Bab 10

55 5 0
                                    

++++
++++

Satu bulan kemudian ....

Besok tunangan ?

Yang benar saja ?

Tapi aku nggak Cinta sama Ithiyah Ma !

Kenapa ?

Karena cewek itu centil.
Dan aku nggak suka cewek sepertinya.

Kenapa aku mau pacaran sama dia ?

Karena aku sayang sama Mama.

Mama yang nyuruh aku buat pacaran sama dia.

Dan aku nggak nyangka bakal sejauh ini keinginan Mama.

Ma, aku---

Brakh !!

Lamunan Bagas buyar oleh suara buku yang jatuh dari atas meja.
Satu decakan terdengar dari bibir ranumnya.

Kesal.

Ya kesal, Mama sudah memvonis, besok dia tunangan dengan Ithiyah. Padahal Bagas tak mencintainya sama sekali.
Kalaupun dia mau jadi pacar Ithiyah, itu karena Nani memaksa. Demi menjaga hubungan baik dengan keluarga Anton dan Susan.

"Sial, gue harus gimana ?!"

Dalam kamar yang sepi itu Bagas menatap langit-langit kamar, sambil merutuki nasib yang menurutnya amat sangat buruk.
.
.
.
.

Esoknya, Bagas sudah siap dengan jas hitam, di perpadu dengan dasi biru donker.
Sepatu hitam mengkilap senada dengan warna rambut cepaknya.

Di depan cermin Bagas menekuk wajah, tak memperlihatkan raut senang sedikitpun. Bahkan lebih mirip raut tak suka.

"Ayo Bagas, kata Tante Susan semua undangan udah datang !" Nani muncul di ambang pintu.

Melihat sosok Mamanya, Bagas segera bangkit dari depan cermin. Dia langsung di gandeng oleh Nani.

Mereka berdua dan beberapa orang saudara segera pergi ke rumah Anton dan Susan.

.
.
.

Saat memasuki rumah besar Ithiyah, samar Bagas mendengar riuh orang-orang mengobrol.
Tepat di ruangan yang penuh dengan orang, satu senyum lebar yang menurut Bagas sangat menyebalkan mampir di mata.

"Bagas, ayo berdiri di samping Ithiyah" suruh Susan yang saat itu tampil menawan.

Di tegur demikian membuat Bagas nyengir kuda,
"Eh iya Tante"

Sementara Bagas menemui Ithiyah, Nani menyingkir dari keramaian. Dokter yang sudah janda tersebut membuka telfon lalu menghubungi Kei.

"Halo" sapa Nani.

"Halo, apa ini dokter Nani ?"

"Iya" jawab Nani, "Kei, semua undangan sudah datang. Dan beberapa menit lagi acara ini akan di mulai"

Dari seberang Kei menjawab,
"Saya sudah di depan rumah, dokter"

Agak terkejut Nani mendengar jawaban dari Kei, lantas dia mematikan sambungan telfon.
Tanpa menunggu waktu Nani langsung menemui Kei di depan.

"Ayo masuk Kei"

Kei mengangguk lalu mengikuti Nani masuk ke dalam rumah.
Saat Nani menunjuk Ithiyah dengan isyarat, dada Kei berdebar. Dilihatnya adik kandung yang selama ini jauh dari kehidupan keluarganya.

Ingin sekali Kei mendekap Ithiyah, melepas rindu yang terpendam selama enam belas tahun.

"Dia seperti Mama.." lirih Kei seraya membayangkan wajah Rifkah. Ternyata adiknya mirip Mama.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang