Part 10

3.6K 333 21
                                    

Saat So Eun menyusun beberapa pakaiannya ke dalam lemari, suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu kamar So Eun.

So Eun berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia sudah bisa menebak kalau itu adalah Kim Bum, tapi rasanya tak sopan bila So Eun hanya berteriak menyuruh Kim Bum untuk masuk.

"Kau sedang apa?" Kim Bum menyapa saat So Eun telah membuka pintu kamarnya.

"Sedang menyimpan pakaianku ke dalam lemari."

Kim Bum bisa melihatnya. Ia memang telah menyuruh orang untuk menjemput barang So Eun di rumah So Eun dan membawanya ke sini.

"Oppa..." Sebenarnya tak ada yang ingin So Eun sampaikan, hanya saja ia teringat pertengkarannya dengan Kim Bum tadi mengenai panggilannya.

"Ya?" Kim Bum menunggu kelanjutan kalimat So Eun.

"Ah tak ada. Masuklah oppa." So Eun bergeser dari pintu, mempersilakan Kim Bum masuk.

"Aku ke sini ingin mengajakmu makan siang. Ayo kita makan di luar."

So Eun melihat jam yang menggantung di dinding yang dapat di jangkau penglihatannya. Sudah siang, dan perut So Eun juga sudah terasa lapar. Tadi ia hanya sarapan sedikit di rumah sakit.

"Tunggu sebentar, aku merapikan penampilanku dulu."

"Aku tunggu di depan."

Kim Bum beranjak dari kamar So Eun, menunggu So Eun untuk bersiap-siap.

"Ayo oppa." So Eun sudah berdiri di depan Kim Bum. Tak lupa ia menyematkan kata oppanya agar Kim Bum tak lagi marah.

Kim Bum melihat penampilan So Eun menggunakan dress selutut yang juga di belikan Kim Bum. Cantik. Tidak menyesal Kim Bum merogoh koceknya dalam waktu itu.

Tapi yang membuat Kim Bum sedih, bekas luka goresan dan lebam di wajah So Eun yang masih tampak jelas, walau tak separah kemarin.

Kim Bum berdiri di depan So Eun, menangkupkan ke dua tangannya di pipi So Eun sambil mengusap bekas luka dan lebam So Eun.

"Masih sakit?"

So Eun menggeleng. Lukanya memang tak sakit lagi. Hanya terasa ngilu bila di tekan.

"Sudah tidak lagi."

Kim Bum masih menangkup wajah So Eun, manatap So Eun dalam. "Mengenai Hyori, kau tak perlu takut. Dia tidak akan berani lagi menyakitimu."

So Eun mengernyit. Dalam hati ia bertanya, pasti Kim Bum telah melakukan sesuatu, karena Kim Bun tampak begitu yakin dengan ucapannya.

"Ya."

Kim Bum masih menatap So Eun. Dalam hati ingin sekali ia menciumi setiap bekas luka dan memar yang ada di wajah So Eun. Apalagi saat ini So Eun juga balas menatapnya. Tapi ia berusaha menahan diri agar tidak melakukannya.

"Ayo kita pergi."

•••

Saat ini Kim Bum dan So Eun sedang duduk di sofa ruang tamu merangkap ruang untuk nonton di apartemen Kim Bum. Mereka duduk berdampingan dengan posisi tubuh saling berhadapan.

"Anggap ini rumahmu. Di sini kau bebas melakukan apapun yang kau mau."

So Eun diam mendengar penjelasan Kim Bum.

"Biasanya setiap pagi akan ada ahjumna yang datang membersihkan apartemen ini dan mengambil cucian."

Mendengar ini, So Eun mengernyit. Bukannya waktu itu Kim Bum mengatakan kalau ahjumna yang membersihkan apartemennya berhenti kerja? Karena itu Kim Bum mengajaknya tinggal di sini. Tapi kalau memang sudah ada yang membersihkan apartemen ini, lalu untuk apa So Eun harus tinggal di sini?

Miracle (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang