Bab 22

48 3 0
                                    


++++
++++

Minggu Ghin...

"Artinya, kali ini lo belajar sama kita berenam" Ujar Ririn semangat, "Pertama-tama gue mau tanya sama lo, Iyyas"

"Hm" Respon Iyyas sedikit malas, sungguh dia tidak suka jika banyak bertele-tele.

"Apa lo bisa baca tulis ?"

"Kalau baca gua bisa, tapi kalau tulis menulis kayaknya kurang lancar"

"Oke, kalau begitu lo belajar nulis aja" Kata Lee Sha tersenyum, "Ya nggak usah banyak-banyak, cuma tiga lembar kertas"

Mata Iyyas melotot tajam, "Gila, lu mau ngebunuh gua ?!"

Lee Sha berpandangan dengan Ririn. Iyyas bilang apa ? Mau ngebunuh dia ? Loh kan, cuma di suruh menulis tiga lembar. Belum juga di suruh menulis sampai berlembar-lembar kertas, baru tahu rasa.

Sementara anggota Rohis yang kebetulan juga hadir di Masjid Al-arif hanya geleng-geleng kepala, atau tertawa kecil dengan mencolok. Atau, tersenyum simpatik seperti Kevin.

Iyyas sendiri tak peduli pada respon yang di dapat. Sebodo amat, toh dia juga belum tentu bisa menulis sampai tiga lembar kertas. Jadi ya, mau tidak mau dia harus protes.

"Iyyas dengerin gue" Habib mengambil alih kesempatan bicara milik Lee Sha, "Kenapa lo udah mengeluh sebelum mencoba ? Harusnya lo semangat, menulis satu bab buku pun akan mudah kalau lo semangat"

Mendengar itu Iyyas mendengus kasar, "Tapi Bib, gua nggak lancar menulis"

"Karena itu lo mesti belajar" Ujar Farhan menimpali, "Justru itu, Lee Sha menyuruh lo buat nulis tiga lembar kertas, biar lo itu lancar dalam bidang tulis menulis"

"Lagipula, ini adalah salah satu bentuk perjuangan kamu, Iyyas" Lina ikut menyambung, "Dan ini belum seberapa bila di bandingkan perjuangan kami"

Semuanya menatap Iyyas dengan lekat, memang sulit untuk mengajari orang keras kepala seperti Iyyas.
Tapi mereka tetap semangat, toh hal itu juga salah satu dari bentuk perjuangan RJS.
Jadi, bersabar dan telaten adalah kunci terbaiknya.

"Yas, jadi lo mau nggak ?" Tanya Ririn to the point.

Iyyas menarik nafas panjang, dia melepas topi lalu berkata pelan, "Ya, gua mau"

Semua anggota RJS tersenyum lega, lebih lagi Kevin dan Ririn selaku ketua dan wakil yang punya tanggung jawab besar atas perubahan diri Iyyas.

Bakhri menyodorkan tiga lembar kertas folio dan sebuah bol poin ke depan Iyyas, lalu di susul dengan Lee Sha yang menyodorkan sebuah novel cukup tebal.
"Nah, Yas, elo nulisnya ambil dari novel ini ya. Kalau lo jenuh, lo bisa sambil baca"

Iyyas hanya mengangguk singkat seraya membuka-buka lembar novel yang berjudul 'Mencintaimu Dalam Diamku'

"Kalau gitu selamat berjuang Iyyas, karena sebentar lagi Ukhty Ithiyah Maghfirah yang sesungguhnya akan muncul setelah elo berubah drastis"

Ithiyah Maghfirah ?

Iyyas tersenyum tipis.
Ya, kerap kali tim RJS memanggilnya dengan sebutan Ithiyah, padahal Iyyas sendiri kurang suka dengan panggilan itu. Karena nama tersebut selalu mengingatkannya pada
Ithiyah lain yang pernah melecehkannya.

Sedetik kemudian Iyyas sudah mulai menulis, ya walau agak kerepotan. Butuh kesabaran ekstra bagi Iyyas untuk menorehkan huruf demi huruf di atas folio. Terkadang Iyyas jengkel karena membuat satu huruf saja sangat sulit sekali.

Dulu, Paul memang pernah mengajarinya baca tulis, namun Iyyas hanya bisa menguasai kemampuan baca saja.
"Aahh ..."

Dari tempat duduknya, Kevin menatap Iyyas sambil tersenyum. Andai mungkin, dia ingin sekali duduk di samping Iyyas, lalu dengan sabar membantu gadis itu. Namun tentu saja mustahil, karena ada banyak sekali alasan yang menghalangi.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang