"Mm..enaknya cewek kayak gitu di apain ya ?"
David memijit kening, cowok itu tampak pusing dengan keadaan sekarang. Kakaknya dan pacarnya, sedang di ambang adu mulut.
Seluruh siswa-siswi di kantin pun sudah hapal dengan gelagat yang akan terjadi. Namun kali ini David bertindak, saat Ithiyah hendak membuka mulut dia segera menarik tangan Viola dan langsung keluar dari kantin.
"Gila, kenapa sih David susah banget di bilangin !" gerutu Ithiyah kesal.
"Tahu deh !"
++++
++++Pintu mall terbuka, terlihat sepasang sepatu kets kumal berdiri di tengah pintu.
Dengan jeans dekil dan sobek-sobek, kaus hitam pendek yang di balut rompi denim abu-abu, menambah kesan mencurigakan dari gadis bertopi lusuh itu.
Hampir seluruh wajah tertutup oleh topi, tak memperlihatkan wajahnya dengan jelas.
Permen karet yang meletup dari mulut mengiringi langkah kaki menuju kios alat-alat musik.
Sesekali matanya melirik ke arah satpam keamanan mall yang sedang keliling, memastikan agar satpam itu tak akan melihat aksi yang akan di lakukan.
Senyum tipis terukir di wajah si gadis berambut pendek dengan topi lusuh saat tahu kios alat musik sedang Sepi.
Setelah berdehem kecil, satu langkah terayun memasuki kios.
Matanya tertuju pada satu gitar berwarna hitam. Mungkin itu saja cukup."Gue janji, ini yang terakhir" bisiknya seraya meraih gitar dari etalase.
"Gue janji !" tegasnya lagi pada diri sendiri.
Lalu tanpa ada yang tahu, gadis yang ternyata Iyyas keluar dari kios alat musik. Lantas segera pergi dari dalam Mall.
++++
++++Di stasiun Tugu, Iyyas sudah siap dengan ransel kumal di gendongan, dan gitar yang tertenteng di tangan kiri.
Ia ingin pergi ke Jakarta untuk mencari keluarga kandungnya, dan untuk membuka lembaran baru bersama mereka, sekaligus menutup semua lembaran hitam yang telah ia lakukan selama kurang lebih enam belas tahun ini.
Semua preman, termasuk Paul ada di sana, mengantar kepergian Iyyas yang akan segera menuju ibu kota Jakarta, kota yang terkenal akan keganasan dan kekejamannya.
"Inget ya, gue nyuri elu di rumah sakit Sejahtera yang ade di sekitar Senen. Ntar elu jangan ampe nyasar!" pesan Paul selaku ketua preman, sekaligus ayah angkat Iyyas.
"Dan nama elu bukan Iyyas, tapi Ithiyah Maghfirah" lanjut Paul, "Satu lagi, ada tanda item di leher elu. Tanda ntu bisa jadi bukti yang cukup"
Santai Iyyas mengangguk, meski hatinya berat untuk meninggalkan tempatnya di besarkan, "Iya Bang, ntar gua usahain nggak bakal nyasar, terus nama gua ntu Ithiyah Maghfirah, bukan Iyyas, terus ada tanda lahir di leher gua"
Paul mengangguk tersenyum, memperliharkan gigi-giginya yang agak kehitaman.
Sekonyong-konyong suara lain mengalihkan arah pembicaraan."Jangan lupain gue ya !" ujar Medet mewanti-wanti.
Iyyas bisa melihat dengan jelas rasa keberatan di wajah Medet dan teman-temannya.
"Iya, santai aja bos"
Satu persatu mereka merangkul Iyyas, memberi pelukan terakhir yang mungkin tidak akan mereka rasakan lagi.
Bahkan Medet hampir menangis kalau saja dia tidak ingat bagaimana Iyyas menertawakannya saat dia meringis kesakitan gara-gara keseleo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA ITHIYAH DAN IYYAS
Teen FictionDua bayi perempuan yang tertukar. Ithiyah yang sejatinya adalah Thalita Saranova dan Iyyas yang sejatinya adalah Ithiyah. Namun takdir memang aneh, ketika Ithiyah berada di tengah-tengah kemewahan, ketika itulah sang Ithiyah asli tengah menjajakan s...