Bab 31

70 8 0
                                    


++++
++++

Bukannya Gilang tidak mengenal gadis ayu dan manis di depannya, hanya saja logika sang cowok mengatakan bahwa yang dilihatnya tidak mungkin benar.

Kini, gadis dengan jilbab motif polkadot kecil-kecil tengah menatapnya dengan senyum sumringah. Senyum kerinduan seorang sahabat yang sudah lama tak bertemu.

Sementara Fika yang mengaku sebagai pacar Gilang hanya menatap sinis pada gadis berjilbab yang ternyata adalah Ithiyah. Tapi bagi Ithiyah, tatapan sinis bukanlah hal baru. Bahkan, dia mengklaim tatap sinis sebagai makanan harian.

"Jangan bengong kali, ini gua, Lang"

"Lo siapanya Gilang ?" Serobot Fika.

"Gua sahabat Gilang kalau nggak bisa dibilang sebagai pacar"
Ithiyah sengaja memanasi cewek dengan make-up tebal namun terkesan norak itu.

"Hellow, lo pikir lo siapa ?"

"Andai lu tahu, gua punya banyak prestasi"

Tawa melecehkan terdengar, "Prestasi ? Nyolong kambing ?"

"Bukan nyolong kambing, tapi ngerampok, begal, jambret, preman, dan terakhir pengamen stasiun. Dan perlu di catat, semua yang pernah jadi korban gua adalah orang-orang sekelas ningrat, bukan kelas bawahan macem maling jemuran"

Pacar Gilang mengatupkan rahang yang beberapa detik lalu terbuka. Dia tak menyangka, ejekannya justru berbalik mematahkan.

Tak sanggup lagi bicara, itulah yang di rasakan pacar Gilang setelah sang gadis berjilbab berkata, "Lu tahu, pukulan tangan gua membuat gua sering keluar masuk jeruji"

Akhirnya, menunduk lebih baik. Toh, dia tak akan mampu lagi berdebat dengan Ithiyah.

"Jadi, elo kesini mau apa ?" Tanya Gilang.

"Ya elah datar amat"

Oke, penampilan boleh berubah, tapi logat bahasa sulit untuk di alih gaya.

Ithiyah berubah secara penampilan dan perilaku, tapi gaya bicara masih sama. Ceplas-ceplos, bahkan terkadang kasar.

"Ya sorry, abisnya gue bingung, kok lo berubah gini ?"

Ithiyah tersenyum, "Ya eyalah, karena gua punya hati, dan hati gua menyuruh supaya gua berubah"

"Oh" Respon Gilang, "Terus, lo kesini mau curhat tentang hal apa ?"

"Lu kok gitu sih, gua kesini cuma mau bilang  makasih sama lu. Karena berkat elu, hari-hari suram gua terasa lebih indah"

"Jadi lo baru sadar sekarang ?"

Tangan Gilang melipat ke dada, matanya menatap Ithiyah sambil tersenyum. Andai sang kekasih tak ada, ingin rasanya ia mencubit pipi Ithiyah yang terlihat lebih cantik.

Harus di akui, kepergian Iyyas beberapa bulan lalu membuatnya uring-uringan, sering mabuk dan pada akhirnya melarikan rasa kesepian itu dengan melampiaskannya pada sosok Fika.

"Ya, kurang lebih begitu" Balas Ithiyah tersenyum manis, "Oh iya, sejak kapan lu punya
pacar ?"

"Sejak dia suka sama gue"

Sekali lagi, Fika yang merasa cemburu berusaha untuk memojokkan Ithiyah. Tapi, di dalam diri Ithiyah ada jiwa Iyyas yang lihai bersilat lidah.
Sekali berdebat, minimal Iyyas bisa membuat lawan kewalahan.

"Ooh gitu, ya ?" Respon Ithiyah berlagak bego, "Setahu gua Gilang nembak lu pas dia lagi mabuk berat, kan ?"

Tertegun. Kemana arah perkataan Ithiyah, Fika belum tahu.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang