Bab 6

61 5 0
                                    

++++
++++

Pada dasarnya Bagas memang tidak mau untuk dinner dengan Ithiyah, hanya saja Nani sang Mama terus memaksa agar dia meluluskan keinginan gadis cerewet tersebut.

Dan di sinilah dia, duduk berhadapan dengan Ithiyah.
Di temani sajian makanan cafe di sekitar Senen.

Sejak tadi Bagas hanya diam, Sementara Ithiyah terus-terusan bicara tidak jelas.

"Sayang, besok temenin aku shoping dong"

Setelah meneguk vanilla juici, Bagas berkata, "Kayaknya nggak bisa deh, soalnya aku mesti kumpulan OSIS"

Sukses Ithiyah menatapnya kesal sambil berkata, "Ih..kok gitu sih sayang ?"

Dengan tenang Bagas menjawab, "Mungkin lain kali saja"

Ithiyah pun cemberut mendengarnya, dia memilih makan sambil diam.
Tentu saja Bagas tersenyum geli melihat itu.

Tiba-tiba Ithiyah berkata, "Mm kamu ingat kan kalau bulan depan kita tunangan ?"

"Uhuk uhuk uhuk.."

Bagas tersedak sweet caramel bread yang sedang dia makan.

Refleks Ithiyah menyodorkan segelas air pada Bagas. Setelah tenang kembali Bagas menatap Ithiyah.

"Siapa yang bilang kalau kita akan tunangan ?"

"Mama sama tante Nani"

Ah, Bagas memijit keningnya agak frustasi. Ternyata Mama tidak main-main dengan pertunangan itu.

"Kamu kenapa sayang ?"

Bagas tersenyum getir saat menjawab, "Nggak kok"

"Ya udah makan lagi"

"Hm" respon Bagas singkat.

++++
++++

Setelah pergi dinner dengan Bagas, Ithiyah langsung kumpul bersama keluarga besarnya.

Di ruang TV yang mewah itu duduk David dan Ithiyah, mereka sedang menonton film layar lebar seperti malam-malam biasanya.
Walau kadang sering ribut karena berebut remote, tapi keduanya tetap berdamai bila acara TV itu sudah layar lebar box office.

Sementara Nenek dan Susan hanya ikut menonton.

Pada saat iklan, mulailah David meledek kakaknya.

"Mah, sebenernya Ithiyah  anak Mama bukan sih ?"

Susan dan Nenek hampir tersedak oleh kata-kata David barusan, Ithiyah apalagi.

Sebelum mendapat respon dari semua orang di sana, David melanjutkan kalimat ledekannya untuk Ithiyah.

"Kan dari almarhum Buyut, Nenek, sampai Mama ada lesung pipinya, kenapa giliran Ithiyah nggak ada ?"

Jengah, itulah yang di rasakan oleh Ithiyah sekarang. Berkali-kali David membanding-bandingankannya dengan lesung pipit turunan itu.

Apalagi kalau ada Anton, pasti Papanya itu akan ikut menimpalinya dengan hal yang hampir sama.

Kadang Ithiyah berpikir, apakah dia benar-benar putri kandung dari keluarga Anton ?

Kalau iya, kenapa orang tuanya pilih kasih ? Kenapa hanya dia yang merasa terabaikan ? Sedangkan adiknya David, hampir semua keinginannya di penuhi, terlebih oleh Papa.

"Hus, jangan ngomong sembarangan David !" sewot Susan. Nenek menyahut, "Lagi pula lesung pipi bukan satu-satunya alasan, David"

Mendapat pembelaan begitu, Ithiyah langsung menimpuk wajah David dengan bantalan kursi.

Bukh !!

"Tahu nih, dasar orang gila !" umpat Ithiyah pedas, "Mending elo nyingkir dari sini !"

Sehabis berkata begitu Ithiyah langsung berlalu ke kamar.

"Kamu itu, jangan suka ngomong sembarangan sama kakak kamu"

Mendengar kata-kata Nenek barusan David malah nyengir kuda. Tentu saja Susan selaku ibu hanya bisa geleng-geleng.

"Ya abisnya Ithiyah selalu bikin kesel Nek"
.
.
.

Di dalam kamar, Ithiyah sedang melamun. Menatap bintang malam di balkon kamar, pikirannya melayang tak tentu arah.

Mah, sebenernya Ithiyah anak Mama bukan sih ?

Selalu saja begitu. Selalu saja dia merasa asing dengan keluarganya sendiri, terlebih lagi sikap David dan papanya, Anton.

"Kenapa sih, hidup gue kayak gini banget ?!"

Satu tinju pelan dia layangkan ke lantai, menjadikan lantai itu sasaran emosinya.
Ithiyah menutup mata, perlahan tapi pasti, satu air mata meluncur perlahan.

Begitulah rasanya tak di hargai dalam keluarga, sakit dan perih.
Terlebih jika ingat kalau sang adik yang selalu di beri kasih sayang lebih.

"Gue benci kalian !" geram Ithiyah.

Tanpa sepengetahuan Ithiyah, Susan sang Mama sudah duduk di sampingnya.
Susan menyentuh pundak Ithiyah Seraya berkata, "Jangan di masukan ke hati, Ithiyah. Adik kamu itu memang suka meledek"

Ithiyah menepis tangan Susan dengan sedikit kasar, "Mah, jujur sama Ithiyah !" pinta Ithiyah seraya menatap mata Susan.

Susan mengangguk.

"Sebenernya aku anak Mama bukan sih ?"

"Masya Allah Ithiyah, tentu saja sayang...." Susan meraih tangan Ithiyah yang dingin. "Kalau bukan, lalu anak siapa ?"

"Tapi David bilang a--"

Susan keburu menempelkan telunjuknya ke bibir mungil Ithiyah, "Sudah Mama bilang, jangan pernah dengarkan David"

Susan tersenyum, "Sayang, biarin aja David ngomong itu, atau Papa. Karena bagaimanapun, kamu adalah putri Mama dan Papa"

Lalu Susan membawa Ithiyah kedalam pelukan keibuannya.
Saat itu juga Ithiyah menumpahkan air mata kepiluan yang selama ini dia pendam.

"Mama nggak bohong kan...?"

Susan mengusap pucuk rambut Ithiyah pelan dan penuh kasih, sambil tersenyum Susan berkata, "Tentu sayang, buat apa Mama bohong sama kamu ?"

Namun entah kenapa hati Ithiyah berkata lain, bisikan yang bertentangan dengan kata-kata Susan.

"Udah, sekarang kamu tidur"
Susan melepas pelukannya dari Ithiyah, lalu mengajak Ithiyah untuk segera tidur.

*****

Alhamdulillah selesai..

Vote jg lupa ya ^*^ Tpi gk maksa jga, saya cuma sekedar nuang ide saya
😊😊

saya masih belajar, wajar kalau ngebosenin. 😁. Tpi saya harap sih kalian gk bosen.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang