Prolog

8.7K 477 29
                                    

"Appa punya permintaan padamu."

"Katakanlah appa."

Saat ini sepasang ayah dan anak laki-lakinya sedang terlibat obrolan serius. Mereka sengaja membicarakan ini di luar rumah agar tidak di ketahui oleh keluarga yang lain. Memilih sebuah restoran dengan private room.

"Aku ingin kau menemukan anak dari sahabatku, Cho Yong Hwan." Sang ayah terdiam sebentar untuk menghela napas.

"Mungkin ini cukup berat karena tidak banyak bukti yang bisa kau jadikan petunjuk."

Si Anak hanya diam menantikan sang ayah menyelesaikan ceritanya.

Sang Ayah merogoh sakunya, mengambil sebuah kotak kecil dari sana, lalu menyerahkan pada anaknya.

Sang Anak mengambil kotak warna dongker yang di serahkan ayahnya, membuka perlahan. Terpampanglah sebuah cincin.

"Cincin nikah?"

"Ya. Itu cincin pernikahan Yong Hwan dengan istrinya."

Lalu Si Anak mengambil cincin itu, mengeluarkan dari kotak. Mengamati dengan teliti cincin yang ada di tangannya.

"Jung-Hye-mi." Mengeja perlahan tulisan yang terdapat di bagian dalam cincin itu.

"Hanya itu yang bisa kau jadikan petunjuk."

Hening. Hanya helaan napas mengisi kekosongan waktu.

"Ini menyangkut tentang aset yang kita miliki." Tambah Sang Ayah.

"Aku mengerti."

Ke duanya sama-sama terdiam, menyelami pikiran masing-masing.

"Temukan dia. Jika anaknya laki-laki, jadikan dia saudaramu. Namun jika anaknya perempuan, maka jadikanlah dia istrimu."

Si Anak tampak berpikir sebentar sebelum menentukan keputusannya.

"Baiklah appa."

•••

Siang ini Kim Bum sedang duduk di dekat jendela kampusnya yang terletak di lantai empat. Kelasnya telah usai beberapa puluh menit yang lalu, namun sepertinya ia masih betah berlama-lama berada di sini.

"Kau menyukainya bukan?" Sehun, sahabat Kim Bum sudah berada tepat di samping tempat pria itu duduk sejak tadi. Menatap ke arah yang menjadi sasaran pandangan Kim Bum.

Tatapan Kim Bum beralih melihat ke arah Sehun sebentar, kemudian kembali menatap sosok yang sudah beberapa menit ini menjadi objeknya.

"Bukannya kau sudah keluar sejak tadi?" Kim Bum menanggapi sahabatnya, tanpa menjawab pertanyaan yang tadi di tujukan padanya.

"Hyori mencarimu."

Ucapan Sehun barusan sukses membuat Kim Bum mendelik dengan tatapan kesal pada Sehun. Sementara yang di tatapi hanya tertawa nyengir.

"Sedari tadi dia terus saja merengek padaku menanyakan keberadaanmu."

Kembali tatapan kesal Kim Bum tunjukkan pada Sehun. Namun yang di tatapi malah semakin melebarkan senyumnya.

"Aku kasih saran padamu. Jadikan dia kekasihmu, tiga hari setelahnya kau tinggalkan dia seperti kekasihmu yang lain, dengan begitu dia akan berhenti mengejarmu."

"Tidak! Itu sama saja aku masuk ke lubang neraka." Kim Bum melayangkan tatapan tajamnya, rasa kesalnya bertambah berkali lipat mendengar Sehun yang menurutnya asal bicara. Sementara yang di tatapi menanggapi dengan ledakan tawanya.

"Aku pulang."

Kim Bum segera menyeret langkahnya keluar dari kelas, meninggalkan Sehun yang masih betah dengan tawanya, bahkan kini semakin menjadi karena melihat kekesalan dari sahabatnya.

Kaki Kim Bum melangkah menyusuri lorong kampus, menuruni anak tangga satu persatu sampai lantai dasar. Lalu dia melangkah menuju ke halaman kampus, tempat di mana motornya terparkir. Namun di pertengahan jalan ia menghentikan langkahnya. Seperti menimbang-nimbang, kemudian melangkah berbalik arah dari tujuannya semula. Kim Bum berjalan menuju ke taman yang terletak di belakang kampus.

Dari tempat Kim Bum berdiri, ia bisa melihat setiap gerakan yang di lakukan seorang gadis yang sejak tadi di tatapinya. Gadis yang cukup mengusik Kim Bum, mengganggu hari-hari tenangnya.

Gadis itu masih tetap dengan posisinya semula, sejak Kim Bum mulai melihatnya dari jendela kelasnya tadi. Duduk termenung seorang diri di kursi taman kampus. Sepertinya ia tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang mengamatinya.

Kim Bum mengernyit, berpikir sesulit apa hidup gadis itu hingga untuk tertawa saja ia tidak pernah. Selalu wajah murung dan sayu yang tergambar di sana.  Bahkan sekarang Kim Bum dapat melihat tetes air mata yang  keluar dari sudut matanya.

Tubuh rapuhnya tampak begitu lelah. Jelas dia kelelahan, karena Kim Bum tau kalau gadis itu baru pulang mendekati dini hari dari tempat kerjanya setiap malam.

Kim Bum perlahan mulai mendekat. Berdiri tepat di depan Sang Gadis. Mereka hanya berjarak lebih kurang setengah meter.

Untuk beberapa saat gadis itu belum menyadari kehadiran Kim Bum. Matanya terpejam dengan kepala menunduk. Jari tangannya saling bertaut antara kiri dan kanan. Beberapa helai anak rambutnya lepas dari ikatannya, melambai tertiup angin menutupi sebagian wajahnya.

Merasa ada yang menghalagi cahaya matahari yang tadi menerpa tubuhnya, So Eun, gadis itu segera mendongak, menatap Kim Bum yang kini juga menatap ke arahnya.

Untuk sementara terjadi keheningan di antara mereka dengan mata yang masih saling menatap. Kim Bum menatapi kesedihan yang terpancar dari wajah So Eun, sementara So Eun menatap bingung karena ini kali pertama ada orang yang mau mendekatinya. Selama ini So Eun hanya sendiri. Tak memiliki teman satu orangpun di kampus ini karena status dan derajat mereka yang berbeda. Mungkin juga orang-orang di sini tidak mengetahui keberadaannya, menganggap So Eun hanya butiran debu yang hilang kena tiupan angin.

"Aku akan melanjutkan beasiswamu yang terputus. Membiayai hidupmu. Jadilah kekasihku! Pura-pura!"

20180817

Miracle (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang