So Eun mengajak Kim Bum bertemu malam ini. Bukan di sebuah restoran ataupun kafe di tempat biasa orang melakukan pertemuan atau kencan pada umumnya. So Eun hanya menyuruh Kim Bum untuk datang ke apartemennya.
So Eun telah selesai memasak makan malam untuk mereka berdua. Sedikit spesial dengan beberapa macam menu makanan favorit Kim Bum.
So Eun sengaja memasak ini semua untuk Kim Bum. So Eun memasak dengan penuh perasaan juga dengan linangan air mata, mengingat mungkin ini untuk yang terakhir kalinya ia bisa melakukan ini untuk Kim Bum.
Selesai menyiapkan semuanya, So Eun segera mandi dan bersiap. Sedikit berdandan untuk menyambut kedatangan Kim Bum.
Tak lama kemudian Kim Bum datang. Malam ini Kim Bum berpakaian santai, hanya dengan menggunakan T-shirt dan jeans. Tapi apapun yang akan di kenakannya, di mata So Eun Kim Bum akan selalu memukau.
"Kita langsung makan. Aku sudah memasak banyak untuk kita. Nanti tidak enak kalau sudah dingin."
Kim Bum menuruti kemauan So Eun. Mereka makan bersama dengan penuh keceriaan walau dalam hati masing-masing menyimpan luka.
Selesai makan, So Eun membereskan semuanya. Mencuci piring dan membersihkan kembali ruang makan. Sementara Kim Bum duduk santai di depan tivi. Ia ingin membantu, tapi seperti biasa So Eun selalu menolak bantuannya.
So Eun duduk di samping Kim Bum. Pekerjaan membereskan kembali dapur dan ruang makan seperti semula telah selesai.
So Eun duduk tenang, mengamati Kim Bum yang sedang asyik menyaksikan siaran bola yang sedang berlangsung di salah satu stasiun tivi.
"Oppa. Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."
Kim Bum mengalihkan tatapannya dari tivi pada So Eun, saat mendengar So Eun bersuara. Di samping Kim Bum, So Eun duduk dengan kepala menunduk, dan jari tangan yang saling menggenggam dan sedikit meremasnya. Ini sikap So Eun saat gugup, membuat Kim Bum bertanya, apa yang ingin di bicarakannya.
Kim Bum mengambil remote tivi, mematikannya agar lebih tenang. Lalu menghadap ke arah So Eun.
"Katakanlah."
So Eun menatap Kim Bum sebentar. Menguatkan diri untuk bisa menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. Ini berat, tapi So Eun harus kuat.
"Aku ingin kita berpisah!"
Sukses. Akhirnya So Eun bisa mengatakannya walau dengan napas yang tertahan.
Kim Bum pun juga menahan napas saat mendengar So Eun menyampaikan keinginannya. Ia terkejut dengan mata melotot ke arah So Eun. Bukan hanya terkejut, tapi Kim Bum serasa di hempaskan dari puncak gunung ke dasar jurang yang dalam saat mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir So Eun.
Hening.
Tak ada pergerakan.
Hanya suara gorden di jendela yang berterbangan tertiup angin, mengisi berjalannya waktu.
"Kenapa?" Kim Bum membuka suara di tengah keterpurukannya mendengar permintaan So Eun.
"Kenapa kau ingin berpisah dariku So?" Kim Bum menatap So Eun dalam, melihat setiap pergerakan So Eun yang hanya mampu menunduk.
"Karena memang hubungan ini harus di akhiri." So Eun menjawab seolah mencicit karena dia sendiri tengah rapuh saat ini.
Kim Bum hanya diam. Permintaan appanya beberapa hari lalu terngiang di telinganya. Permintaan untuk segera melepaskan So Eun agar gadis ini memiliki kehidupan yang pasti.
"Apa kau mulai lelah menjalani hubungan denganku?" Kim Bum bertanya lemah.
Sesungguhnya pertanyaan dari Kim Bum ingin So Eun bantah. Ia tak pernah lelah bila itu menyangkut dengan Kim Bum. Tapi permintaan appa Kim Bum waktu itu seolah mematahkan harapan So Eun untuk tetap bisa bersama Kim Bum. Dan So Eun juga bukan orang egois yang ingin mempertahankan keinginannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle (Complete)
FanfictionKim So Eun, seorang gadis miskin yang mampu melanjutkan pendidikannya masuk fakultas kedokteran karena beasiswa. Namun di tengah jalan beasiswanya terputus karena prestasi So Eun yang menurun. Disaat situasi So Eun terpuruk, Kim Bum datang menawarka...