Bab 4

70 7 0
                                    


++++
++++

Dua hari kemudian..

"Sesuai kesepakatan, yang kalah harus out dari sini !" ejek Iyyas merasa menang.

Sementara itu, si lelaki yang di tahu Iyyas bernama Gilang hanya bisa menahan rasa jengkel. Karena dia merasa di permainkan oleh Iyyas.
Padahal dia Laki-laki dan Iyyas perempuan.

Namun begitulah, Iyyas menang dalam duel karena dia menggunakan taktik lihai yang di ajarkan oleh Paul.

"Oke, gue akan pergi" ujar Gilang kesal "Tapi gue nggak akan biarin elu tenang  ampe kapanpun"

Senyum kecil terukir di bibir si berindil bertopi, "Terserah elu, gua kagak peduli"

"Cabut men !" ujar Gilang pada pasukannya. Mereka menuju ke arah pasar Senen, lantas bayangan mereka menghilang bersamaan dengan derit roda kereta yang mulai bergerak.

"Hu huy...!!" Iyyas melompat kegirangan begitu bayangan Gilang sudah tak terlihat.

Diapun segera meraih gitar hitam di dalam gerbong yang sudah ia rebut dari Gilang, lantas menyelampirkannya di punggung.

"Sekarang gua kagak mau nyopet atau nyuri lagi" katanya pada diri sendiri, "Gua pingin berubah mulai dari sekarang. Enam belas tahun jadi preman, mungkin udah numpuk dosa gua"

Satu langkahnya terayun menuju keramaian stasiun, hendak menjajakan suara merdunya untuk mendapat uang.

Jadi pengamen emang kagak berkelas, tapi ntu lebih baik dari pada jadi menteri yang sukanya korupsi.

++++
++++

Melihat bayi-bayi dalam keranjang membuat dokter Nani teringat akan kesalahan-kesalahannya. Kesalahan enam belas tahun lalu saat dia berbohong pada dua keluarga.

Membohongi keluarga Anton tentang bayi Ithiyah yang sebenarnya telah hilang di culik, dan mengatakan bahwa bayi Thalita adalah Ithiyah.

Dan juga membohongi keluarga Panji tentang bayi Thalita yang telah hilang, padahal bayi itu tidak hilang, melainkan bayi Ithiyah lah yang hilang.

"Nanti kau tunggui bayi-bayi ini di ruangan khusus, jangan sampai terjadi sesuatu pada mereka semua" ujarnya mewanti-wanti. Dia tidak ingin kejadian enam belas tahun lalu terulang lagi.

"Baik dokter" jawab suster.

Lalu dokter itu keluar dari ruangan khusus bayi, dia duduk di kursi tunggu yang lumayan panjang.

Sambil melamun, dia berpikir tentang bagaimana caranya menemukan Ithiyah. Dan memperbaiki segalanya dari awal, agar pikirannya tak lagi terbebani.

"Oh Tuhan..." lirihnya frustasi.
Bagaimana tidak, hampir tiap malam setelah enam belas tahun lalu dia jarang tidur. Tentu saja energinya terkuras dan badannya pun semakin kurus.

"Ma..." panggil seseorang.

Dokter Nani terkejut, lalu menoleh ke arah sumber suara.
Satu senyuman dari putranya sedikit menenangkan beban di hati.

"Ah, Bagas.." dokter Nani tersenyum di paksakan.

Seraya duduk di samping mamanya, Bagas berkata, "Mama kenapa ? Apa sakit?"

Diraihnya tangan dokter oleh Bagas, "Sebaiknya Mama makan dulu, biar nggak pucat"

"Nggak kok Bagas, Mama cuma kecapekan aja" elak dokter Nani tersenyum.

Namun Bagas tidak peduli, cowok itu segera mengeluarkan box nasi dan telur dari dalam tas.

Setelah di buka, Bagas mengarahkan satu suapan ke mulut Nani, "Ayo Ma, buka mulutnya !"

ANTARA ITHIYAH DAN IYYASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang