Bab 7

65 6 0
                                    


"Udah, sekarang kamu tidur"

Susan melepas pelukannya, lalu menuntun Ithiyah ke arah tempat tidur.

Setelah Ithiyah berbaring, Susan menyelimuti tubuh mungilnya dengan selimut.

Cup

Satu kecupan di daratkan oleh Susan di kening Ithiyah, membuat gadis itu tersenyum.

"Tidur yang nyenyak ya"

Sebelum keluar Susan mematikan lampu kamar, membuat Ithiyah berkutat dengan gelapnya kamar.

"Gue tahu, kalau gue nggak pernah di anggap ada di keluarga ini" Lirih Ithiyah sebelum akhirnya memilih untuk memejamkan mata. Mencoba untuk tidur, menyelami alam mimpi.

Mencoba untuk memimpikan kedamaian dalam hidupnya, dimana dia tak selalu di kucilkan.

++++
++++

Brag ! Brag ! Brag !

Suli dan Gilang menggedor-gedor pintu gerbong Iyyas yang tidak di tutup.

Lalu,

"Bangun woy...!"

"Kebakaran...!"

Suara cempreng dari Gilang dan Suli sukses mengagetkan Iyyas yang masih di buai oleh mimpi.
Mereka memang sering iseng pada cewek berambut pendek itu, hampir setiap pagi mereka menggedor gerbong kosong tempat Iyyas tidur. Membuat gadis itu kaget setengah mati.

Tanpa sadar Iyyas berdiri, lalu langsung melompat keluar dari gerbong,
"Kebakaran-kebakaran ?!"

Melihat itu Gilang dan Suli berpandangan heran. Namun belakangan mereka tertawa terbahak-bahak.

Sementara Iyyas yang belum sadar seutuhnya mengerjap-ngerjap. Setelah semua kesadaranya utuh, Iyyas mendapati dua cowok tengah terbahak-bahak. Dia pun langsung sewot,

"Ngapain lu ketawa ?!"

"Abisnya ekspresi muka elo lucu banget" jawab Gilang menahan sakit perut.

Suli menyahut, "Wkwkwk, muka lu melorod"

Bukh !

Bukh !

Gilang dan Suli meringis Setelah di timpuk sandal oleh Iyyas. Gadis itu tidak merasa bersalah sama sekali.
"Apa lu bilang ?!"

Dua saingannya  nyengir kuda sambil geleng-geleng kepala, "Nggak apa-apa kok Yas, kita cuma mau bangunin elo aja" jawab Suli.

"Iya, emangnya elo kagak ngamen ?"

Malas Iyyas menjawab, "Kagak, gitar gue rusak".

Kedua cowok yang berbeda jauh itu manggut-manggut, walau tak sepenuhnya mengerti.

"Gua pergi ya, bay..!!!"

Tanpa menunggu respon, Iyyas langsung menuju kamar mandi stasiun. Tak butuh waktu lama untuk Iyyas membersihkan diri.

Kini dia sudah bersih, walau bisa di bilang penampilannya tetap kumal.

"Aihs, gua mesti ke halte bus nih"

Segera Iyyas berlari ke arah halte yang jaraknya lumayan jauh dari stasiun. Dia hendak menemui Hanum dan menanyakan hal penting apa yang membuatnya di minta datang ke situ.

Lelah berlari, Iyyas berjongkok di tepi jalan raya. Dia tak peduli dengan semua tatapan yang di arahkan padanya.

Halte bus sudah terlihat di depan mata, tinggal beberapa langkah lagi.

Iyyas pun bangkit, lantas menyebrang ke jalan raya.
Saat dia berada di tengah-tengah trotoar, satu bus berhenti di halte. Keluarlah dari dalam bus itu Hanum, yang kemarin di tolong oleh Iyyas. Bersama gadis itu ada cowok berjeans hitam dan cewek lain yang juga berjilbab.

"Assalamualaikum Iyyas", sapa Hanum dan dua orang asing tadi begitu Iyyas berdiri di depannya.

"Eh Wa'alaikumussalam"

"Kita mau ngobrol sama kamu, ayo duduk disana"

Sebelum Iyyas menjawab, Hanum langsung menarik tangan Iyyas ke arah cafe yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Kini mereka bertiga duduk di kursi bagian luar dari cafe.
Setelah memesan mocachino dan crispi bread chocolate, Hanum mulai membuka suara.

"Iyyas, kenalin ini sahabat-sahabatku" ujar Hanum, "Yang ini namanya Lina" tangan Hanum menunjuk cewek bernama Lina.

Iyyas melempar senyum ke arah Lina, dan Lina membalas senyum dari Iyyas.

"Yang cowok namanya Kevin"

Sekali lagi Iyyas tersenyum pada teman Hanum yang bernama Kevin, lantas Kevin mengulas senyum balasan.

"Nah, Kevin, Lina, dia ini Iyyas yang kemarin menolongku dari pencopetan"

Lina tersenyum seraya meraih tangan Iyyas, "Salam kenal, Iyyas"

"E eh..iya iya" respon Iyyas canggung. Pasalnya, sekarang yang di hadapi Iyyas bukanlah sekelas pengamen seperti Gilang, atau teman lamanya di Jogja dulu.

Atau dirinya sendiri, yang hanya memakai kaus kumal dibalut rompi denim abu-abu, jeans sobek-sobek, dan topi lusuhnya sangat berbanding jauh dengan tiga orang di depannya.

Hanum yang memakai kaus panjang biru muda, dengan jeans hitam apik dan rapih. Di tambah jilbab motif kupu-kupu yang cantik.

Lina dengan kaus panjang toska bersih dan rapih, jeans putih yang membuatnya terlihat manis, dan jilbab biru motif bunga toska.

Sedangkan Kevin memakai kaus cokelat di balut jacket putih, di pergaya dengan jeans hitam. Rambut Kevin di tata sedemikian rupa, hingga membuat nya terlihat perlente.

"Jadi ?" tanya Iyyas.

"Pertama-tama, aku mau ngasih ini buat kamu"

Hanum menyodorkan sebuah gitar baru pada Iyyas. Sukses mata Iyyas berbinar saat menerima gitar tersebut.
Setelah di ambil, di amat-amatinya gitar itu sambil sesekali berdecak kagum.

"Itu sebagai tanda terima kasih, karena kamu udah bantu aku kemarin"

Iyyas mengalihkan pandangannya ke wajah Hanm, "Cuma bekuk jambret sih mudah Han, kenapa lu sampai beliin gua gitar baru ?"

Hanum tersenyum, "Iya mudah bagi kamu, tapi kalau sendainya kamu nggak ada kan, jambret itu pasti berhasil lolos"

Kevin dan Lina mengangguk, membenarkan perkataan Hanum, "Lagipula, kata Hanum gitar kamu rusak, Yas. Jadi Hanum sengaja beliin kamu gitar"

Iyyas manggut-manggut mengerti seraya berkata, "Makasih ya, Han. Kalau nggak ada gitar, mungkin gua nggak akan bisa ngamen lagi"

"Iya sama-sama" Jawab Hanum.

Sekejap kemudian Iyyas sudah menyimpan gitarnya di bawah meja, "Terus, kalian mau ngobrol apa sama gua ?"

Ketiga orang itu berpandangan, lalu tersenyum aneh.

*****

Alhamdulillah selesai...

😊😊

Masih semangat kan, sob ?
😪😪

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang