Sudah dua hari sejak So Eun menemui ibunya. Sudah dua hari juga Kim Bum dengan setia menemaninya. Mengantar dan menjemputnya ke kampus. Namun hingga saat ini tak sekalipun Kim Bum mengungkit tentang pertemuan So Eun dengan ibunya.
Kini mereka telah berada di apartemen So Eun. Mereka menjalani hari seperti biasa.
"Oppa..." So Eun memanggil Kim Bum yang saat ini sedang sibuk dengan laptopnya. Mengerjakan pekerjaan kantor yang terpaksa ia kerjakan di rumah karena tidak ingin meninggalkan So Eun sendiri.
"Ya." Kim Bum mengalihkan pandangannya dari laptop pada So Eun yang kini duduk di sampingnya.
"Oppa sibuk?"
Melihat So Eun yang lebih banyak diam selama dua hari ini membuat Kim Bum memusatkan perhatiannya pada So Eun.
"Tidak."
"Tapi sepertinya kau sedang bekerja."
"Hanya pekerjaan kantor yang tidak mendesak. Aku bisa menundanya. Ada apa?" Kim Bum menatap So Eun. Menunggu jawaban So Eun. Tapi So Eun hanya diam.
"Sebentar." Kim Bum mematikan laptopnya yang menyala, lalu menutupnya. Membereskan pekerjaannya yang teletak di sana. Setelahnya mengumpulkan semuanya, meletakkan di atas meja di depan mereka.
"Ke sini." Kim Bum membawa So Eun agar lebih mendekat padanya yang langsung di turuti So Eun. Setelahnya So Eun menyandarkan kepalanya di bahu Kim Bum.
Mereka berdua hanya diam. Lebih tepatnya Kim Bum membiarkan So Eun nyaman di dekatnya, tanpa harus membebani So Eun dengan banyak pertanyaan yang kini memenuhi kepala Kim Bum tentang ibu So Eun.
"Kenapa oppa tidak bertanya padaku?" So Eun memulai pembicaraannya.
Kim Bum mencerna kalimat So Eun. Ia tau, maksud So Eun pasti tentang kejadian dua hari lalu.
"Aku hanya menunggumu untuk bercerita."
So Eun memejamkan mata. Bersama Kim Bum, ia benar-benar merasa nyaman. Kim Bum tak pernah menuntut, malah sebaliknya, ia penuh dengan pengertian.
"Oppa. Selama dua tahun kita bersama, apa kita pernah bertengkar?" Tatapan So Eun menerawang, mengingat kebersamaannya dengan Kim Bum.
"Berdebat sering." Kim Bum tersenyum mengingat perjalanan cinta mereka. "Bertengkar tidak." Lanjut Kim Bum.
So Eun juga tersenyum mengingat selama ini mereka memang tidak pernah bertengkar.
"Kenapa? Kenapa kita tidak pernah bertengkar?" Kembali So Eun bertanya.
"Karena kita bisa menyelesaikan masalah tanpa bertengkar." Jawaban sederhana dari Kim Bum.
"Hanya itu?"
"Hmm, karena kau orang paling baik yang pernah ku temui. Tak pernah ada kesalahan yang kau buat yang menyebabkan kita bertengkar." Kim Bum mengusap kepala So Eun yang bersandar di pundaknya.
"Bukan itu alasannya. Aku tidak sebaik itu." So Eun membantah.
"Lalu apa kau punya jawaban lain?"
So Eun mengangguk. "Itu karena kau terlalu mengerti keadaanku. Dan kau mau menerima diriku apa adanya tanpa pernah menuntut."
Mereka berdua sama-sama terdiam.
"Kau juga menerima keadaanku. Mau tetap di sampingku." Kim Bum menambahkan.
"Berarti kita sama-sama orang baik?" So Eun terkekeh dengan kalimatnya.
"Ya. Kita orang baik." Kim Bum tersenyum mendengar pendapat So Eun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (Complete)
FanfictionKim So Eun, seorang gadis miskin yang mampu melanjutkan pendidikannya masuk fakultas kedokteran karena beasiswa. Namun di tengah jalan beasiswanya terputus karena prestasi So Eun yang menurun. Disaat situasi So Eun terpuruk, Kim Bum datang menawarka...