Bab 9

45 3 0
                                    

++++
++++

"Pagi, dokter" Kei menyalami tangan Nani yang dingin. Dokter itu tersenyum melihat anak muda di depannya.

Setelah Nani mempersilahkan Kei duduk berhadapan di meja kerja kedokteran, Nani mulai menanyakan tujuan Kei menemuinya secara pribadi dan empat mata.

"Jadi bagaimana masalahnya ?"

Kei tersenyum, "Sebelumnya, apa dokter masih ingat dengan kejadian enam belas tahun lalu ?"

Mendengar penuturan dari Kei Nani mengerutkan keningnya. Kejadian apa yang di maksud anak muda ini ?

Mungkin Kei bisa membaca raut heran di wajah Nani, jadi dia berusaha menjelaskan agar Nani ingat segalanya.

"Kejadian saat adik kecil saya yang baru lahir menghilang di rumah sakit ini"

Tertegun sesaat !

Nani tak berkata-kata sama sekali. Membiarkan Kei terus berkoar.

"Nama adik saya itu Thalita Saranova, putri kedua dari pasangan Panji dan Rifkah"

Senyum Kei terukir melihat Nani yang masih tertegun. Cowok yang mengaku sebagai kakak dari Thalita itu mengira bahwa Nani belum menemukan adiknya.

"Dokter ?"

Nani memijit kening sambil melepas kaca mata kerja.

Mungkinkah ini saatnya untuk memperbaiki segalanya ? Tapi, bagaimana dengan bayi Ithiyah yang asli ? Ah, tapi Kei juga berhak untuk tahu.

"Dengar Kei, sejak dulu adikmu ada di lingkunganku. Thalita tidak pernah hilang sama sekali"

Mendadak raut muka Kei berbinar, rindunya pada sang adik merekah di sudut hati.
"Lalu dimana Thalita ?" tanya Kei tidak sabar, "Ah, dia pasti sudah sangat besar"

Melihat raut kegirangan di wajah Kei membuat Nani merasa bersalah. Haruskah dia bongkar segalanya saat itu juga ? Atau menunggu sampai Ithiyah yang asli di temukan ?
Atau, memasrahkan segalanya pada Tuhan ?

"Tapi perlu kau tahu dulu, Kei"

Alis Kei tertaut saat Nani menjelaskan segala kenyataan yang ada. Dari setiap lekuk cerita Nani, Kei bisa merasakan perih dari nada suaranya.
Kei yakin, Nani tak sepenuh hati melakukan semua itu.

"Jadi, yang hilang itu Ithiyah, bukan Thalita ?"

Nani mengangguk lesu, "Dan sampai saat ini aku belum bisa menemukannya"

Ruangan bernuansa putih ala rumah sakit seakan melecehkan Nani, seakan berkata bahwa dialah penjahat yang sesungguhnya.

"Kalau begitu, saya akan membiarkan Thalita hidup dengan keluarga Pak Anton selama Ithiyah yang asli belum di temukan"

"Benarkah ?" tanya Nani seakan tidak percaya.

Santai, Kei mengangguk.
"Tapi, aku mau malihat Thalita"

Nani segera tersenyum, "Bulan depan, adikmu akan tunangan dengan anakku. Thalita akan tunangan dengan Bagas"

"Tapi kalian belum meminta persetujuan dari pihak keluarga kandung Thalita" Bantah Kei.

Nani tersenyum lagi, "Tenanglah Kei, cepat atau lambat Ithiyah yang asli akan segera di temukan" kata sang dokter, "Dan barulah aku akan membuka semua kepura-puraan ini. Otomatis keluarga Anton akan memilih Ithiyah yang asli untuk bertunangan dengan Bagas"

Kei manggut-manggut mengerti.
Setelah itu kakak kandung Thalita tersebut pamit untuk kembali ke aparteman.
"Hubungi aku bila ada hal penting, dokter"

Sambil tersenyum Nani mengangguk.
.
.
.
Letak apartemen yang di tinggali oleh Kei berada di daerah Cempaka Putih, jaraknya sekitar satu kilo meter dari Senen.

Untuk mencapai apartemen itu Kei menggunakan mobilnya sendiri, yang telah di hadiahkan oleh Panji---Papanya---saat dia berulang tahun.

Karena bosan, Kei menyetel lagu dari HP dan mendengarkannya lewat earphone. Lagu cinta gila yang di nyanyikan oleh Ungu Band membuatnya tersenyum sendirian. Lagu itu sangat mirip dengan kisah cintanya.

Karena terlalu sibuk pada kenangan, Kei tak menyadari bahwa ada seorang gadis tengah menyebrang jalan. Barulah, saat jarak mobilnya dan gadis itu hanya satu meter lebih, Kei tersadar.

"Awas .... !!!"

"Kyaaaa ... !!"

Lalu, BRAKH !!!

Kei segera turun dari dalam mobil, dia takut terjadi apa-apa dengan gadis tadi. Kei berjongkok di samping gadis yang kini terduduk di pinggiran jalan raya, sambil memegangi siku.

Untung saja, gadis itu belum sempat tertabrak, dia hanya terserempet. Jadi hanya pelipis dan sikunya saja yang
berdarah.

"Maaf, maafkan aku" Ucap Kei seraya mencoba memegang tangan si gadis, "Mari, masuk ke mobil. Aku akan membawamu ke RS"

Gadis itu langsung menyingkir dari hadapan Kei, "Nggak usah repot-repot, Kak. Saya nggak apa-apa"

Lalu, tanpa menunggu respon, Hanum mencoba untuk berdiri dan hendak pergi dari tempat itu. Namun ternyata Kei tak membiarkannya begitu saja.
"Tapi, pelipismu berdarah"

Mereka berhadapan dengan jarak hanya satu meter.
"Ku mohon, jangan jadikan aku orang yang nggak bertanggung jawab"

"Tapi aku---"

Tanpa basa-basi lagi Kei menarik tangannya menuju mobil. Kei tak peduli walaupun si gadis berontak kecil.

"Kak, tapi aku nggak apa-apa"

"Udahlah diam" Respon Kei datar. Segera dia mengunci pintu mobil setelah Hanum berhasil masuk dan duduk di sampingnya.

"Boleh tahu nama kamu ?" Tiba-tiba Kei buka suara.

"Hanum" jawab si cewek singkat.

"Aku Kei, dari Bandung"

Hanum hanya merespon dengan senyum, tanpa berniat untuk membuka suara lagi.

"Pelipis sama sikunya gimana, terasa nyeri atau sakit ?"

Refleks Hanum menoleh, "Bukannya sama aja, ya. Nyeri sama sakit satu rumpun"

Kei terkekeh kecil, rupanya gadis ini bisa membalas gurauannya juga. Ya, meski dari penampilannya terlihat agamis, tapi rupanya dia tak kalah humoris dari kebanyakan gadis.

"Maaf ya, saya nggak sengaja.Tapi saya mau tanggung jawab dan membawamu ke Rumah Sakit"

"Hm" Respon Hanum singkat, "Terima kasih, Kak Kei"

Kei tersenyum tanpa menoleh pada Hanum.

+++
++++

Datang akan pergi
Lewatkan berlalu
Ada dan tiada bertemu akan berpisah

Satu bait lagu di senandungkan oleh Iyyas.

Hei
Sampai jumpa di lain hari
Untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi

Meskipun ku tak siap untuk merindu
Ku tak siap tanpa dirimu

Kuharap terbaik untuk mu

Mata Iyyas terpejam, menghayati satu lagu yang ia nyanyikan demi mendapat selembar uang dari siapa saja.

Kini, pasar Senen lumayan ramai dengan pengunjung. Ada yang sibuk dengan tujuannya di stasiun, ada juga yang lalu lalang tak jelas.

Lumayanlah, bekas aqua gelas milik Iyyas terisi penuh dengan uang.

Lelah di pasar dan stasiun, Iyyas hendak bertolak ke perumahan.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang