Bab 24

42 3 0
                                    

++++
++++

Tiga bulan berjalan tanpa terasa, tak terasa pula bahwa kedekatannya dengan Reno membuat Ithiyah lupa pada Bagas. Dia tak lagi berharap lebih pada Bagas, bahkan ingat bahwa Bagas pacarnya saja tidak.

Makin kesini Ithiyah jadi sering jalan berdua dengan Reno. Bahkan tak jarang Ithiyah di belikan baju dan aksesori yang dia mau.

Dan rupanya Bagas tak peduli. Dia tahu bahwa Ithiyah sering pulang sekolah dengan Reno. Tak jarang, di sekolah pun keduanya sering terlihat berdua.
Tapi justru Bagas senang karena Ithiyah tak lagi mengejarnya.

Walaupun David selaku adik Ithiyah sering menyuruh Bagas agar dia menegur gadis itu, tapi Bagas menolak. Toh, dia juga tidak menyukai Ithiyah. Jadi untuk apa dia menegur gadis yang tidak di cintainya ?

.
.
.

"Gas, hari ini hari keberapa ?"

Bagas yang sedang memakai sepatu segera menoleh ke arah Nani, dokter cantik itu berdiri di depan Bagas. Tangannya menyilang ke dada, mata di balik kacamata minus menatap Bagas dengan lekat.

Melihat tingkah Mamanya yang aneh, Bagas memilih untuk melanjutkan kegiatannya mengikat tali sepatu.

"Gas, jawab Mama !"

Suara Nani terdengar gusar, namun Bagas tak juga merespon. Jengkel, Nani menarik telinga kanan Bagas. Membuat cowok yang sudah siap pergi sekolah itu meringis kesakitan.

Dia memohon agar Nani melepas telinganya yang terasa sakit. Mungkin, kalau saja tidak segera di lepas, telinga itu sudah patah.

"Kalau gitu jawab pertanyaan Mama dong !"

Sambil memutar bola mata kesal, Bagas berkata,  "Hari ini adalah hari ke seratus dua puluh lima. Dan Mama, bukan aku yang nggak mau jemput Ithiyah. Tapi, Ithiyah udah berangkat duluan sama Reno. Lagipula aku juga nggak mau berangkat sama dia, repot banget tahu nggak ?"

Sehabis berkata begitu, Bagas langsung berdiri dari duduk seraya meraih tas yang ada di bawah sofa,
"Udah Ma, aku berangkat dulu. Assalamualaikum"

Nani melongo mendengar kalimat Bagas yang terkesan cuek padanya.

++++
++++

Di kantin, Bagas duduk dengan Tio, David dan Viola. Sepiring nasi goreng khas kantin menemani pagi ceria keempat kawan itu.
Tak jauh dari meja mereka, ada pula Ithiyah dan Reno. Meskipun Viola dan David terus-terusan memaksa Bagas agar dia menegur Ithiyah dan Reno, tapi Bagas hanya menggeleng tegas. Dia tidak mau, karena dia merasa tidak punya perasaan cemburu sama sekali.

Begitupun dengan Reno, dia menyuruh Ithiyah untuk bergabung di meja Bagas, tapi gadis itu juga menggeleng tegas. Toh, Bagas saja terlihat cuek. Cowok itu sama sekali tidak peduli dengan kedekatan mereka.

"Tha, lo yakin kalau Bagas nggak marah ? Gue lihat mukanya masam begitu"

Ithiyah melirik Bagas. Masam apanya sih ? Segitu muka ceria juga. Batin Ithiyah kesal.
"Bodo ah, lagian gue udah nyaman sama elo, Ren"

Reno tersenyum mendengar kalimat Ithiyah. Akhirnya, gadis itu mulai nyaman di dekatnya.
"Tha, pulang sekolah nanti, elo mau jalan sama gue nggak ?"

"Kemana ?"

"Ya, kemana aja"

"Ya udah, tapi jangan sampai kesorean" Kata Ithiyah, "Lo pernah ngajak gue jalan sampai lupa waktu, eh pas di rumah gue di marahin Papa"

Ithiyah pura-pura cemberut, membuat Reno gemas, dia pun menarik hidung mancung Ithiyah, sontak Ithiyah harus memegangi tangan Reno.
Tingkah mereka lebih mirip dengan sepasang kekasih.

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang