan menemui appa dulu."
So Eun yang tak terbiasa, merasa enggan berada di kamar Kim Bum. Ia menahan kepergian Kim Bum saat Kim Bum akan melangkah keluar.
"Apa tak sebaiknya aku menumpang di kamar Nana saja?"
Kim Bum yang menangkap rasa risih So Eun hanya mampu tersenyum.
"Mulai sekarang, ini kamarmu sampai kita pindah ke rumah kita nantinya."
So Eun hanya terdiam mendengar jawaban Kim Bum. Walau hatinya masih ingin membantah, namun melihat pancaran serius dari mata Kim Bum mengurungkan niat So Eun.
"Kau tak perlu memikirkan apapun. Cukup istirahat saja di sini."
Kim Bum berlalu, meninggalkan So Eun yang kini merenung seorang diri.
Banyak hal yang ada dalam pikiran So Eun. Semuanya terjadi tiba-tiba dan kebetulan. Atau mungkin memang inilah takdir yang di tuliskan Tuhan untuknya. Atau juga ini kebetulan yang di takdirkan?
So Eun tak mau memusingkan hal itu. Yang pasti saat ini tak ada lagi halangan, dinding pemisah antara dirinya dan Kim Bum. Semuanya telah usai. Dan sekarang ia harus mempersiapkan hati, mental, fisik untuk menjadi istri seorang Kim Sang Bum.
Apa? Istri?
Owh em ji, semburat merah muncul di wajah So Eun. Sebentar lagi ia akan menikah dengan Kim Bum. Menjadi istri Kim Bum. Ini bagaikan mimpi. Mimpi siang hari di tengah teriknya matahari. Tak ada kegelapan, apalagi hujan badai. Semuanya jelas, membuat So Eun tersenyum sendiri membayangkannya. Senyum tak jelas yang bisa membuat orang mengira kalau ia mirip seperti pasien rumah sakit jiwa. Mendekati paling tidak karena saat ini So Eun nyaris berteriak dengan meloncat-loncat di ranjang Kim Bum. Seperti bukan dirinya selama ini.
"Tapi tunggu, apakah Kim Bum serius dengan kata-katanya? Atau hanya sekedar kalimat penghibur?" So Eun berhenti sejenak, tapi setelahnya ia kembali melanjutkan atraksinya. Mengabaikan pemikiran miring yang mampu membuat suasana hatinya berubah.
Setelah puas meluapkan kegembiraannya, So Eun merebahkan diri di ranjang empuk milik Kim Bum, berniat untuk melanjutkan tidurnya tadi malam yang terganggu akibat ulah calon suaminya. Aroma Kim Bum yang menguar di ranjang ini membuatnya terlena, di tambah lagi dengan rasa lelah setelah berlocat-loncatan membuat So Eun dengan cepat terlelap menuju alam mimpi.
•••
"Eomma, dimana appa?" Kim Bum menanyakan keberadaan appanya saat ia berpapasan dengan eommanya di ruang keluarga.
"Bummie, di mana So Eun?" Eommanya mengabaikan pertanyaan Kim Bum dengan balik memberikan pertanyaan.
"Di kamar, sedang istirahat. Eomma di mana appa?" Sekali lagi Kim Bum menanyakan keberadaan appanya, tak sabar ingin memberitahukan rencananya.
"Bummie, kau nakal dengan menyembunyikan pada eomma tentang semuanya."
Kim Bum yang awalnya terburu-buru, menatap ke arah eommanya. Ia sunggingkan senyuman maut andalannya yang bisa meluluhkan siapapun yang melihatnya.
"Maaf eomma. Tapi Bummie tau, eomma pasti telah memaafkanku setelah mendengar semuanya dari appa."
"Ya, eomma memaafkanmu, tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Apa itu?"
"Kau harus secepatnya menikah dengan So Eun. Berikan eomma cucu yang imut dan lucu setelahnya."
Mendengar permintaan eommanya membuat Kim Bum terbahak. Dengan cepat ia memeluk eommanya dengan sayang.
"Tenang eomma. Aku akan memenuhi permintaan eomma dengan senang hati. Aku akan menikah dengan So Eun, besok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (Complete)
FanfictionKim So Eun, seorang gadis miskin yang mampu melanjutkan pendidikannya masuk fakultas kedokteran karena beasiswa. Namun di tengah jalan beasiswanya terputus karena prestasi So Eun yang menurun. Disaat situasi So Eun terpuruk, Kim Bum datang menawarka...