Ketiga orang itu berpandangan, lalu tersenyum aneh.
Membuat Iyyas yang melihatnya garuk-garuk kepala."Jadi begini Iyyas" kata Kevin memulai pembicaraan, "Kami ini dari Tim RJS. Dan gue selaku ketua ingin mengajak elo buat ngobrol sebentar " jelas Kevin.
Iyyas manggut-manggut, walau tak sepenuhnya mengerti. Melihat wajah Iyyas yang sepertinya masih bingung, Lina
berkata, "Mm gini deh, kamu mau nggak ceritain riwayat hidup kamu ?""Ya boleh, tapi gua mau nanya dulu. RJS itu apaan ?"
Kevin dan Lina berpandangan dengan Hanum, lalu Kevin mengode Hanum agar dia menjelaskan arti dari RJS.
Hanum mengerti dan segera berkata, "Jadi, tim RJS itu singkatan dari tim Rohis Jagal Senen. Dan tugas kami itu nggak jauh-jauh dari bantuin warga sekitar Senen, utamanya masalah keagamaan"
Iyyas melepas topi, lalu menggaruk kepalanya yang berambut pendek.
"Terus, apa gua butuh bantuan kalian ?"
Lina angkat bicara, "Begini Iyyas, sebelum kami menjawab pertanyaan kamu, sebaiknya kamu cerita dulu ke kita"
"Iya, Iyyas" sambut Kevin, "Agar kami bisa menjawabnya dengan mudah"
Bola mata onyx milik Iyyas berputar-putar tak mengerti. Dia bingung mau berkata apa, "Mm.. Cerita apaan ?"
"Masalah yang sedang kamu hadapi saat ini"
Sekali lagi Iyyas terdiam mendengar itu. Kenapa tiga orang asing ini begitu penasaran dengan pribadinya, bukankah mereka baru saja kenal kurang dari satu jam. Sedangkan Hanum, dia baru saja mengenalnya kurang lebih dari dua puluh empat jam.
Tapi, mungkin mereka juga punya niat yang baik. Karena jarang sekali ada orang yang peduli pada masalah orang lain.
Betul begitu, kan ?Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Iyyas mulai bercerita tentang kehidupannya.
Dia memulai kisah hidupnya dari tempatnya berasal, yakni Jogjakarta. Lalu apa tujuannya untuk datang ke Jakarta, yakni untuk mencari keberadaan keluarga kandungnya.
Selama bercerita, Iyyas mengalami naik turunnya emosi, kadang riang, kadang sedih, kadang juga memasang wajah kesal. Tapi dari semua emosi itu, hanya ekspresi murunglah yang sering di perlihatkan.
Terakhir, Iyyas menutup ceritanya dengan mengatakan,
"Gua harap, keluarga gua mau menerima kedatangan anaknya ini"Itu dia. Kalimat yang sudah di tunggu-tunggu sejak tadi oleh ketua RJS. Kevin tersenyum, kalimat Iyyas barusan adalah sebuah umpan yang mantap.
Setelah menegakkan posisi duduk, Kevin berkata pada Iyyas.
"Sekarang gue tanya" kata Kevin, "Seandainya lo udah ketemu sama keluarga lo, apa mereka mau menerima lo yang istilahnya punya kepribadian beringas ?"
Tenggorokan Iyyas tercekat. Kalimat Kevin barusan telah menohok hatinya. Kenapa rasanya begitu sesak, kenapa tiba-tiba pikirannya kacau.
Kenapa dia tak pernah peduli tentang masalah itu ? Padahal dia tahu bahwa pribadinya memang jauh untuk bisa di terima dalam sebuah keluarga.
Dia tak pernah berpikir untuk merubah sikap, meski ia tahu bahwa hal itu sangatlah penting.Iyyas menunduk, merutuki dirinya sendiri yang rasanya sangat bodoh. Bahkan tolol.
"Apalagi elo cewek, otomatis sebuah keluarga akan menaruh harapan agar anak ceweknya itu mampu menjaga kehormatannya"
Lina dan Hanum hanya menatap Iyyas yang menunduk. Sesekali juga mereka menyentuh bahu Iyyas, dan mencoba untuk menenangkan pikirannya.
Sementara Kevin terus berbicara pada Iyyas, mencoba untuk menelusupkan sebuah penerangan untuk hati dan pikiran Iyyas.
Dan beruntungnya usaha itu berhasil, sebab rupanya Iyyas mulai luruh dan tak bersuara sama sekali.
"Jadi, gue tanya sekali lagi. Apa keluarga lo mau menerima kehadiran elo dengan kepribadian elo yang
kayak gini, ?"Pelan Iyyas menggeleng.
Tiga orang itu tersenyum. Yup, tepat sasaran.
"Jadi, tadi kan, kamu nanya gini 'Apa gua butuh bantuan kalian ?'
Maka jawabannya adalah, tanpa sadar kamu memang butuh bantuan kami" Jelas Lina."Jadi, apa kamu mau kalau kami ajak berubah ?" Kini giliran Hanum yang bertanya.
Iyyas menunduk lagi. Dia sedang mengalami pertarungan batin, antara menjawab ya atau tidak. Walau begitu, sejatinya Iyyas mau, hanya saja dia belum siap.
Dia masih ragu untuk berubah sekarang, maksudnya, dia belum siap untuk meninggalkan dunianya yang tak terurus. Dunia kasar yang telah membesarkannya dari kecil.
Wajar kalau saat ini Iyyas ragu. Karena perkara berubah bukanlah hal yang mudah.
Menyadari roman muka Iyyas, Kevin dan Lina mencoba untuk bersabar. Ini juga termasuk tantangan buat mereka, karena menyadarkan orang yang sudah menjadi satu dengan dunia gelap bukanlah hal mudah.
"Kita nggak maksa elo, Yas" Ujar Kevin sebijaksana mungkin, "Berubah memang sulit jika nggak berasal dari hati, jadi kami maklum kalau elo butuh pertimbangan"
"Maaf ya, gua belum siap buat berubah" Lirih Iyyas.
Hanum menatapnya miris. Sayang sekali, padahal Iyyas adalah gadis baik dan pemurah. Suaranya juga akan lebih indah jika di gunakan untuk membaca Al-Qur'an.
Namun bagaimana lagi, jika hati belum siap, di paksapun akan sia-sia saja.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas kurang lima menit, menandakan sebentar lagi azdan Dzuhur berkumandang. Jadi ketiga anggota RJS tak mau membuang waktu.
Mereka pun memutuskan untuk segera beranjak dari sana.
Sebelum mereka pergi, Hanum menyentuh pundak Iyyas,
"Kalau kamu berubah pikiran, kamu dateng aja ke Masjid Raya Al-arif, tahu kan dimana ?"Iyyas mengangguk paham.
"Kalau gitu kita pergi dulu, udah dzohor" Ucap Kevin lalu berlalu lebih dulu, "Assalamualaikum"
"Kami juga pergi dulu, Yas, Assalamualaikum" Sahut Lina dan Hanum bersamaan.
Lirih Iyyas menjawab "Wa'alaikumussalam..."
.
.
.Di dalam gerbong Iyyas termenung. Sejak tadi dia hanya diam sambil menopangkan dagu ke atas lutut, sementara dua bola mata onyx-nya tampak lurus menatap ke arah luar jendela.
Pikirannya melayang-layang, memikirkan perkataan Kevin tadi siang. Haruskah dia berubah menjadi lebih baik dari ini, atau pasrah saja pada takdir.
Tapi kalau di pikir-pikir, ada benarnya juga sih tim RJS itu. Karena, hanya keluarga ralat
saja yang mau menerima seorang bekas copet sepertinya, bahkan sekarang dia adalah seorang pengamen jalanan."Hufftt ... " Iyyas menarik nafas,
"Mungkin gua mesti berubah"Dia memejamkan mata, mencoba menyelami dunia hayal, dimana dia di kelilingi oleh keluarganya.
Ah, mungkin itu menyenangkan.
Iyyas tersenyum getir, lalu bediri untuk mencari makanan di tongkrongan Stasiun Senen.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA ITHIYAH DAN IYYAS
Teen FictionDua bayi perempuan yang tertukar. Ithiyah yang sejatinya adalah Thalita Saranova dan Iyyas yang sejatinya adalah Ithiyah. Namun takdir memang aneh, ketika Ithiyah berada di tengah-tengah kemewahan, ketika itulah sang Ithiyah asli tengah menjajakan s...