Bab 13

53 6 0
                                    

++++
++++

Setelah pergi dari rumah Anton, Iyyas segera menuju ke tongkrongan para penunggu gerbong kosong.

Iyyas melihat Gilang dan Suli ada di sana, tengah meneguk kopi dengan nikmat.
Iyyas tertawa tertahan, di benaknya, Iyyas sudah berniat untuk mempermainkan Gilang.

"Gua kerjain lu"

Diam-diam Iyyas mendekat, lalu dengan keras dia menabok bahu Gilang yang sedang minum kopi.

Plak !

Spontan Gilang yang sedang menyeruput kopi pun tersedak.

"Uhuk !"

Menyadari itu Iyyas hanya nyengir kuda. Suli sendiri tertawa melihat Bosnya tersedak kopi.

"Sialan lu ah !" umpat Gilang seraya menimpuk kepala Iyyas dengan sendok yang ia gunakan untuk mengaduk kopi.

Bukh !

Cukup sakit. Sampai-Sampai Iyyas meringis.
Kini tawa Suli berganti objek, yang tadi mentertawai Gilang, kini ia menertawai Iyyas.

Komedi gratis.

"Gila lu !" Iyyas mengumpat, seraya mengambil duduk di sebelah kiri Gilang. Sementara gitar kesayangan di letakan di atas meja.
"Gua nggak nimpuk elu, gua cuma ngagetin aja !"

"Bodo amat, emang gue peduli apa ?"

Iyyas melirik sesaat, lalu memilih untuk pesan makanan.
"Mbak Iyah, nasi satu. Lauknya ayam goreng ama semur telor,
o iya tambahin terong balado juga. Terus minumnya jus melon SPEZIAL ya"

Iyyas sengaja menekan kata 'spezial' yang seharusnya di ucapkan spesial, agar dua orang saingannya itu iri.
Senyum jahil terukir di bibir Iyyas. Sekali-kali Gilang sama Suli di begituin.

"Siap !" ujar mbak Iyah.

Gilang dan Suli berpandangan. Tumben nih anak pesan makanan level anak sekolah. Tiap hari cuma makan gorengan juga.
Mereka berdua angkat bahu.

Saat pesanan Iyyas datang, Gilang berkata, "Wah, ngutang lagi lu. Udah berapa banyak ?"

"E eh..." Iyyas menyepak kaki Gilang, "Elu kalau ngomong Jangan sembarangan, mau gua jeblosin ke lumpur idup ?"

"Ya santai kali, temen gua cuma nanya, Yas" cetus Suli.

Gilang langsung mengangguk setuju.
"Tahu nih, dasar putri stasiun gila. Bisa nggak sih lu, dikit aja bersikap normalnya cewek  ?"

Iyyas melotot, "Gua bilangin ya, elu berdua itu nggak usah bahas masalah sikap sama gua, karena gua nggak suka. Ngerti ? Atau elu mau gua sikat sekalian ?"

Kedua cowok itu garuk-garuk kepala, lalu lebih memilih tak mengacuhkan macan betina yang tengah lahap menandaskan makanannya.

Sampai akhirnya Gilang tidak tahan untuk tidak bertanya pada Iyyas, tumben makan enak ?

"Yas"

"Hm ?" respon Iyyas tak peduli.

"Tumben lu makan enak, tadi ngamennya dapet berapa ?"

Sebelum menjawab Gilang, Iyyas yang sudah selesai makan berdiri, dia hendak membayar pada Mbak Iyah.

Di rogohnya kantung jeans, lalu dengan sengaja Iyyas mengeluarkan semua uang pemberian dari Anton.

"Nih... Gua dapet lima ratus rebo, hahahaha..." Tawa Iyyas terdengar melecehkan.

Seraya membayar Mbak Iyah, Iyyas melirik Gilang,
"Mbak, dua orang ini gua yang bayarin, oke ?"

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang