Bab 17

55 5 0
                                    


++++
++++

Menangis semalaman membuat mata Iyyas sembab dan sedikit bengkak. Wajahnya pun terlihat tidak bersemangat saat bertemu dengam tim Rohis Jagal Senen.
Hanum yang melihat itu pun langsung memberi Iyyas air minum.

Puas minum, Iyyas melempar senyum ke arah beberapa orang di depannya, sekitar sebelas orang, enam cowok dan lima cewek. Semua orang itu adalah para remaja sebaya Iyyas yang bergabung dalam tim RJS.

Di antara yang di kenal Iyyas adalah, Kevin, Iqbal, Bakhri, Farhan, Teddy, Habib, Hanum, Lina, Sarah, Ririn dan Zin Lee Sha, seorang gadis mu'allaf.

Semuanya ramah pada Iyyas, baik dan pengertian. Karena itulah, makin sering bertemu Iyyas makin betah dengan mereka semua.

Sesuai perjanjian di awal, Iyyas hanya akan belajar saat hari minggu. Karena kebetulan tim RJS juga masih duduk di bangku SMA, jadi waktu mereka sangatlah sempit untuk mengajari Iyyas banyak hal.

Dan di perjanjian itu mereka juga membuat sebuah jadwal untuk Iyyas. Yaitu, pada minggu pertama Iyyas belajar agama pada Kevin, Iqbal, Teddy, Hanum dan Sarah.
Lalu di minggu kedua, Iyyas belajar layaknya sekolah formal pada Farhan, Bakhri, Habib, Lina, Ririn dan Lee Sha.

Lalu kembali lagi ke minggu pertama, setelah itu minggu kedua lagi. Untuk lebih mudahnya, Sarah pun memberikan nama yaitu, minggu pertama dengan Syin dan minggu kedua dengan Ghin.

Syin adalah nama abjad ketiga belas dalam huruf Hijaiyah, sedangkan Ghin adalah nama abjad kesembilan belas dalam huruf Hijaiyah. Dan usul Sarah itu di setujui oleh semuanya.

Sekarang adalah awal dari semua pelajaran yang akan di pelajari oleh Iyyas.   

Di beranda masjid Al-arif yang lumayan luas, Iyyas sibuk mendengarkan penuturan tentang rukun Iman dari Teddy. Beberapa kali Iyyas manggut-manggut mengerti, meski kadang harus garuk-garuk kepala saat dia merasa bingung.

Bergantian antara Iqbal, Teddy, Kevin, Hanum dan Sarah menerangkan tentang iman kepada Tuhan mereka, Malaikat Tuhan mereka, Kitab-kitab Tuhan mereka, Nabi dan Rasul Tuhan mereka, hari Qiyamat sampai Qadha dan Qadar.

Walau cukup kesulitan, tapi kelima orang itu berusaha untuk sabar dan telaten saat mengajari Iyyas. Mereka yakin, batu sekeras apapun bisa di lunakkan bila setiap hari di beri tetesan air. Apalagi tipe gadis seperti Iyyas yang mudah mengingat apa saja.

"Jadi, lo tahu kan, apa itu iman ?"

Santai Iyyas mengangguk, "Intinya, yang namanya iman adalah yakin"

Kevin yang sedang mengobrol dengan Lina tersenyum mendengar jawaban Iyyas.

"Terus, iman kepada Allah itu artinya apa ?" Tanya Hanum.

"Ya berarti, yakin sama Allah"

"Kurang lengkap" Jutek Teddy.

Iyyas nyengir, kebiasaannya asal ngomong memang sedikit sulit untuk di hilangkan. Kadang Iyyas lupa, dimana kesesuaian tempat yang memerlukan kesopan santunan tinggi dengan tempat yang terkesan biasa saja.

"Maksud gua gini, iman kepada Allah itu ..." Iyyas menggaruk pipinya,
" ... Yakin kalau Allah itu ada, terus Allah itu kekal, terus Allah itu punya kekuasaan tinggi atas manusia"

Sebelas orang tersenyum puas mendengar jawaban dari Iyyas. Mungkin jawabannya terkesan asal tangkap, tapi untuk ukuran orang yang baru belajar, memang lumayan.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang