Part 21

3.1K 342 23
                                    

Malam ini Kim Bum dan So Eun menghabiskan waktu duduk santai di pinggir sungai Han. Setelah menjemput So Eun dari rumah sakit dan makan malam bersama, Kim Bum menolak untuk langsung mengantar So Eun pulang. Akhir-akhir ini mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Paling hanya menjemput So Eun saat pulang malam dari rumah sakit. Sedangkan kalau siang, So Eun tak mau merepotkan Kim Bum. Kim Bum sendiri juga sangat sibuk dengan pekerjaannya.

"Apa oppa tak lelah?" So Eun membuka obrolan setelah mendapat posisi nyaman di tempat duduk mereka.

Kim Bum menoleh pada So Eun. "Lelah karena apa?"

"Seharian bekerja di kantor, terus juga menjemputku. Sebaiknya kita cepat pulang, oppa harus istirahat." So Eun menjelaskan maksudnya.

Kim Bum tersenyum mendengar bentuk perhatian So Eun padanya. "Saat bersamamu, aku tak pernah merasa lelah. Justru sebaliknya, aku kembali bersemangat setelah bertemu denganmu." Kim Bum merapikan anak rambut So Eun yang berterbangan di tiup angin.

Kim Bum menatap So Eun lama. Rasa cintanya semakin hari semakin besar pada gadis ini hingga rasanya Kim Bum tak bisa hidup jika berjauhan dengannya.

"Aku mencintaimu."

So Eun tersenyum mendengar pernyataan Kim Bum. "Nado oppa. Aku juga mencintaimu."

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku."

So Eun mengernyit. Kim Bum tampak berbeda malam ini. Walau ia sering meminta untuk tidak meninggalkannya, tapi entah kenapa malam ini So Eun merasakan perasaan yang berbeda mendengar permintaan.

"Ada kabar tentang anak sahabat appamu itu?"

Kim Bum terdiam. Ia cukup kelabakan untuk menjawab. "Ti-tidak ada. Sampai saat ini tuan Kang belum lagi menemuiku." Untuk saat ini Kim Bum masih belum ingin mengatakan pada So Eun kalau ia telah mengetahui kalau anak dari paman Cho adalah perempuan.

So Eun menarik napas dalam, melepasnya perlahan. "Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bersatu."

Kim Bum meresapi kata-kata So Eun. Tapi rasanya saat ini bagi Kim Bum hal itu mustahil. Entahlah.

Kim Bum teringat akan ibu So Eun. Berpikir apakah ini waktu yang tepat untuk ia membujuk So Eun untuk menemui kembali ibunya. Menurut Kim Bum, pasti ada alasan yang mendasar yang membuat mereka dulu terpisah. Karena di lihat dari sikap ibu So Eun, dia perempuan baik-baik.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" So Eun melihat Kim Bum yang seperti melamun menatapnya.

Kim Bum kembali fokus menatap So Eun setelah tadi pikirannya berkelana jauh.

"Apa kau lelah?"

Pertanyaan Kim Bum membuat So Eun menatap bingung Kim Bum. Namun ia tetap menjawab pertanyaan itu. "Tidak."

Kim Bum menunduk, membawa ke dua tangan So Eun dalam genggamannya. Kembali Kim Bum menatap So Eun, menarik napas.

"Jika aku membahas tentang ibumu, apakah kau keberatan?" Kim Bum bicara hati-hati, tak ingin merusak suasana yang sudah kembali tenang antara dirinya dan So Eun.

So Eun menatap Kim Bum cukup lama sebelum menjawab pertanyaan Kim Bum. "Apa yang ingin oppa katakan?"

Kim Bum diam sejenak sebelum memulai pembicaraan yang cukup pelik ini. "Apa kau tak ingin menemui ibumu lagi? Mencari kejelasan dari semuanya?"

So Eun diam menatap Kim Bum.

"Maksudku, pasti ada alasan di balik kejadian itu. Perpisahanmu dengan ibumu. Apa kau tak ingin menanyakannya?"

So Eun diam memikirkan kata-kata Kim Bum. Jauh di lubuk hatinya tentu saja ia ingin mengetahui itu. Tapi So Eun takut, jawaban yang akan ia dengar nanti ternyata jauh lebih menyakitkan dari kenyataan saat ibunya meninggalkannya.

Miracle (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang